Apa yang dimaksud dengan Psikologi Positif atau Positive Psychology?

Psikologi positif adalah perspektif ilmiah tentang bagaimana membuat hidup lebih berharga. Tujuan dari psikologi positif adalah memberikan pandangan tentang manusia dari sisi lain, yaitu dengan cara menampilkan sifat-sifat indah dari manusia. Intervensi psikologi positif dapat melengkapi intervensi yang ada pada kajian psikologi yang dinilai masih tradisional, hal itu untuk mengurangi penderitaan dan membawa puncaknya kepada kebahagiaan.

Apa yang dimaksud dengan Psikologi Positif atau Positive Psychology ?

Untuk memahami Psikologi Positif secara utuh, perlu diyakini bahwa manusia bukan hanya sebagai individu yang memiliki masalah psikologis semata. Akan tetapi, setiap manusia memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan hal-hal yang baik dan mampu mengelola hal tersebut. Sehingga dalam Psikologi Positif lebih diutamakan bagaimana seseorang berfungsi secara optimal dan faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap hal tersebut.

Menurut beberapa ahli definisi, Psikologi Positif adalah upaya teoritik dan riset mengenai proses membuat hidup menjadi lebih bermakna (Peterson & Park, 2003).

Psikologi Positif merupakan ilmu yang mempelajari kondisi dan proses-proses yang berpengaruh pada pengembangan atau fungsi optimal dari individu, kelompok, dan institusi (Gable & Haidt, 2005).

Menurut Compton (2005), Psikologi Positif merupakan ilmu yang menggunakan teori-teori psikologis, penelitian, dan teknik intervensi untuk memahami sisi positif, adaptif, kreatif, dan elemen-elemen yang bermakna secara emosional pada perilaku manusia.

Tujuan yang ingin dicapai pada kajian Psikologi Positif adalah kebahagiaan (happiness). Kebahagiaan pada manusia, meliputi perasaan positif (kenyamanan-enjoyable) dan kegiatan positif tanpa unsur perasaan (keterlibatan).

RUANG LINGKUP PSIKOLOGI POSITIF

Terdapat tiga pilar utama dalam Psikologi Positif, yaitu :

  1. Pengkajian terhadap karakter positif (virtues), yaitu : kreatif, memiliki rasa ingin tahu, memiliki keterbukaan pikiran, memiliki kegemaran belajar, memiliki kearifan, memiliki keberanian, tabah dalam kesulitan, murah hati, dan penuh semangat.

  2. Pengkajian terhadap emosi positif, yaitu : kebahagiaan (Happiness), kasih sayang (Love), bersyukur (Gratitude), memaafkan (Forgiveness), mengharap hal baik (Hope), dan gembira (Humor).

  3. Pengkajian terhadap institusi positif, seperti pemerintah yang demokrasi, keluarga yang kukuh, organisasi yang menjunjung kebebasan informasi, yang mana masing-masing memiliki sifat-sifat : adil, peduli (caring), bertanggung jawab, beradab (civil society), toleransi, non-diskriminatif, saling mendukung, dan saling menghargai.

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS)

Kebahagiaan sendiri terbagi menjadi emosi positif, keterlibatan, dan makna hidup. Menurut Selligman (2002), dalam mencapai kebahagiaan individu menghindari bentuk-bentuk kesenangan sesaat, tingkat kepuasan minimal, dan kehampaan makna. Apabila hal tersebut diaplikasikan dalam psikoterapi, maka tidak sekedar memperbaiki gangguan mental individu tersebut, tetapi terapis juga membantu individu untuk mengenali dan membangun kekuatan serta kebajikan (virtue) yang dimiliki.

KEKUATAN DAN KEBAJIKAN (STRENGTH & VIRTUE)

Adapun kebajikan yang diungkap dalam Psikologi Positif terdiri atas enam hal, yang didalamnya memiliki 24 kekuatan karakter individu yang bersifat universal. Enam kebajikan tersebut adalah wisdom & knowledge, courage, humanity, justice, temperance, dan transcendence.

