Apa yang dimaksud dengan Radang Gusi atau Iritasi Gusi (Gingivitis)?

Gingivitis adalah salah satu jenis penyakit gusi yang menyebabkan iritasi, kemerahan, dan pembengkakan pada gusi.

Apa yang dimaksud dengan Radang Gusi atau Gingivitis ?

Gingivitis adalah Inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di sekitar gigi atau jaringan gingiva (Nevil, 2002). Gingivitis terjadi akibat proses peradangan gingiva yang disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder.

Faktor primer gingivitis adalah plak, sedangkan faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal diantaranya: kebersihan mulut yang buruk, sisa-sisa makanan, akumulasi plak dan mikroorganisme, sedangkan faktor sistemik, seperti: faktor genetik, nutrisional, hormonal dan hematologi (Manson & Eley, 1993).

Karakteristik Gingivitis

Karakteristik gingivitis menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai berikut:

  1. Perubahan Warna Gingiva
    Tanda klinis dari peradangan gingiva adalah perubahan warna. Warna gingiva ditentukan oleh beberapa faktor termasuk jumlah dan ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi dan pigmen di dalam epitel. Gingiva menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat keratinisasi epitel mengalami reduksi atau menghilang.

    Warna merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan keratinisasi disebabkan adanya peradangan gingiva kronis. Pembuluh darah vena akan memberikan kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan warna gingiva akan memberikan kontribusi pada proses peradangan. Perubahan warna terjadi pada papila interdental dan margin gingiva yang menyebar pada attached gingiva.

  2. Perubahan Konsistensi
    Kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada konsistensi gingiva normal yang kaku dan tegas. Pada kondisi gingivitis kronis terjadi perubahan destruktif atau edema dan reparatif atau fibrous secara bersamaan serta konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan kondisi yang dominan.

  3. Perubahan Klinis dan Histopatologis
    Gingivitis terjadi perubahan histopatologis yang menyebabkan perdarahan gingiva akibat vasodilatasi, pelebaran kapiler dan penipisan atau ulserasi epitel. Kondisi tersebut disebabkan karena kapiler melebar yang menjadi lebih dekat ke permukaan, menipis dan epitelium kurang protektif sehingga dapat menyebabkan ruptur pada kapiler dan perdarahan gingiva.

  4. Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva
    Tekstur permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut sebagai stippling. Stippling terdapat pada daerah subpapila dan terbatas pada attached gingiva secara dominan, tetapi meluas sampai ke papila interdental.

    Tekstur permukaan gingiva ketika terjadi peradangan kronis adalah halus, mengkilap dan kaku yang dihasilkan oleh atropi epitel tergantung pada perubahan eksudatif atau fibrotik. Pertumbuhan gingiva secara berlebih akibat obat dan hiperkeratosis dengan tekstur kasar akan menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada gingiva.

  5. Perubahan Posisi Gingiva
    Adanya lesi pada gingiva merupakan salah satu gambaran pada gingivitis. Lesi yang paling umum pada mulut merupakan lesi traumatik seperti lesi akibat kimia, fisik dan termal. Lesi akibat kimia termasuk karena aspirin, hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol dan bahan endodontik. Lesi karena fisik termasuk tergigit, tindik pada lidah dan cara menggosok gigi yang salah yang dapat menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena termal dapat berasal dari makanan dan minuman yang panas. Gambaran umum pada kasus gingivitis akut adalah epitelium yang nekrotik, erosi atau ulserasi dan eritema, sedangkan pada kasus gingivitis
    kronis terjadi dalam bentuk resesi gingiva.

  6. Perubahan Kontur gingiva
    Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan peradangan gingiva atau gingivitis tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain.
    Peradangan gingiva terjadi resesi ke apikal menyebabkan celah menjadi lebih lebar dan meluas ke permukaan akar. Penebalan pada gingiva yang diamati pada gigi kaninus ketika resesi telah mencapai mucogingival junction disebut sebagai istilah McCall festoon.

Klasifikasi Gingivitis

image
Gambar Gingivitis

Menurut Rosad (2008) klasifikasi gingivitis berdasarkan keparahannya dibedakan menjadi 2:

  1. Gingivitis Akut
    Gambaran klinis pada gingivitis akut adalah pembengkakan yang berasal dari peradangan akut dan gingiva yang lunak. Debris yang berwarna keabu-abuan dengan pembentukan membran yang terdiri dari bakteri, leukosit polimorfonuklear dan degenarasi epitel fibrous.
    Pada gingivitis akut terjadi pembentukan vesikel dengan edema interseluler dan intraseluler dengan degenarasi nukleus dan sitoplasma serta rupture dinding sel.

