Apa yang dimaksud dengan putus asa menurut Islam dan apa maknanya ?

Putus asa

Putus asa adalah suatu sikap/perilaku yang merasa bahwa dirinya telah gagal atau tidak mampu dalam meraih suatu impian, harapan atau cita-cita dan tidak mau lagi kembali untuk berusaha dalam melanjutkan apa yang diinginkan.

Apa yang dimaksud dengan putus asa menurut Islam dan apa maknanya ?

Menurut al-Qur’an kata putus asa adalah Taqnatu yang berasal dari kata qanata. La taqnatu bisa dibaca la taqnitu, sebagian ahli qira’at ada juga yang membacanya dengan la taqnutu, artinya janganlah kalian putus asa.

Sebagaimana pada surat al-Zumar ayat 53-54, melarang hamba-hamba-Nya supaya tidak putus asa. Putus asa yang dimaksud adalah putus asa dari rahmat Allah. Yaitu berputus asa dari ampunan Allah, dengan cara kembali dan berserah diri kepada Allah. Ikhlas dalam beramal mendekatkan diri kepada Allah. Semua amal perbuatan yang dilakukan hanya atas nama Allah. Sedangkan yang dimaksud rahmat Allah adalah ampunan Allah.

Keputusasaan itu bukan sekadar melemahnya atau tidak adanya harapan hari esok yang lebih baik, sebab, kalau berbicara harapan, semua orang pasti memiliki harapan. Didalam keputusaaan, terdapat tiga cakupan mengenai putus asa yaitu:

  • Pertama, melemahnya imajinasi seseorang untuk membayangkan adanya hari esok yang lebih baik, dari mulai tidak adanya target, tidak adanya tujuan atau visi, sampai tidak adanya harapan yang ingin diraih atau solusi yang ingin diperjuangkan;

  • Kedua, merasa tidak berdaya (al-‘ajzu), karena tidak yakin bisa, terus dilanda keresahan (al-hazan), dan takut (al-jubnu);

  • Ketiga, tidak ada tindakan yang diambil untuk memperjuangkan solusi itu atau untuk merealisasikan visi/imajinasi itu. Jadi keputusasaan itu adalah gabungan dari pikiran, keyakinan, perasaan, dan tindakan.

Putus asa adalah godaan setan. Setan mencoba memengaruhi orang-orang beriman dengan membuat mereka bingung dan kemudian menjerumuskan mereka untuk berbuat kesalahan yang lebih serius. Tujuannya adalah agar orang-orang beriman tidak merasa yakin dengan keimanan dan keikhlasan mereka, membuat mereka merasa “tertipu”. Jika seseorang jatuh ke dalam perangkap ini,mereka akan kehilangan keyakinan dan akibatnya akan mengulangi kesalahan yang sama atau bahkan lebih besar dari kesalahan sebelumnya. Dalam kondisi demikian, orang beriman harus segera meminta ampunan Allah, berpikir seperti yang Al-Quran ajarkan dan segera membentuk pola pikir yang baru. Al-Quran menjelaskan apa yang harus dilakukan orang beriman dalam kondisi itu,

Jika seseorang ikhlas dalam keimanannya kepada Allah, Allah akan mengampuni dosanya jika mereka berbuat salah atau dosa. Bahkan jika mereka berpaling dalam waktu yang lama, mereka masih mendapatkan kesempatan untuk bertobat. Perbuatan setanlah yang menyebabkannya berputus asa. Allahlah satu-satunya yang dapat memberikan ampunan dan keadilan yang abadi dan yang menjanjikan kemenangan dan surga-Nya kepada orang-orang beriman.

Sikap putus asa

Ayat-ayat tentang sikap putus asa dan Penafsirannya.

Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menerangkan tentang larangan bersikap putus asa, karena pada dasarnya sikap putus asa adalah merupakan sikap yang mampu melemahkan atau melumpuhkan segala kreatifitas manusia dalam menggapai suatu harapan atau keberhasilan. Adapun diantara ayat-ayat tersebut adalah:

1. Surat Huud : 9

Artinya : “Dan Jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari kami, kemudian rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih”.