ASSESMEN DALAM PSIKOLOGI POSITIF

Ada beberapa bentuk alat penilaian berupa skala psikologis yang dapat membantu kita mengukur kebahagiaan, antara lain: Steen Happiness Index (SHI) yang dikembangkan sejak tahun 1999, terdiri atas 20 item dan 5 pilihan jawaban ekstrim untuk merefleksikan tiga bentuk hidup bahagia (menyenangkan, keterlibatan, dan kebermaknaan). Assesmen yang lain adalah General Happiness Scale (Lepper, 1999), dan Happiness Scale (Fordyce, 1977).

Martin E. P Seligman, seorang profesor psikologi di Universitas Pennsylvania dan pernah menjabat sebagai Presiden American Psychological Association (APA) mulai berpikir bahwa manusia tidak hanya dapat dipelajari dari sisi negatifnya saja, tetapi juga dari sisi positifnya.

Martin E. P Seligman menilai selama ini kajian psikologi sering di warnai dengan topik negatif tentang manusia. Martin E. P Seligman juga berpendapat bahwa psikologi bukan hanya studi tentang penyakit, kelemahan, dan kerusakan, tetapi psikologi juga merupakan studi tentang kebahagiaan, kekuatan, dan kebajikan (Seligman, 2005).

Psikologi positif adalah perspektif ilmiah tentang bagaimana membuat hidup lebih berharga. Martin E. P Seligman dalam pidato pelantikannya mengatakan bahwa sebelum perang dunia II, psikologi memiliki tiga misi yaitu menyembuhkan penyakit mental, membuat hidup lebih bahagia, dan mengidentifikasi serta membina bakat mulia dan kegeniusan. Setelah perang dunia II, dua misi psikologi yang terakhir diabaikan.

Berdasarkan kondisi tersebut maka ditegakkan tiga tonggak utama psikologi positif, yaitu studi tentang emosi positif, studi tentang sifat-sifat positif, terutama tentang kekuatan dan kebajikan, dan studi tentang lembaga-lembaga positif yang mendukung kebajikan (Seligman, 2005).

Tujuan dari psikologi positif adalah memberikan pandangan tentang manusia dari sisi lain, yaitu dengan cara menampilkan sifat-sifat indah dari manusia. Intervensi psikologi positif dapat melengkapi intervensi yang ada pada kajian psikologi yang dinilai masih tradisional, hal itu untuk mengurangi penderitaan dan membawa puncaknya kepada kebahagiaan (Seligman dan Csikszentmihalyi dalam Mardliyah, 2010).

Sesungguhnya berbagai kekuatan yang dimiliki tiap orang dalam dirinya merupakan senjata utama dalam terapi. Hal inilah yang akhirnya semakin mendorong Martin E. P Seligman dan para tokoh psikologi positif lainnya untuk membangun kualitas-kualitas terbaik dalam hidup, tidak hanya sekedar memperbaiki hal-hal buruk yang telah terjadi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka muncul aliran psikologi modern yang dinamakan psikologi positif. Bidang psikologi positif terdiri dari pengalaman subjektif yang positif, kesejahteraan (well-being), kepuasan, keterlibatan (flow), kegembiraan, kebahagiaan, dan pandangan kognitif yang konstruktif mengenai masa depan, seperti optimisme, harapan, dan keyakinan (Seligman dalam Syinder & Lopez dalam Mardliyah, 2010).

Martin E. P Seligman, seorang profesor psikologi di Universitas Pennsylvania dan pernah menjabat sebagai Presiden American Psychological Association (APA) mulai berpikir bahwa manusia tidak hanya dapat dipelajari dari sisi negatifnya saja, tetapi juga dari sisi positifnya.

Martin E. P Seligman menilai selama ini kajian psikologi sering di warnai dengan topik negatif tentang manusia. Martin E. P Seligman juga berpendapat bahwa psikologi bukan hanya studi tentang penyakit, kelemahan, dan kerusakan, tetapi psikologi juga studi tentang kebahagiaan, kekuatan, dan kebajikan (Seligman, 2005).

Psikologi positif adalah perspektif ilmiah tentang bagaimana membuat hidup lebih berharga. Martin E. P Seligman dalam pidato pelantikannya mengatakan bahwa sebelum perang dunia II, psikologi memiliki tiga misi yaitu; menyembuhkan penyakit mental, membuat hidup lebih bahagia, dan mengidentifikasi serta membina bakat mulia dan kegeniusan. Setelah perang dunia II, dua misi psikologi yang terakhir diabaikan.

