Apa yang dimaksud dengan Psikopatologi?

image

Psikopatologi adalah studi tentang penyakit mental, tekanan mental, dan abnormal/perilaku maladaptif. Istilah ini paling sering digunakan dalam psikiatri di mana patologi mengacu pada proses penyakit. Psikologi abnormal adalah istilah yang sama digunakan lebih sering di bidang psikologis non-medis.

1 Like

Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala gangguan jiwa pada manusia. Psikopatologi merupakan studi tentang penyakit mental, tekanan mental, dan perilaku tidak normal.

• Psikopatologi tidak hanya mengetengahkan konsep penyakit psychological functioning, tapi juga mengetengahkan bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor psikologis.

Dalam istilah lain psikologi abnormal juga sering disamakan dengan psikopatologi.

Ada dua hal penting yang harus dipahami dalam pembahasan psikopatologi yaitu jenis gangguan jiwa dan proses terjadinya.

Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain:

1. Statistical infrequency

  • Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.

  • Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.

  • Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius.

  • Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.

2. Unexpectedness

  • Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi.

3. Violation of norms

  • Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi.

  • Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal.

  • Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal.

  • Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal.

4. Personal distress

  • Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.

  • Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.

  • Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.

  • Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

5. Disability

  • Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.

  • Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.

Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.

Patologi (pathology) adalah pengetahuan tentang penyakit atau gangguan. Sedang psikopatologi (psychopathology) adalah cabang psikologi yang berkepentingan untuk menyelidiki penyakit atau gangguan mental dan gejala-gejala abnormal lainnya (Chaplin, 1999).

Psikopatologi atau sakit mental adalah sakit yang tampak dalam bentuk perilaku dan fungsi kejiwaan yang tidak stabil. Istilah psikopatologi mengacu pada sebuah sindroma yang luas, yang meliputi ketidaknormalan kondisi indra, kognisi, dan emosi. Asumsi yang berlaku pada bidang ini adalah bahwa sindrom psikopatologis atau sebuah gejala tidak semata-mata berupa respon yang dapat diprediksi terhadap gejala tekanan kejiwaan yang khusus, seperti kematian orang yang dicintai, tetapi lebih berupa manifestasi psikologis atau disfungsi biologis seseorang (Mujib & Mudzakir, 2001).

Dalam tinjauan psikologi, psikopatologi dapat bertolak dari tiga asumsi yang masing-masing memiliki aplikasi psikologis yang berbeda.

  1. Asumsi pertama, dikembangkan oleh aliran psikoanalisa yang ditokohi oleh Sigmund Freud. Menurut Freud, pada dasarnya jiwa manusia itu dilahirkan dalam keadaan sakit, jahat, buruk, bersifat negatif atau merusak. Agar manusia berkembang dengan positif, diperlukan cara-cara pendamping yang bersifat impersonal dan direktif atau mengarahkan.

  2. Asumsi kedua, dikembangkan aliran behavioristik oleh BF. Skinner. Menurut aliran ini, pada dasarnya jiwa manusia itu dilahirkan dalam kondisi netral (tidak sakit dan tidak sehat) seperti tabularasa (kertas putih), hanya lingkungan yang menentukan arah perkembangan jiwa tersebut. Lingkungan yang baik akan membentuk suasana psikologis yang baik dan harmonis, sebaliknya lingkungan yang buruk akan berimplikasi pada gejala psikologis yang buruk pula. Asumsi ini selain bersifat deterministik dan mekanistik juga memperlakukan manusia seperti makhluk yang tidak memiliki jiwa yang unik. Jiwa manusia dianggap seperti jiwa hewan yang tidak memiliki kecenderungan apa-apa dan dapat diatur seperti mesin atau robot.

  3. Asumsi ketiga, dikembangkan aliran humanistik yang ditokohi Abraham Maslow dan Carl Rogers. Menurut aliran ini jiwa manusia dilahirkan dalam kondisi sadar, bebas, bertanggung jawab dan dibimbing oleh daya-daya positif yang berasal dari dirinya sendiri ke arah pemekaran seluruh potensi manusia secara penuh. Agar berkembang ke arah positif, manusia tidak memerlukan pengarahan melainkan membutuhkan suasana dan pendamping personal serta penuh penerimaan dan penghargaan demi berkembangnya potensi positif yang melekat dalam dirinya. Normalitas manusia merupakan nature yang alami, fitri, dan dari semula dimiliki manusia, sedang abnormalitas merupakan nature yang baru datang setelah terjadi anomali (inkhiraf) pada diri manusia (Mujib & Mudzakir, 2001).