Penafsiran :

Bahwa ketika Allah memberikan kepada manusia semacam kenikmatan, kebahagiaan hidup, rizki yang luas, kesehatan, keselamatan dan anak yang sholeh sebagai rahmat permulaan untuk dirasakannya maka ia terima dengan penuh kebahagiaan. Akan tetapi jika kenikmatan itu dicabut dengan terjadinya sebab-sebab yang ditentukan oleh Allah pada makhluknya seperti penyakit, maut dan kesusahan hidup maka ia dalam menghadapi hal tersebut adalah dengan berputus asa.

Dalam tafsir Fath Al-Gadir dijelaskan bahwa orang yang mudah berputus asa dari rahmat Allah yang berupa keselamatan, kesehatan, kemewahan dan kemegahan adalah termasuk golongan Orang yang kafir.

2. Surat Yusuf : 87

Artinya : “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan Saudaranya dan Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah kecuali Orang Kaum yang kafir”.

Penafsiran :

Ayat ini menjelaskan tentang larangan bersikap putus asa, yang dalam hal ini Allah mengisahkan Ya’kub tatkala menghimbau putra-putranya agar pergi mencari berita tentang Yusuf dan saudaranya benyamin. la memberi semangat kepada mereka agar tidak berputus asa dari rahmat Allah dan agar tetap berharap akan menemukan Yusuf dan saudaranya, karena hanya orang-orang kafirlah yang lekas berputus asa.

Kemudian dalam kitab tafsir yang lain disebutkan bahwa pada dasarnya Orang kafir tidak pernah tahu sebenarnya kebahagiaan, keberhasilan dan kesuksesan adalah akan datang setelah ujian dan cobaan tersebut.

3. Surat Al-Mu’minun : 77

Artinya : “Hingga apabila kami bukakan untuk mereka pintu-pintu tempat azab yang amat sangat (diwaktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa”.

Penafsiran :

Ayat ini mengungkapkan tentang adzab diakherat yang akan diperuntukkan bagi orang-orang yang tersesat. Walaupun Allah telah pernah mencoba mereka dengan berbagai musibah dan bencana, seperti kekalahan yang mereka alami pada perang badar yang memakan banyak korban dan banyak pula pemimpin-pemimpinnya yang terbunuh dan ditawan. Kemudian ada musim kering yang menjadikan mereka kelaparan, namun mereka tetap tunduk dan patuh terhadap Tuhan mereka dan tidak pula merendahkan diri memohon pertolongan-Nya, akan tetapi mereka terus menerus tenggelam dalam kesesatan. Hingga akhirnya ketika adzab Allah secara tiba-tiba datang kepada mereka barulah mereka panik dan putuslah harapan mereka dan segala ketenangannya.

Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-An’am : 43

Artinya : “Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan kami kepada mereka, bahkan hati mereka menjadi keras dan syetanpun menampakkan kepada mergka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan”.

Kemudian dalam tafsir Depag RI dijelaskan bahwa sebenarnya mereka telah jauh tersesat dari jalan yang benar dan tidak akan sadar serta insyaf kecuali bila datang hari akhir dan dibukakan untuk mereka pintu siksaan yang berat. Diwaktu itulah baru mereka menyesal dan mengharapkan ampunan dari Allah, tetapi saat itu bukanlah saat untuk bertobat sesalan mereka tak ada gunanya lagi dan taubat merekapun tidak akan diterima bahkan akan dijerumuskan kedalam neraka sebagaimana balasan atas keingkaran mereka di dunia.

4. Surat Al-Hajr : 55-56

Artinya : “Mereka menjawab : kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah Kamu termasuk Orang-Orang yang berputus asa”. “Ibrahim berkata : tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali orang-orang yang sesat".