Berdasarkan kondisi tersebut maka ditegakkan tiga tonggak utama psikologi positif, yaitu studi tentang emosi positif, studi tentang sifat-sifat positif, terutama tentang kekuatan dan kebajikan, dan studi tentang lembaga-lembaga positif yang mendukung kebajikan (Seligman, 2005).

Tujuan dari psikologi positif adalah memberikan pandangan tentang manusia dari sisi lain, yaitu dengan cara menampilkan sifat-sifat indah dari manusia. Intervensi psikologi positif dapat melengkapi intervensi yang ada pada kajian psikologi yang dinilai masih tradisional, hal itu untuk mengurangi penderitaan dan membawa puncaknya kepada kebahagiaan (Seligman dan Csikszentmihalyi dalam Mardliyah, 2010).

Sesungguhnya berbagai kekuatan yang dimiliki tiap orang dalam dirinya merupakan senjata utama dalam terapi. Hal inilah yang akhirnya semakin mendorong Martin E. P Seligman dan para tokoh psikologi positif lainnya untuk membangun kualitas-kualitas terbaik dalam hidup, tidak hanya sekedar memperbaiki hal-hal buruk yang telah terjadi.

latar belakang tersebut maka muncul aliran psikologi modern yang dinamakan psikologi positif. Bidang psikologi positif terdiri dari pengalaman subjektif yang positif, kesejahteraan (well-being), kepuasan, keterlibatan (flow), kegembiraan, kebahagiaan, dan pandangan kognitif yang konstruktif mengenai masa depan, seperti optimisme, harapan, dan keyakinan (Seligman dalam Syinder & Lopez dalam Mardliyah, 2010).

Psikologi positif adalah ilmu psikologi yang membahas tentang hal-hal positif yang ada pada manusia. Jika ilmu psikologi abad 20an membahas tentang berbagai penyakit mental dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit mental tersebut, maka psikologi positif ingin menampilan hal-hal yang indah dalam diri manusia dengan tujuan untuk meningkatkan kebahagiaan dalam diri manusia. Psikologi positif berpijak pada 3 pilar utama, yaitu :

1. Emosi Positif

Emosi positif adalah pencapaian khusus dari psikologi positif. Seseorang yang mencapai kebahagiaan adalah seseorang yang telah mengalami emosi positif tersebut, namun orang yang bahagia tidak harus mengalami semua atau sebagian besar emosi postif. Emosi positif dibagi menjadi 3 macam :

  1. Emosi yang Ditujukan Pada Masa Lalu : puas, bangga dan tenang
  2. Emosi yang Ditujukan Pada Masa Depan : Optimisme, harapan, percaya diri, kepercayaan dan keyakinan.
  3. Emosi yang Ditujukan Pada Masa Sekarang : kenikmatan lahiriah (kelezatan, kehangatan, orgasme), kenikmatan batiniah (senang, gembira, nyaman), gratifikasi (kegiatan yang disukai)

2. Karakter Positif

Kebajikan dam kekuatan merupakan unsur utama pembentuk pilar kedua psikologi positif ini. Kebajikan adalah nilai-nilai universal yang diakui oleh sebagian besar agama dan tradisi-tradisi filsafat diseluruh dunia. Nilai-nilai universal tersebut terdiri dari kearifan dan pengetahuan, keberanian, cinta dan kemanusiaan, keadilan, kesederhanaan serta spiritualitas dan transendensi.

Kekuatan adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai kepada kebajikan-kebajikan tersebut atau karakter-karakter yang harus dimiliki seseorang untuk meraih kebajikan tersebut. Kekuatan-kekuatan tersebut diantaranya :

  1. Kearifan dan pengetahuan

    • Keingintahuan/Ketertarikan terhadap Dunia
      Keingintahun akan dunia akan membuat seseorang terus mencari pengalaman kehidupan. Selain itu orang tersebut mempunyai minat yang tinggi untuk menganalisis sesuatu.