Menurut Atkinson terdapat enam kriteria untuk menentukan kesehatan mental seseorang, yaitu:

  1. Adanya persepsi yang realistis dan efisien dalam mereaksi atau mengevaluasi apa yang terjadi di dunia sekitarnya.

  2. Mengenali diri sendiri, baik berkaitan dengan kesadaran atau motifnya

  3. Kemampuan untuk mengendalikan perilaku secara sadar, seperti menahan perilaku impulsif dan agresif.

  4. Memiliki harga diri dan dirinya dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya

  5. Kemampuan untuk membentuk ikatan kasih, seperti tidak menuntut berkelebihan pada orang lain dan dapat memuaskan orang lain bukan hanya memuaskan diri sendiri.

  6. Ada jiwa yang antusias yang mendorong seseorang untuk mencapai produktivitas (Atkinson, Tt).

Psikopatologi adalah patologi kelainan jiwa, cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sebab-sebab dan sifat gangguan jiwa. Psikopatologi merupakan suatu studi tentang gangguan mental mencakup pikiran, perasaan dan perilaku yang abnormal. Psikopatologi cenderung menunjukkan penyimpangan dan lebih evaluatif dari pada kepribadian. Dalam psikologi abnormal, ditemukan pola yang relatif stabil dalam tingkah laku, afek, motivasi, dan/ atau kognisi yang menunjukkan perbedaan individu dan demikian sesuai dengan definisi kepribadian. Psikopatologi mungkin dianggap memerlukan diagnosis ahli, sedangkan kepribadian diukur dengan menggunakan penilaian diri dan informan. Namun penilaian diri dan informan banyak digunakan secara luas dalam pengukuran psikopatologi dan pengamatan oleh pakar juga dapat berguna dalam penilaian kepribadian.

Perkembangan psikopatologi telah muncul selama 30 tahun terakhir sebagai suatu kerangka integratif yang secara terpusat berkaitan dengan memeriksa perkembangan manusia dan adaptasinya melalui penelitian dasar dan intervensi yang berdasar secara empirik, dibentuk untuk meningkatkan perkembangan positif dan mencegah munculnya masalah perilaku dan emosional. Meski terjadi debat yang penjang mengenai cara terbaik mendefinisikan disiplin ini, mungkin akan diringkas sebagai “studi kesehatan moral dan adaptasi dalam konteks perkembangan”.

Beberapa pendapat mengenai perkembangan psikopatologi adalah kunci untuk pertanyaan penelitian seperti bagaimana kompetensi satu titik perkembangan dihubungkan dengan adaptasi dititik berikutnya.

  • Pertama, ini terikat pada satu ide utama dalam ilmu perkembangan bahwa munculnya perkembangan berasal dan interaksi yang kompleks diantara orang-orang (gen, biologi dan sistem internal) dan konteks pada tingkatan tertentu. Ide dari munculnya kembali beberapa faktor yang mempengaruhi adaptasi membawa kita pada gagasan bahwa individu yang mulai dengan pola perilaku serupa mungkin akan berujung pada hasil perkembangan yang berbeda sementara mereka dengan perilaku awal yang berbeda dapat bermanifestasi hasil yang sangat serupa.

  • Kedua, pendekatan ini dibimbing oleh terori perkembangan sistem yang mengusulkan bahwa manusia hidup dalam sistem kehidupan dan merupakan bagian dari sistem operasi yang lebih besar akan pengaruh potensial yang membentuk perkembangan. Ketiga, penelitian longitudinal prospektif merupakan metode yang penting untuk perkembangan psikopatologi, karena hanya dengan memeriksa seseorang dan konteknya pada beberapa tingkat selama beberapa waktu makan hubungan perkembangan dapat diawasi dan dimengerti.

Penelitian cross sectional dapat memberikan informasi untuk tujuan tertentu dan merupakan langkah penting dalam menyorot hubungan antara konsep dan menghasilkan hipotesis mengenai proses potensial perkembangan. Tapi tidak memperhitungkan variasi faktor, tempo dan waktu diseluruh tingkatan maka dapat mengakibatkan adanya kesalahan kesimpulan yang tidak benar mengenai kelanjutan dan perubahan dalam perkembangan. Sistem kehidupan mungkin mendemonstrasikan meningkatnya perubahan dalam fungsi dan paling tidak mampu menerima adanya intervensi langsung pada perubahan jalannya adaptasi. Akhirnya, perhatian harus dicurahkan pada bentuk adaptif dan maladaptif perilaku dan fungsi positif serta menyimpang sebagai informasi yang sama penting.