Penafsirannya :

Dalam ayat ini Allah menjelaskan tentang berita gembira yang pernah disampaikan kepada para malaikat kepada suami istri yang bertagwa dan menyerahkan diri pada TuhanNya bahwa sekalipun mereka tua renta dan menurut ukuran umum tidak mungkin lagi punya anak, namun Allah berkuasa mengabulkan keinginan mereka, karena Allah SWT, adalah Maha Kuasa dan selalu memberi kegembiraan kepada hamba nya yang beriman.

Mendengar berita itu Ibrahim merasa tercengang dan hampir saja tidak percaya apalagi berita itu disampaikan oleh orang yang tidak dikenal dan waktu penyampaian berita tersebut Ibrahim dan istrinya Sarah sudah tua renta yang menurut kadar usianya tak mungkin punya anak. Kemudian malaikat tersebut menyakinkan pada Ibrahim bahwa berita itu memang benar dan tidak perlu diragukan karena semua itu telah menjadi kehendak Allah dan sekaligus termasuk nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya.

Setelah mendengar keterangan tersebut maka Ibrahim benar-benar merasa yakin bahwa semua itu pasti akan terjadi. Dan akhirnya ia pun berkata : bahwa tidak ada orang yang berputus asa kecuali orang yang tersesat.

Dalam kita Rukhul Maani dijelaskan bahwa yang termasuk golongan tersebut adalah Orang-orang kafir yang tidak mengetahui jalan untuk ma’rifat pada Allah, mereka tidak tahu betapa luasnya rahmat Allah, kesempurnaan ilmunya, dan kekuasaan-Nya. Hal ini sesuai dengan perkataan anak Yakub dalam surat Yusuf : 87,

Artinya : “Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir”.

Maksud ayat tersebut adalah Nabi Ibrahim as adalah meniadakan keputus asaan dengan bentuk yang paling baik, yakni Ia tidak berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya apa yang aku katakan adalah untuk menjelaskan ketidak mambuanku untuk menerima nikmat yang agung tersebut yang didalamnya memperlihatkan tanda-tanda ketuhanan serta rahmat Allah terdapat hal-hal yang tidak meragukan keagungannya.

5. Surat Al-Isra” : 83

Artinya : “Dan apabila kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia, membelakangi dengan sikap sombong dan apabila ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa”.

Penafsiran :

Firman Allah ini menjelaskan tentang salah satu sifat kelemahan dan kekurangan manusia diantaranya adalah apabila ia dikaruniai Allah rizki harta kekayaan kesehatan jasmani kemenangan dan keberhasilan dalam apa yang diusahakan ia kemudian berpaling dari kewajibannya serta membelakangi petunjuk Allah dengan sikap sombong, dan apabila ia ditimpa kesusahan, kemelaratan atau sesuatu musibah, maka ia segera berputus asa dan hilang harapan untuk memperoleh kembali apa yang telah hilang dari tangannya.

6. Surat Al-Ankabut : 23

Artinya : “Dan Orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku dan mereka itu mendapat adzab yang pedih”.

Penafsiran :

Dan orang-Orang yang kafir dengan ayat-ayat Allah”. Kafir dalam hal ini adalah orang yang telah bertemu dengan tanda-tanda dan bukti adanya Allah namun dia masih saja tidak mau percaya bahwa Allah ada, tetapi dia tidak percaya bahwa Maha Kuasa sendirinya, tiada bersekutu yang lain dengan dia dan dari hal akan bertemu dengan dia.

Dan orang-orang itu bagi mereka adalah adzab yang pedih”. Maksudnya mengapa mereka mesti mendapat adzab yang pedih lalah karena mereka hidup dalam dusta dan bohong yang paling besar yaitu membohongi akalnya sendiri. Dia sejak semula menempuh Jalan yang gelap sebab itu mereka aniaya atas diri mereka sehingga adzab yang pedih bagi mereka adalah wajar.