    • Kecintaan untuk Belajar
      Orang yang memiliki kecintaan untuk belajar akan senantiasa bersemangat dan sangat antusias ketika mempelajari hal-hal baru. Orang tersebut adalah orang yang haus akan pengetahuan, ia senang mengunjungi tempat-tempat yang edukatif indoor maupun out door.

    • Pertimbangan/Pemikiran Kritis/Keterbukaan Pikiran
      Karkater ini adalah sebuah karakter yang ketika dimiliki oleh seseorang, orang tersebut tidak begitu saja menerima fakta- fakta yang ada karena bisa saja fakta yang ada bukanlah kenyataan yang sebenarnya. Ia senatiasa berpikir kritis dan penuh pertimbangan yang matang ketika memutuskan sesuatu.

    • Kecerdikan/Orisinalitas/Intelegensia/Kecerdasan Sehari-hari
      Orang yang mempunyai karakter ini akan selalu mencari cara baru yang lebih baik dalam menyelesaikan sesuatu. Ia tidak terpaku dengan cara baku atau konvensional yang sering dipakai oleh orang lain.

    • Kecerdasan Sosial/Kecerdasan Pribadi/Kecerdasan Emosional
      Kecerdasan sosial dan kecerdasan pribadi merupakan pengetahuan akan diri sendiri dan orang lain. Dua kecerdasan ini disebut juga sebagai kecerdasan emosional.

    • Perspektif
      Perspektif merupakan kekuatan paling matang dalam rumpun kearifan dan pengetahuan. Ciri-ciri dari orang yang mencapai pada karakter ini adalah orang tersebut sering ditunjuk sebagai problem solver dalam suatu kelompok. Ia mempunyai pengalaman yang matang dan membagikanya kepada banyak orang.

  2. Keberanian

    • Kepahlawanan dan Ketegaran
      Orang yang memiliki karakter ini adalah orang yang tidak taku terhadap berbagai ancaman, tantangan, kepedihan dan kesulitan. Seseorang yang tegar mampu memisahkan komponen emosi dan perilaku dari rasa takut, menahan diri untuk tidak lari dari masalah.

    • Sifat Ulet/Rajin/Tekun
      Orang yang ulet, rajin dan tekun adalah orang yang menyelesaikan semua yag telah dimulainya. Namun, tidak tergesa-gesa dalam menyeleasikan pekerjaanya, ia fleksibel, realistis dan tidak perfeksionis.

    • Integritas/Ketulusan/Kejujuran
      Hidup dengan menjadikan karakter ini sebagai bagian dari kehidupan berarti memutuskan untuk hidup tanpa kepura-puraan. Hidup dengan apa adanya dan tulus. Selain itu, hidup dengan penuh komitmen.

  3. Cinta dan Kemanusiaan

    • Kebaikan dan Kemurahan Hati
      Ciri-ciri dari karakter ini adalah suka membantu orang lain tanpa pamrih. Mengesampingkan egoisme dan hidup penuh dengan kerendahan hati.

    • Mencintai dan Bersedia Dicintai
      Menghargai kedekatan dan keakraban adalah ciri-ciri dari karakter ini, ketika seseorang memulai hubungan dengan orang lain dan orang lain tersebut juga merasakan adanya penghargaan terhadap kedekatan dan keakraban berarti orang yang memulai hubungan tersebut memiliki karakter ini.

  4. Keadilan

    • Bermasyarakat/Tugas/Kerja Tim/Loyalitas
      Manusia adalah makhluk sosial, dengan adanya kenyataan tersebut tidak bisa dipungkiri bahwa manusia membentuk kelompok-kelompok. Karakter ini adalah karakter yang harus dimiliki manusia, mengingat bahwa manusia adalah makhluk sosial,

    • Keadilan dan Persamaan
      Salah satu ciri dari karakter ini adalah tidak membiarkan perasaan pribadi menyebabka biasnya keputusan terhadap orang lain. Melakukan suatu penilaian objektif yang akan menimbulkan sebuah keputusan yang objektif juga.