Dua konsep yang sangat berhubungan terhadap perkembangan psikopatologi adalah kompetensi dan pertahanan. Definisi kompetensi telah lama dihubungkan dengan ide mengenai adaptasi manusia dan fungsi adaptif. Konsep pertahanan merefleksikan gagasan perkembangan bahwa terdapat variasi fungsi berdasarkan tingkat kesulitan atau kerugiannya, tapi mengarah pada bagaimana individu dari kesulitan dan kerugian mengembangkan ketahanan. Mengidentifikasi pertahanan membutuhkan dua penilaian penting, satu mengenai paparan terhadap kesulitan dan lainnya bagaimana seseorang bertahan dalam kehidupan. Pertahanan disimpulkan saat pengalaman seseorang secara signifikan mengancam perkembangan atau adaptasi tapi tetap baik meski terdapat tekanan.

Psikopatologi adalah cabang dari ilmu biologi yang menyelidiki penyakit dan gangguan mental, serta gejala - gejala abnormal lainnya. Sedangkan patologi sendiri memiliki pengertian ilmu yang mempelajari mengenai penyakit, dan merupakan salah satu cabang dari biologi. Istilah psikopatologi ini mengacu pada sindroma luas yang meliputi ketidak-normal-an kondisi indra, kognisi dan emosi dari individu/kelompok.Di dalam KBBI(kamus besar bahasa Indonesia),istilah psikopatologi memiliki arti sebagai sesuatu bagian psikologi yang menjadikan gejala kejiwaan sebagai objek-nya.

Psikopatologi atau penyakit jiwa/mental merupakan penyakit yang tidak tampak secara fisik, melainkan abstrak melalui perilaku dan kesadaran seseorang yang tidak stabil. Menurut Atkinson terdapat enam kriteria untuk dapat menentukan kesehatan mental seseorang, yaitu :

  1. Adanya persepsi yang riil dan efisien dalam memberikan reaksi atau mengevaluasi apa yang terjadi pada lingkungan sekitarnya;

  2. Mengenali diri sendiri, baik berkaitan dengan kesadaran atau motif individu;

  3. Kemampuan untuk mengendalikan perilaku secara sadar, seperti menahan perilaku impulsif dan agresif;

  4. Memiliki harga diri dan dirinya dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya;

  5. Kemampuan untuk membentuk ikatan kasih, seperti tidak menuntut berkelebihan pada orang lain dan dapat memuaskan orang lain bukan hanya memuaskan dirinya sendiri;

  6. Ada jiwa yang antusias yang mendorong seseorang untuk mencapai produktivitas.

Berdasarkan gejalanya, psikopatologi /gangguan jiwa, dapat terjadi dalam kelompok bentuk : pikiran, persepsi, kesadaran, perhatian, orientasi, ingatan, emosi, pembicaraan, dan sistem motorik.Penjelasan mengenai gangguan mental tersebut dapat dibagi lagi dalam beberapa sub kelompok, antara lain:

1. Gangguan pikiran

Di dalam gangguan pikiran, bagian yang terganggu adalah bentuk pikiran dan arus berpikir.

a. Arus Pikiran , di bagi menjadi 6 kelompok, yaitu :

Pikiran Melompat (Flying Of Idea)

Ciri - ciri pikiran melompat adalah arus pikiran dimana pikirannya cepat beralih dari 1 topik ke topik lainnya. orang dengan tipe ini banyak berbicara, banyak gagasan dan rencana yang kelihOtannya sangat cemerlang tetapi tidak realistis. Orang dengan tipe ini disebut dengan penderita manik. Orang dengan tipe manik masih bisa dimengerti arah bicaranya.

Pikiran Melambat

Orang dengan ciri - ciri pikiran melambat adalah berbicara lambat, ciri ini banyak terdapat pada pasien depresi berat dan seperti orang yang kurang konsentrasi.

Pikiran Terhalang (Thougt Blocking)

Ciri cirinya adalah arus pikiran pasien tiba - tiba terhenti.

Perseverasi

Ciri - cirinya adalah jika ditanya akan memberikan jawaban yang berulang ulang terhadap pertanyaan yang dahulu.

