Apa yang dimaksud dengan Propaganda?

Propaganda

Propaganda pada dasarnya adalah upaya sengaja dan sistematis dengan memanfaatkan media komunikasi untuk mempengaruhi publik agar bereaksi sesuai dengan yang diinginkan sang propagandis. Dalam pemahaman ini, propaganda tidak dengan sendirinya melibatkan pengertian menipu atau menggunakan fakta yang tidak benar.

propaganda

Kata propaganda berasal dari bahasa Latin propagare yang berarti ‘perluasan’; ‘penyebarluasan’; ‘pengembangan’; atau ‘pemekaran’.

Kata tersebut semula mengacu pada sebuah lembaga yang didirikan pada tahun 1622 oleh Gereja Katolik Roma (waktu itu dipimpin oleh Paus Gregorius XV) yang tugasnya, antara lain, menyebarluaskan agama Katolik ke luar negeri (Sastropoetro, 1983).

Harry Shaw yang pendapatnya dikutip oleh Sunu Wasono (2007) menyatakan bahwa propaganda merupakan informasi, ide-ide, atau gosip yang disebarluaskan untuk mendukung atau menghancurkan seseorang, kelompok, gerakan, keyakinan, lembaga, atau bangsa.

Dari batasan yang dibuatnya tersebut, dapat diartikan bahwa masalah propaganda tidak hanya menyangkut masalah keagamaan, tetapi dapat juga berkaitan dengan hal-hal lain.

Harold D. Lasswell, mendefinisikan propaganda sebagai teknik untuk mempengaruhi perilaku manusia dengan memanipulasi representasi (wakilan). Representasi tersebut dapat berbentuk percakapan, tulisan, gambar, atau musik.

R.A. Santoso Sastropoetro mendefinisikan propaganda sebagai suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan secara saksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat, dan tingkah laku dari penerima (komunikan) sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator (Sastropoetro, 1983).

Dari definisi propaganda tersebut Sastropoetro berpendapat setidaknya ada tujuh elemen yang ada dalam sebuah propaganda. Elemen-elemen tersebut, adalah

  1. adanya komunikator yang menyampaikan informasi atau pesan dengan isi dan tujuan tertentu;

  2. adanya komunikan atau orang yang menerima informasi yang diharapkan menerima pesan dan selanjutnya melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator;

  3. adanya kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang hendak dicapai;

  4. adanya pesan tertentu yang telah dirumuskan untuk mencapai tujuan secara efektif;

  5. adanya sarana atau medium;

  6. adanya teknik yang selektif; dan

  7. adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya propaganda (Sastropoetro, 1983).

Propaganda, sebagai sebuah bentuk komunikasi massa memperlihatkan ciri tidak adanya hubungan interaktif antara komunikator dan komunikan. Hubungan mereka sering impersonal, bahkan mungkin sekali bersifat nonformal dan kalkulatif, dalam pengertian bahwa pengirim pesan (propagandis) tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang terjadi terhadap individu atas pesan yang disampaikan (Wasono, 2007).

Tidak adanya tanggung jawab propagandis atas hal yang disampaikan terhadap komunikan, memberi kebebasan kepada komunikan untuk sepakat atau tidak sepakat terhadap hal yang dikemukakan propagandis.

Wasono berpendapat, jika masalah atau ide yang dipropagandakan sudah tidak relevan dan tidak aktual lagi, daya tarik sebuah propaganda akan menghilang (2007).

Duyker juga berpendapat bahwa propagandis menggunakan bahasa yang sangat ekspresif dan emosional, selain menggunakan berbagai simbol/lambang lain yang semuanya dapat menggerakkan perasaan orang yang menjadi objek propaganda.

Dengan cara yang demikian, propagandis berusaha “menembus” dan “menggerakkan pikiran” manusia yang seringkali terletak di bidang irasionalnya (Sastropoetro, 1983).

propaganda

Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda.

Sebagai komunikasi satu ke banyak orang (one-to-many), propaganda memisahkan komunikator dari komunikannya. Namun menurut Ellul, komunikator dalam propaganda sebenarnya merupakan wakil dari organisasi yang berusaha melakukan pengontrolan terhadap masyarakat komunikannya. Sehingga dapat disimpulkan, komunikator dalam propaganda adalah seorang yang ahli dalam teknik penguasaan atau kontrol sosial. Dengan berbagai macam teknis, setiap penguasa negara atau yang bercita-cita menjadi penguasa negara harus mempergunakan propaganda sebagai suatu mekanisme alat kontrol sosial.[1]

Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan di mana umumnya isi propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran untuk kepentingan tertentu.

Berikut adalah definisi propaganda menurut beberapa sumber yang ada.