    • Kepemimpinan
      Handal dalam mengorganisasi kegiatan dan mengawasi jalanya kegiatan tersebut merupakan ciri-ciri dari karakter ini. pemimpin yang kharismatik adalah pemimpin yang efektif, berusaha agar tugas kelompok terselesaikan, sambil menjaga hubungan baik diantara anggota kelompok.

  5. Kesederhanaan

    • Pengendalian Diri
      Orang yang mempunyai karakter ini senantiasa mampu mengendalikan hawa nafsu, keinginan, amarah dan dorongan.

    • Hati-hati/Penuh Pertimbangan
      Pribadi yang berhati-hati mempunyai wawasan yang luas dan penuh pertimbangan, jangan sampai menyesal dikemudian hari.

    • Kerendahan Hati dan Kebersahajaan
      Tidak terlalu banyak berbicara, selalu membuktikan sesuatu dengan perbuatan. Tidak menganggap diri terlalu istimewa, biarkan orang lain yang mengakui dan menghargai kebersahajaan tersebut.

  6. Transendensi

    • Apresiasi terhadap Keindahan dan Keunggulan
      Menghargai keindahan, keunggulan dan keahlian semua bidang baik alam, seni, matematika dan sains.

    • Bersyukur
      Bersyukur merupakan apresiasi terhadap kehidupan, sebuah perasaan berterima kasih atas segala yang ada dalam kehidupan.

    • Harapan Optimisme/Berpikiran ke Depan
      Harapan dan optimisme dan berpikiran kedepan merupakan kelompok kekuatan yang mewakili pendirian positif dalam menghadapi masa depan. Berharap bahwa peristiwa yang baik akan terjadi dan merasakan bahwa dengan kerja keras upaya akan terwujud.

    • Spiritualitas / Tujuan Hidup / Keyakinan / Keagamaan
      Memiliki keyakinan yang kuat dan koheren tentang tujuan dan makna yang lebih tinggi tentang kehidupan.

    • Sikap Pemaaf dan Belas Kasih
      Memaafkan orang-orang yang telah berbuat kesalahan dan menjadikan belas kasih sebagai prinsip, bukan pembalasan sebagai prinsip.

    • Sikap Main-main dan Rasa Humor
      Pandai membuat orang tersenyum dan tertawa. Mudah melihat sisi positif dari kehidupan.

    • Semangat/Gairah/Antusiasme
      Merasakan semangat, sangat bergairah dan antusiasme yang tinggi ketika melakukan sesuatu, sehingga menghasilkan sesuatu yang maksimal.

3. Institusi Positif

Institusi positif adalah struktur yang lebih besar dari individu yang mendukung karakter positif dan pada akhirnya menghasilkan emosi positif. Adapun contoh dari lembaga positif tersebut, yaitu ikatan keluarga dan masyarakat yang teguh, demokrasi, kebebasan pers, pendidikan dan jaringan pengaman ekonomi.

Ketiga pilar tersebut saling beruhubngan, pilar pertama sebagai gambaran dari kebahagiaan yang akan dicapai yaitu emosi positif, kemudian pilar kedua dan pilar ketiga merupakan pilar pendukung yang pada akhirnya menghasilkan emosi positif. Artinya, kebahagiaan yang sejati akan tercapai ketika manusia merasakan emosi positif masa lalu, masa sekarang dan masa depan, untuk mencapai itu semua diperlukan karakter positif dan institusi positif.

Psikologi positif mulai muncul dan berkembang pasca perang dunia kedua. Pada saat itu, psikologi positif lebih memfokuskan pada penyakit mental korban perang dan membantu para korban untuk mengembalikan kesejahteraan hidupnya yang lebih bermakna dan ke arah yang lebih posistif.

Sebelum perang dunia kedua, menurut Seligman terdapat tiga pokok tujuan psikologi, yaitu menyembuhkan penyakit mental, mengembangkan potensi individu, dan membuat kehidupan normal yang bermakna.