Vebrigerasi

Ciri-cirinya adalah mengulang kata yang sama, tetapi bedanya tidak ada hubungannya dengan yang ditanyakan.

Inkoherensi

Merupakan gangguan arus pikiran dimana tidak adanya hubungan dengan kata demi kata.

b. Isi/bentuk Pikiran, dibagi menjadi 4 kelompok. yaitu :

Obsesi

Obsesi adalah suatu ide yang mendesak ke dalam lapangan pemikiran, yang berulang-ulang dan berada diluar kemauan yang bersangkutan. Obsesi diri biasanya menimbulkan dorongan untuk melakukan tindakan tertentu (impuls obsesi).

hasil pemikiran yang datang berulang-ulang dan menimbulkan kecemasan disebut kompulsi.ciri-ciri orang dengan gangguan jiwa adalah menginginkan kesempurnaan dan sulit menentukan keputusan

Preokupasi

Preokupasi merupakan pikiran dalam waktu yang lama terpusat pada fokus atau situasi tertentu. Gangguan isi pikiran ini masih bisa dialihkan.

Waham / Delusi

Waham merupakan salah satu gejala yang sangat sering pada gangguan jiwa. Karena merupakan satu keyakinan yang salah tetapi dianggap atau dipercaya sebagai suatu kebenaran dari yang bersangkutan dan tidak bisa digoyahkan dan tidak sesuai dengan latar belakang yang bersangkutan.

2. Gangguan persepsi

Gangguan persepsi dibagi menjadi ilusi dan halusinasi. Pembagiannya sebagai berikut:

a. Ilusi, merupakan suatu persepsi yang salah terhadap suatu stimulus yang ada.Sebagai contoh: si penderita melihat wajah yang menyeramkan

b. Halusinasi, suatu keadaan dimana adanya persepsi, tanpa suatu stimulus. Halusinasi ada beberapa jenis berdasarkan kemunculannya, yaitu :

halusinasi pendengaran;

halusinasi penglihatan;

halusinasi penciuman;

halusinasi taktil/kinestetik;

halusinasi somatik.

3. Gangguan kesadaran

Gangguan kesadaran ini dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu :

a. Clouding of Conciousness , merupakan gangguan kesadaran dimana ambang kesadaran meningkat sehingga stimulus yang tadinya menimbulkan persepsi yang baik sekarang ini tidak dapat menimbulkan persepsi lagi. Namun, jika rangsang diberikan berulang-ulang dan cukup kuat maka yang bersangkutan dapat menangkap juga.

b. Dreamy State , merupakan keadaan seperti bermimpi dimana terjadi penurunan kesadaran yang sebenarnya cukup ringan, tetapi disertai dengan disorientasi dan halusinasi. Gangguan kesadaran ini dapat berlangsung beberapa menit, hari,bahkan bulan.orang - orang dengan dreamy state dapat berkelana ke tempat yang jauh tanpa menyadarinya.

c. Confusional State , merupakan suatu gangguan kesadaran yang ciri utamanya adalah disorientasi disertai oleh kebingungan dan gangguan arus pikir.

d. Delirium , biasa terjadi pada penyakit infeksi dengan demam tinggi. gangguan kesadaran yang gejala utamanya adalah kegelisahan motorik disertai oleh disorientasi, gangguan arus pikir, ilusi dan halusinasi. Hal yang biasa ditimbulkan adalah halusinasi pada penglihatan.

e. Somnolen , merupakan gangguan kesadaran diaman terjadi gangguan kesadaran sampai seperti orang tertidur. Tetapi masih bisa memberikan respon bila diberikan rangsang yang cukup kuat.

f. Sopor , merupakan gangguan kesadaran dimana terjadi gangguan kesadaran yang berat tetapi masih dapat memberi respon bila diberi rangsang nyeri.

g.Koma , merupakan penurunan kesadaran yang paling berat dimana rangsangan apapun tidak akan menimbulkan respon.

4. Gangguan perhatian

Perhatian yang dimaksud di sini adalah konsentrasi dalam berfikir. Adapun gangguan tersebut dibagi ke dalam:

a. Distraktibilitas, merupakan perhatian, dimana yang bersangkutan tidak mampu mempertahankan perhatian-nya;

b. Inattantion, yang bersangkutan tidak bisa memberikan perhatian-nya.