7. Surat Ar-Ruum : 386

Artinya : “Dan apabila kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa sesuatu musibah disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka berputus asa”.

Penafsiran :

Dan apabila kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, bergembiralah mereka dengan dia.” Dalam pangkal ayat Ini menjelaskan tentang suatu kritik kepada perangai kebanyakan manusia. Yaitu kalau rahmat datang, keuntungan tiba mereka bergembira ria, sehingga kadang- kadang dia lupa dari mana nikmat rahmat itu dia terima, dari mana sumber tempat datangnya.

Kemudian diujung ayat ini “Dan jika menimpa kepada kesusahan, tersebab dari terlanjur tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka Putus asa”. Ujung ayat ini menerangkan bahwa ketika ia memperoleh kebahagiaan ia tak dapat mengendalikan diri dan lupa daratan, sehingga ketika segalanya berubah arah, dimana mala petaka datang, seperti terkena penyakit. kematian atau kehilangan kekasih dan lain-lain, merekapun menjadi tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena sejak awal mereka tak pernah menyiapkan bekal untuk di waktu susah, bahkan bekal untuk akhirat pun tidak sama sekali, maka akhir iapun jadi terombang-ambing tak punya pegangan dan mudah berputus asa.

8. Surat Az-Zumar : 53

Artinya : “Katakanlah : Hai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Penafsiran :

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw menyampaikan kepada umatnya bahwa Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang dan sangat luas rahmat-Nya terhadap hamba-Nya yang beriman, akan mengampuni segala dosa yang telah terlanjur mereka kerjakan, seperti meninggalkan perintah-Nya atau mengerjakan larangan-Nya, apabila mereka benar-benar bertaubat dari kesalahan mereka.

Banyak orang yang merasa putus asa karena dosanya telah bertumpuk-tumpuk, sehingga tidak akan dlampuni Allah lagi. Dunia menjadi gelap dalam pandangannya karena selama ini dia tidak mengindahkan ajaran-ajaran agamanya dan selalu membelakangi petunjuk-petunjuk yang terdapat didalamnya.

Hatinya sudah penuh dengan kotoran dan kedurhakaan serta kesombongan, tampak lagi olehnya jalan Kebenaran dan kebaikan yang akan ditempuhnya. Dia telah dibingungkan oleh rasa putus asa dan tak ada harapan yang tampak olehnya untuk kembali dari kesesatan dan kemaksiatan yang selalu diperbuatnya. Meskipun begitu dosa hamba-Nya, Allah tetap mengasihi dan menyantuninya serta melarang bersikap putus asa terhadap rahmat dan kasih sayangnya.

Allah tetap memandangnya sebagai hambanya yang berhak menerima kasih sayang apabila ia mau bertobat terhadap kesalahannya dan memohon ampun kepadanya. Hal ini tidak memandang bulu baik Orang mu’min atau orang musrik. Pintu tobat akan selalu terbuka bagi siapa pun juga,

Sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa’ : 110

Artinya : "Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Disamping Allah Melarang hambanya berputus asa dari segala rahmatNya, Dia pun menyuruh hambanya segera meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya atas segala
kesalahan yang diperbuatnya dengan menegaskan bahwa Dia akan mengampuni segala dosa kecuali dosa syirik. Sebagaimana firmanNya,

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa dan Dia mengampuni segala dosa selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakinya. Dan barang siapa yang menyekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar".

Demikianlah kasih sayang Tuhan terhadap hambanya. Walau telah banyak membuat kerusakan, mengabaikan perintahnya dan melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya serta banyak bergelimang dosa dan maksiat, masih saja dipanggilnya sebagai hambanya serta menyuruh atau menasehatinya agar supaya menjauhkan diri dari sikap putus asa dari segala ampunan dan rahmatNya.

9. Surat Fushilat : 49

Artinya : “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan”.