Propaganda adalah usaha dengan sengaja dan sistematis, untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan mengarahkan kelakuan untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan penyebar propaganda.— Garth S. Jowett and Victoria O’Donnell, Propaganda And Persuasion

Propaganda sebagai komunikasi yang “digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, diersatukan secara psikologis dan tergabungkan di dalam suatu kumpulan atau organisasi.”[1] Jacques Ellul

Propaganda merupakan suatu seni untuk menyebarkan dan meyakinkan suatu kepercayaan, khususnya kepercayaan agama atau politik. Everyman’s encyclopedia

Propaganda merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok termasuk dengan cara menggunakan sugesti, sehingga berakibat menjadi kontrol terhadap kegiatan kelompok tersebut. Leonard W. Dobb

“Sebarkan kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya.” Tentang kebohongan ini, Goebbels juga mengajarkan bahwa kebohongan yang paling besar ialah kebenaran yang diubah sedikit saja Jozef Goebbels, Menteri Propaganda Nazi pada zaman Hitler

Tipologi propaganda

Propagandis mencoba untuk mengarahkan opini publik untuk mengubah tindakan dan harapan dari target individu. Yang membedakan propaganda dari bentuk-bentuk lain dari rekomendasi adalah kemauan dari propagandis untuk membentuk pengetahuan dari orang-orang dengan cara apapun yang pengalihan atau kebingungan.

Propaganda adalah senjata yang ampuh untuk merendahkan musuh dan menghasut kebencian terhadap kelompok tertentu, mengendalikan representasi bahwa itu adalah pendapat dimanipulasi. Metode propaganda termasuk kegagalan untuk tuduhan palsu.

propaganda dapat digolongkan menurut sumbernya:

  • propaganda putih” berasal dari sumber yang dapat diidentifikasi secara terbuka.
  • propaganda hitam” berasal dari sumber yang dianggap ramah akan tetapi sebenar-benarnya bermusuhan.
  • propaganda abu-abu” berasal dari sumber yang dianggap netral tetapi sebenarnya bermusuhan.

Propaganda telah berkembang dalam perang psikologis di mana propaganda menemukan ekstensinya.

Komponen propaganda

  • Pihak yang menyebarkan pesan, berupa komunikator, atau orang yang dilembagakan/lembaga yang menyampaikan pesan dengan isi dan tujuan tertentu.

  • Komunikan atau target penerima pesan yang diharapkan menerima pesan dan kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan oleh komunikator.

  • Pesan tertentu yang telah dirumuskan sedemikian rupa agar mencapai tujuannya dengan efektif.

  • Sarana atau medium yang tepat dan sesuai atau serasi dengan situasi dari komunikan.

  • Kebijaksanaan atau politik propaganda yang menentukan isi dan tujuan yang hendak dicapai.

  • Dilakukan secara terus menerus.

  • Terdapat proses penyampaian gagasan, ide/kepercayaan, atau doktrin.

  • Mempunyai tujuan untuk mengubah opini, sikap, dan perilaku individu/kelompok, dengan teknik-teknik memengaruhi.

  • Kondisi dan situasi yang memungkinkan dilakukannya kegiatan propaganda yang bersangkutan.

  • Menggunakan cara sistematis prosedural dan perencanaan.

  • Dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit untuk memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator.[2]

Referensi :
[1] Jacques Ellul, Propaganda: The Formation of Men’s Attitudes, Knopf, 1965
[2] Santosa Sastropoetro, Propaganda: Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa, Bandung: Alumni, 1991,

Definisi propaganda sangatlah bervariasi. Salahsatu definisi awal terkait dengan propaganda dikenal pada tahun 1922 yang diperkenalkan oleh Walter Lippmann dalam bukunya “Public Opinion”. Menurutnya propaganda adalah salah satu usaha untuk mengubah apa yang orang bayangkan atau yang orang respons, atau membayangkan orang yang menanggapi lalu menggantikannya kedalam pola-pola perilaku sosial terhadap orang- orang lain (Liliweri, 2011).

Fritz Hippler, kepala divisi propaganda film Nazi Jerman, mengatakan bahwa rahasia propaganda yang efektif adalah menyederhanakan isu yang kompleks dan melakukan penyederhanaan secara berulang-ulang.

Michael Sproule (1994) berpendapat bahwa propaganda yang efektif adalah propaganda yang rahasia “mempengaruhi orang tanpa diketahui orang tersebut” dengan ciri khas pengorganisasian sistem komunikasi yang besar, dan menekankan bahasa yang rumit yang dirancang untuk mencegah pemikiran yang mendalam, para propagandis percaya bahwa hal tersebut merupakan yang ingin dicapai (Baran dan Davis, 2010).