  2. Gingivitis Kronis
    Gambaran gingivitis kronis adalah pembengkakan lunak yang dapat membentuk cekungan sewaktu ditekan yang terlihat infiltrasi cairan dan eksudat pada peradangan. Pada saat dilakukan probing terjadi perdarahan dan permukaan gingiva tampak kemerahan.
    Degenerasi jaringan konektif dan epitel dapat memicu peradangan dan perubahan pada jaringan tersebut. Jaringan konektif yang mengalami pembengkakan dan peradangan sehingga meluas sampai ke permukaan jaringan epitel. Penebalan epitel, edema dan invasi leukosit dipisahkan oleh daerah yang mengalami elongasi terhadap jaringan konektif.
    Konsistensi kaku dan kasar dalam mikroskopis nampak fibrosis dan proliferasi epitel adalah akibat dari peradangan kronis yang berkepanjangan.

Faktor Etiologi Gingivitis


Menurut Manson & Eley (1993) gingivitis disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer dari gingivitis adalah plak. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk kepermukaan gigi atau permukaan jaringan keras di rongga mulut (Daliemunthe, 2008).

Plak gigi mengalami perkembangan pada permukaan gigi dan membentuk bagian pertahanan bakteri di dalam rongga mulut. Penggunaan antibiotik yang berspektrum luas secara berkepanjangan adalah salah satu contohnya. Kondisi tersebut dapat terjadi pertumbuhan mikroorganisme secara berlebihan khususnya jamur dan bakteri (Daliemunthe, 2008).

Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur ataupun semprotan air, tetapi dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis. Plak gigi tidak dapat terlihat jika jumlahnya sedikit kecuali diberi dengan larutan disklosing atau sudah mengalami diskolorisasi oleh pigmen- pigmen yang berada dalam rongga mulut. Plak gigi akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning jika terjadi penumpukan (Daliemunthe, 2008).

Lapisan plak pada peradangan gingiva memiliki ketebalan 400 μm. Peradangan gingiva berhubungan dengan akumulasi plak di sekitar marginal gingiva. Kondisi ini menyebabkan perubahan komposisi plak dari mikroflora streptococci menjadi Actinomyces spp. Selama perkembangan gingivitis, mikroflora mengalami peningkatan pada jumlah spesies. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan mikroba Fusobacterium nucleatum, P. Intermedia, Capnocytophaga spp., Eubacterium spp. dan spirochete pada gingiva yang mengalami peradangan (Daliemunthe, 2008).

Menurut Manson & Eley (1993) faktor sekunder dibagi menjadi 2, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik.

Faktor lokal pada lingkungan gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak yang menghalangi pembersihan plak. Faktor-faktor tersebut adalah restorasi gagal, kavitas karies, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik, pesawat orthodonti, susunan gigi-geligi yang tidak teratur, merokok tembakau dan mikroorganisme. Faktor lokal tersebut merupakan proses mulainya peradangan gingiva.
Lang NP. et al., (2008) menyatakan bahwa apabila gigi geligi dibersihkan dengan interval 48 jam tidak akan terjadi gingivitis, tetapi apabila pembersihan gigi geligi ditunda sampai 72 jam akan terjadi inflamasi gingiva.

Faktor sekunder gingivitis yang kedua adalah faktor sistemik. Faktor sistemik dapat memodifikasi respons gingiva terhadap iritasi lokal (Manson & Eley, 1993).
Faktor sistemik adalah faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, misalnya:

  1. Faktor Genetik
    Peradangan gingiva yang berasal dari faktor genetik terlihat pada Hereditary gingival fibromatosis dan beberapa kelainan mukokutaneus yang bermanifestasi sebagai peradangan gingiva. Hereditary gingival fibromatosis (HGF) adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang ditandai oleh diffuse gingival enlargement, kadang-kadang menutupi sebagian besar permukaan atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa tergantung dari pengangkatan plak secara efektif.