5. Gangguan orientasi .

Menurut KBBI (kamus besar Bahasa Indonesia) , Orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar;atau pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan seseorang. Ketidak-mampu-an /gangguan dalam hal orientasi seseorang disebut disorientasi, yang dapat dibagi menjadi:

a. Disorientasi waktu, yang bersangkutan tidak mampu menjelaskan waktu;

b. Disorientasi Personal, yang bersangkutan tidak dapat mengenali seseorang;

c. Disorientasi Tempat, yang bersangkutan tidak dapat menjelaskan tempat.

6. Gangguan ingatan

Ingatan seseorang dapat terganggu, dan dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu:

a. Amnesia , dibagi menjadi 2 kelompok kecil lagi, yaitu :

Amnesia Psikogenik

  • Katathymic : bersifat parsial, disebabkan oleh hal kompleks yang hendak ditekan oleh yang bersangkutan ke dalam alam bawah sadar.

  • Histerical : bersifat total, disebabkan oleh rasa takut/malu yang berlebihan.

Amnesia Organik

  • Retrograde : yang bersangkutan lupa akan hal-hal yang terjadi sebelum terjadinya suatu peristiwa.

  • Antegrade : yang bersangkutan lupa hal-hal yang terjadi sesudah terjadinya suatu perstiwa.

b. Dysmnesia , secara singkat dapat disebut menyimpan ingatan.

dibagi menjadi 2 kelompok. yaitu :

Konfabulasi, merupakan suatu penyimpanan dimana kekosongan ingatan pada yang bersangkutan diisi oleh ingatan yang baru yang dikarang oleh yang bersangkutan yang tidak benar.

De Javu , merupakan penyimpanan ingatan seolah - olah dia sudah pernah berada disuatu tempat padahal sebenarnya belum pernah.

7.Gangguan emosi

Gangguan emosi dapat dibagi menjadi 2 sub kelompok, antaralain:

a. Afek , merupakan ekspresi eksternal dari emosi yang terlihat di wajah kita.

afek dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :

Afek Tumpul : Dimana ekspresi afektifnya terbatas;

Afek Datar : Tidak ada ekspresi afektif;

Afek Inappropriate : Gangguan afek dimana ekspresinya berbeda dengan ide idenya

b. Mood , merupakan kondisi internal dari emosi kita

Mood dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :

Euphoria : kondisi mood yang berisi dengan kegembiraan tetapi sebenarnya tidak sesuai dengan kenyatan;

Depresi : Merupakan kondisi mood yang berisi perasaan sedih, tertekan dan tidak bergairah (bersifat patologik).

8. Gangguan bicara

Ada 4 jenis gangguan bicara, yaitu :

a. Gagap , merupakan gangguan bicara dimana berbicara terputus -putus oleh pengulangan kata kata. Biasanya orang tersebut ingin menyampaikan begitu banyak ide dalam waktu yang sangat terbatas sehingga pembicaraan-nya terputus.

b. Mutisma , merupakan gangguan bicara dimana orang itu mem-bisu. salah satu contohnya adalah mutisma selektif, dimana penderita hanya mau bicara pada orang - orang tertentu, namun tidak mau biara pada orang lain.

c. Neologisma , merupakan salah satu gangguan bicara dimana yang bersangkutan menciptakan kata - kata baru.

d. Word salad , merupakan salah satu gangguan bicara dimana terjadi percampuran kata-kata sehingga tidak memiliki pengertian.

9. Gangguan motorik

Gangguan motorik dibagi menjadi 6 kelompok besar, meliputi:

a. Retardasi Psikomotorik , yaitu suatu gangguan motorik dimana adanya penurunan gerak motorik dan gerakan menjadi lambat;

b. Stupor Katatonik , yaitu suatu gangguan dimana terjadi penurunan gerak motorik yang sangat hebat dan dapat menyebabkan orang yang bersangkutan tidak bisa bergerak sama sekali;

c. Agitasi Psikomotorik , yaitu suatu gangguan dimana terjadi peningkatan aktivitas motorik yang sangat hebat yang berada diluar kesadaran yang bersangkutan dan menimbulkan kegaduhan;

d. Katalepsia , yaitu suatu gangguan motorik dimana yang bersangkutan mempertahankan posisi tubuh tertentu secara kaku dan tidak bisa dirubah;

e. Fleksibilitas Cerea , yaitu suatu gangguan motorik dimana mempertahankan posisi tubuh tertentu tetapi di-gerakan atau dibuat oleh orang lain;

f. Stereo tipi , yaitu suatu gangguan motorik dimana terjadi gerakan motorik yang berulang - ulang dan tidak bertujuan.