Penafsiran :

Interpretasi dari pada ayat ini agaknya memiliki kesamaan dengan surat Al-Isra” 83 yang pada intinya membahas tentang satu rahasia buruk manusia yaitu selalu memohon yang baik dan terbaik kepada Allah swt. Ketika permintaannya itu dikabulkan sekali dua kali ia tetap meminta dan meminta. Bahkan kalau bisa lebih dari itu. Tetapi ketika diuji oleh Allah dengan sedikit kesusahan, maka putus asa dia, hilang harapannya. Tidak diingat lagi permohonannya yang dikabulkan Tuhan selama ini. Dia telah patah semangat karena kesusahan yang menimpanya itu. Dia tak pernah ingat dan tak sadar dan tak mau mengartikan kehidupan di dunia ini penuh dengan suasana dan dinamika yang silih berganti ada kalanya siang adakalanya malam, adakalanya susah adakalanya senang begitu seterusnya.

Memang demikianlah tabi’at buruk manusia dan tabi’at ini sudah termasuk golongan orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah atau bisa disebut dengan kufur nikmat yaitu ketika mendapat nikmat maka ia akan berpaling dari Allah dan menjauhkan diri dari segala kegiatan serta menyombongkan diri. Akan tetapi ketika datang kesusahan ia gelisah kemudian berdosa panjang memanggil-manggil nama Allah dan ini bukanlah termasuk akhlak mu’min melainkan sudah termasuk gejala-gejala dari kekufuran. Jika ia sadar, insyaf akan nilai iman pada dirinya maka akan selalu berlatih jiwa dan berhati-hati agar jangan sampai terpengaruh dengan gejala kekufuran.

10. Surat Mumtahanah : 13

Artinya : “Hai Orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah, sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa”.

Penafsiran :

Maksud dari pada ayat ini adalah bahwa orang muslim dilarang meminta pertolongan dengan orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang kafir yang dimurkai Allah. Mereka telah dilaknat oleh Allah dan dijauhkan darl rahmatNya. Jangan sekali-kali menjadikan mereka sebagai penolong, pemimpin ataupun sanak kerabat karena sesungguhnya mereka Orang-orang yang mudah berputus asa dari kehidupan akhirat dan tidak percaya terhadap kekuasaan atau anugerah Allah serta tidak percaya dengan adanya hukum-hukum Allah SWT. Walau telah banyak ditunjukkan mu’jizat dan tanda-tanda kebesaran Allah, namun ia tetap tidak beriman.

Menurut Ibnu Abbas bahwa Orang musyrik, Yahudi dan sebagainya adalah termasuk kelompok yang suka membuat tipu daya, adu domba dan suka membawa kabar-kabar yang tidak benar pada kaum muslimin. Mereka mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah perusak kehidupan. Padahal itu semua telah dilakukan oleh tangan-tangan mereka sendiri. Mereka sudah berputus asa dengan kehidupan ini sebagaimana Orang-orang kafir yang berputus asa dalam alam kubur serta mereka tak pernah percaya dengan adanya kehidupan kembali setelah mati atau kebangkitan alam kubur.

11. Surat Az-Zuhruf : 75

Artinya : “Tidak diringankan adzab dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa”.

Penafsirannya :

Dalam firman Allah ini menjelaskan tentang balasan yang akan diperoleh orang-orang kafir yang ingkar pada ayat-ayat Allah. Mereka akan ditimpakan adzab yang sangat pedih dan tidak akan diringankan walau sedikitpun sehingga mereka terus menerus dalam kesulitan dan kebingungan. Akhirnya mereka putus asa karena permohonan yang mereka ajukan pada Tuhan agar dibebaskan dari adzab atau siksa yang pedih itu tidak dikabulkan.