    Macam-macam lesi yang dapat mempengaruhi adalah lichen planus, pemphigoid, pemphigus vulgaris dan erythema multiforme. Hyperplasia gingiva dapat berasal dari faktor genetik. Hyperplasia gingiva (sinonim dengan gingival overgrowth, gingival fibromatosis) dapat terjadi sebagai efek dari pengobatan sistemik seperti phenytoin, sodium valproate, cyclosporine dan dihydropyridines. Peradangan tergantung pada perluasan plak.

  2. Faktor Nutrisional
    Secara teoritis defisiensi dari nutrien utama dapat mempengaruhi keadaan gingiva dan daya tahannya terhadap iritasi plak, tetapi karena saling ketergantungan berbagai elemen diet yang seimbang, sangatlah sulit untuk mendefinisikan akibat defisiensi spesifik pada seorang manusia.

    Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai dengan gingiva tampak bengkak, berwarna merah terang karena defisiensi vitamin C. Kekurangan vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan kemampuan untuk melindungi diri dari produk-produk seluler tubuh berupa radikal oksigen.

  3. Faktor Hormonal
    Perubahan hormon endokrin berlangsung semasa pubertas, kehamilan, menopouse dan diabetes. Keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva yang merubah respons terhadap produk- produk plak.

    Insidens gingivitis pada masa pubertas mencapai puncaknya dan tetap terjadi walaupun dilakukan kontrol plak. Penemuan Sutclife menyatakan bahwa peningkatan keparahan gingivitis tidak berhubungan dengan meningkatnya deposit plak. Jaringan lunak di dalam rongga mulut pada masa pubertas terjadi inflamasi yang bereaksi lebih hebat terhadap jumlah plak yang tidak terlalu besar yang diikuti dengan pembengkakan gingiva dan perdarahan. Setelah melewati masa pubertas keparahan inflamasi gingiva cenderung berkurang (Jeffrey et al., 2011).

  4. Faktor Hematologi
    Penyakit darah tidak menyebabkan gingivitis, tetapi dapat menimbulkan perubahan jaringan yang merubah respons jaringan terhadap plak. Penyakit hematologi yang menyebabkan perdarahan gingiva, diantaranya adalah anemia, leukemia dan leukopenia (Manson & Eley, 1993).

    Presentase epitel jaringan ikat gingiva yang terkena radang mengalami perdarahan lebih besar bila dibandingkan dengan gingiva yang tidak mengalami perdarahan. Perdarahan pada gingiva adalah sejalan dengan perubahan histopatologis yang terjadi pada jaringan ikat periodonsium.

Indeks Gingiva

Menentukan derajat inflamasi gingiva atau gingivitis dipakai indeks gingiva yang diperkenalkan oleh Loe dan Silness. Pengukuran dilakukan pada gigi indeks 16, 12, 24, 36, 32, 44. Jaringan sekitar tiap gigi dibagi ke dalam empat unit penilaian gingiva, papila distal-labial, margin gingiva labial, papila mesial-labial dan margin gingiva lingual keseluruhan. (Daliemunthe, 2008).

Tabel Kriteria Penilaian Pemeriksaan Gingiva
image

Skor setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor keempat sisi yang diperiksa, lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang diperiksa). Jumlah skor semua gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa maka diperoleh skor indeks gingiva.

Gingival indeks (GI) adalah derajat keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukam dari skor indeks gingiva dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel Kriteria Skor Indeks Gingiva
image

Gingivitis adalah suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kehilangan perlekatan epitel penyatu sehingga perlekatannya belum mengalami perubahan.

Gingivitis bersifat reversibel dan inflamasinya tidak meluas ke tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum. Gingivitis terbagi menjadi dua kategori yaitu gingivitis yang disebabkan oleh plak (plaque-induced gingivitis) dan gingivitis yang tidak disebabkan oleh plak (nonplaque-induced gingivitis).

  • Gingivitis yang disebabkan oleh plak (plaque-induced gingivitis) sangat berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus. Gingivitis ini adalah bentuk gingivitis yang paling sering terjadi. Gingivitis ini diawali dengan akumulasi plak bakteria yang berdekatan dengan gigi. Bakteri dan produk metabolisnya menstimulasi sel epitel dan jaringan ikat yang akhirnya memroduksi mediator inflamasi dan menyebabkan inflamasi lokal di daerah tersebut.

  • Gingivitis yang tidak disebabkan oleh plak (nonplaque-induced gingivitis) biasanya jarang terjadi dan sering disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Gingivitis dapat berhenti perkembangannya atau berkembang menjadi periodontitis.