Setelah perang dunia kedua, terjadi pergeseran paradigma dan prioritas tujuan di mana psikologi lebih memfokuskan terhadap penyembuhan penyakit mental karena akibat perang tersebut banyak sekali korban yang meninggal ataupun yang mengalami trauma. Dengan latar belakang inilah menyebabkan munculnya psikologi positif untuk mengembalikan tiga tujuan utama yang tidak sematamata hanya untuk penyembuhan penyakit mental saja. Tetapi juga mengembangkan potensi dan membuat kehidupan manusia lebih bermakna, terutama pasca perang kedua. Psikologi positif juga fokus pada upaya mengembangkan, menciptakan, dan menemukan suatu situasi yang positif ke arah lingkungan yang dapat menciptakan kekuatan bagi individu itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan setiap manusia berbeda-beda, mulai dari kebutuhan individual atau kelompok.

Sebagai contoh untuk saat ini psikologi positif dapat diwujudkan dengan konseling untuk membantu mengarahkan individu ke arah yang positif dari lingkungannya maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Sebab dengan berpikir positif dan memiliki emosi yang positif, maka manusia dapat terhindar dari emosi negatif yang membawa dampak tidak baik bagi fisik maupun psikologis. Mungkin dulu konseling hanya pada setting klinis dan sosial yaitu membantu korban yang mengalami trauma pasca perang kedua, tapi kini hal tersebut bisa terlibat dalam setting klinis, sosial, pendidikan, dan industri organisasi.

Pada tahun 1988, Martin Seligman yang juga merupakan Presiden APA (American Psychological Association), seorang psikolog pakar studi optimisme, mempelopori revolusi dalam bidang psikologi melalui gerakan psikologi positif. Berlawanan dengan psikologi negatif, ilmu pengetahuan baru ini mengarahkan perhatiannya pada sisi positif manusia, mengembangkan potensi-potensi kekuatan dan kebajikan, sehingga membuahkan kebahagiaan yang autentik dan berkelanjutan.

Psikologi positif mengkaji tentang kekuatan dan kebajikan yang bisa membuat seseorang atau sekelompok orang menjadi berhasil dalam hidup atau meraih tujuan hidupnya, sehingga ia menjadi bahagia. Salah satu pusat perhatian utama dari cabang psikologi ini adalah pencarian, pengembangan kemampuan, bakat individu atau kelompok masyarakat, dan kemudian membantunya untuk mencapai peningkatan kualitas hidup (dari normal menjadi lebih baik, lebih berarti, lebih bahagia).

Bila dilihat dari rumpun ilmu psikologi positif berakar pada aliran psikologi humanistik. Abraham Maslow, Carl Rogers dan Erich Fromm adalah para tokoh psikologi humanis yang telah dengan gemilang mengembangkan penelitian, praktik dan teori tentang kebahagiaan atau kehidupan individu yang positif. Upaya ini kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh para ahli dan praktisi psikologi positif untuk terus mencari fakta empirik dan fenomena baru untuk mengukuhkan hasil kerja para psikolog humanis. Salah satu teori yang dikemukakan oleh psikologi positif adalah self-determination theory.

Jika ditelusuri lebih jauh ke belakang, pengaruh-pengaruh yang ikut andil dalam lahirnya cabang psikologi positif ini berasal dari ilmu filsafat dan agama. Jauh sebelum psikologi moderen muncul di akhir abad ke XIX. Socrates, misalnya, berpendapat bahwa pengetahuan diri (self knowledge) adalah jalan menuju kebahagiaan. Selanjutnya, Aristoteles percaya bahwa kebahagiaan atau eudaimonia terjadi jika kegiatan-kegiatan rasional selaras dengan tata nilai (individu atau masyarakat).

Munculnya era renaissance telah menempatkan manusia sebagai fokus dan sesuatu yang sangat bernilai. Akibatnya, orangorang kreatif memiliki prestise atau nilai lebih di mata masyarakat. Para pemahat, pelukis, musisi, tidak lagi dianggap hanya sebagai pekerja seni, melainkan sebagai artis. Ahli filsafat seperti John Stuart Mill percaya bahwa bagi kebanyakan orang, tindakan moral akan bisa menimbulkan atau meningkatkan kebahagiaan hidup. Oleh karenanya ilmu pengetahuan tentang kebahagiaan harus dimanfaatkan untuk menentukan perbuatan-perbuatan apakah yang termasuk dalam tindakan (ber) moral.

Referensi

http://eprints.umpo.ac.id/4615/1/4.%20Psikologi%20positif_lengkap.pdf