Menurut tafsir Al-Maraghi menjelaskan bahwa ketika orang-orang kafir menerima adzab, ia dalam keadaan diam, yakni diam karena sangat berputus asa dan tahu bahwasanya tidak ada jalan keluar untuk memperoleh keselamatan atau terkadang adzab yang ditimpanya itu terasa begitu berat mereka terima sehingga mereka baru meminta pertolongan. Namun dengan tegas dan jelas Allah menyatakan bahwa semua yang mereka lakukan itu adalah tiada guna. Mereka terlalu banyak mengingkari ayat-ayat Allah, maka sepatutnyalah mereka menerima adzab tersebut sebagai balasan atas apa yang telah dilakukan oleh tangan-tangan mereka sendiri.

12. Surat As-Syura : 28

Artinya : “Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmatNya. Dan Dialah yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji”.

Penafsirannya :

Ayat ini menjelaskan tentang kekuasaan Allah. Bahwa sesungguhnya Allah adalah dzat yang menurunkan hujan sesudah para manusia berputus asa. Dan rahmat yang dilimpahkan Allah berupa hujan itu tidak hanya dijatuhkan pada sawah Saja melainkan pada gunung dan tanah-tanah yang Kering. Semua itu diperuntukkan bagi kemaslahatan manusia yang beriman dan juga merupakan ujian bagi Orang-orang yang beriman.

Sedang menurut tafsir Al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah menurunkan hujan itu adalah untuk menyelamatkan mereka setelah mereka berputus asa terhadap turunnya hujan yang tak kunjung datang. Allah menyebarkan berkah-berkah dari hujan itu beserta manfaatnya disamping kesuburan yang terjadi oleh karenanya. Dialah yang menguasai urusan hambanya memberikan mereka maslahat. Dan Dialah yang patut dipuji atas rahmat yang telah dikaruniakan kepada mereka.

13. Surat Al-An’am : 44

Artinya : “Maka tatkalah mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka: sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”.

Penafsiran :

Dalam firman Allah ini menegaskan tentang perbuatan orang-orang yang tersesat. Yaitu ketika mereka melupakan siksa Allah dan Juga peringatan-peringatanNya karena mereka merasa bahagia dengan segala kemewahan dan kenikmatan yang dilimpahkan Allah pada mereka hingga lupa daratan. Dan ketika semua kenikmatan yang dirasakannya itu disabut atau disiksa Allah telah datang, mereka menjadi kaget dan putus harapan.

Sedang menurut tafsir Depag RI menjelaskan bahwa manakala orang-orang yang Sesat hatinya dan telah dipalingkan setan itu melupakan peringatan dan ancaman- ancaman Allah dan keingkaran mereka bertambah maka Allah menguji mereka dengan mendatangkan kebaikan menambah rizki menyehatkan jasmani mereka menjaga keamanan dan membukakan pintu-pintu kesenangan, sehingga mereka lupa bahwa nikmat yang mereka terima dan rasakan itu datang dari Allah, tetapi adalah semata-mata karena hasil usaha mereka sendiri maka dari itu mereka bertambah sombong dan takabur, tidak bereyukur kepada Allah. Bahkan nikmat itu mereka jadikan sebagai alat untuk menambah kekuasaan dan kebesaran mereka. Maka ketika Allah menimpakan adzab kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka jadi berduka cita dan putus asa dari rahmat Allah

Dalam tafsir Al-Maraghi menyatakan bahwa pada dasarnya maksud dan tujuan Tuhan menimpakan berbagai kesusahan dan kemelaratan kepada mereka, adalah agar mereka mau mengambil pelajaran dan peringatan dari padanya. Namun ketika hal itu tidak berguna sedikitpun bagi mereka, maka Allah mengubah hal itu dengan sebaliknya. Allah membukakan bagi mereka pintu-pintu kebaikan dan memudahkan jalan memperoleh rizki dan kesenangan hidup. Namun hal itupun tidak berguna bagi mereka. Perumpamaan perbuatan Allah ini seperti perbuatan seorang bapak yang menyayangi anaknya. Kadang-kadang memperlakukannya dengan kekerasan dan kadang pula dengan kelembutan, dengan harapan dapat memperbaiki dan meluruskan keadaannya, serta membelokkan dari kesesatan.