Para ahli dari Amerika Serikat mulai membedakan antara propaganda hitam (black propaganda), propaganda putih (white propaganda) dan propaganda abu-abu(gray propaganda) dengan definisi yang berbeda.

  • Propaganda Hitam
    Propaganda Hitam biasanya didefinisikan sebagai penyebaran kebohongan, ilustrasi terbaiknya adalah para pengikut Nazi. Menurut Howard Becker, seorang sosiolog yang bekerja sebagai Propagandis Office of Strategic Service selama Perang Dunia II, propaganda hitam selalu menggelapkan sumber pesan propaganda dan seolah-olah pesan itu berasal dari dalam, sumber terpercaya dengan siapa target tersebut menjalin hubungan dekat. Seperti penyebar kebohongan dan mengkambing hitamkan orang-orang Yahudi Jerman pada tahun 1940-an sebagai biang keladi dari kehancuran ekonomi Jerman.

  • Propaganda Putih
    Propaganda Putih didefinisikan sebagai penindasan yang disengaja dari idea atau informasi yang bertentangan, dikombinasikan dengan dukungan yang disengaja terhadap ide ataupun informasi yang sangat konsisten mendukung tujuan para propagandis.

    Terkadang propaganda ini digunakan untuk mengalihkan perhatian dari peristiwa yang bermasalah, atau memunculkan interpretasi akan peristiwa bermanfaat bagi propagandis. Becker menegaskan bahwa dalam propaganda putih, sumber informasi harus teridentifikasi secara jelas bahwa sumber tersebut berasal dari luar, yaitu seseorang yang tidak ada hubungannya dengan target propaganda.

  • Propaganda Abu-abu
    Meliputi penyebaran informasi atau ide yang mungkin atau tidak mungkin salah.Para propagandis sebenarnya tidak berusaha mengetahui validitas pesan yang disampaikan atau bahkan malah menghindarinya, terutama jika penyebarannya memberi keuntungan bagi propagandis tersebut.

    Becker berpendapat bahwa kebenaran atau kesalahan isi propaganda biasanya sulit untuk ditentukan, sehingga akan sia-sia jika mengandalkan kejujuran untuk membedakan isi propaganda tersebut. Becker menekankan selama Perang Dunia II, Office of War Information dilarang menyebarkan propaganda putih, sementara Office of Strategic Services hanya mampu mengembangkan propaganda hitam.

    Kegiatan kedua lembaga ini dikoordinasi dari jarak jauh oleh Psycologhical Warfire,sebuah organisasi angkatan bersenjata. Saat ini kita dapat menemukan atribut dengan lebel seperti “Black” dan “White” sebagai konsep untuk propaganda yang bagus dan propaganda yang buruk(Baran dan Davis, 2010).

Propaganda adalah suatu kegiatan komunikasi yang erat kaitannya degan persuasi. Propaganda diartikan sebagai proses diseminasi informasi untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat dengan motif indoktrinasi ideologi (Cangara, 2007).

Propaganda sekarang merupakan suatu bagian politik rutin yang normal dan dapat diterima, dan tidak hanya terbatas pada pesan-pesan yang dibuat selama perayaan politik, kampanye, krisis atau perang. Penggunaan propaganda sebagai senajata persuasi bukan barang baru dalam komunikasi sebab kegiatan propaganda sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, meskipun istilah propaganda baru dikenal pada pertengahan abad ke-17.

Propaganda tidak jarang mendapat stigma negatif, seperti yang disampaikan oleh Dr. Joseph Gobbels Menteri Propaganda Jerman yakni

“propaganda tidak mengenal aturan dan etika. Tujuannya adalah membelenggu rakyat dengan segala cara dengan mencapai tujuan yang diinginkan”. Salah satu taktik propaganda Gobbel adalah “bisikan” (gossip, desas-desus).

Berbeda dengan pandangan pakar public relations Edward Bernays, justru Ia melihat bahwa propaganda bukan usaha yang patut dicela dalam meracuni pikiran orang dengan penuh kebohongan melainkan lebih dari itu, yakni suatu usaha yang terkelola untuk menyebarluaskan sesuatu untuk mendapatkan kepercayaan atau opini.

Propaganda menurut Barnays sangat dibutuhkan bagi peradaban manusia (Bernays dalam Cangara, 2007). Jadi propaganda tidak selalu diidentikan dengan sesuatu yang negatif tetapi juga bisa menjadi kegiatan positif yang bermanfaat.

Konsep Propaganda

Propaganda berasal dari bahasa latin propagare yang artinya cara tukang kebun menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memproduksi tanaman baru yang kelak akan tubuh sendiri. Dari sejarahnya sendiri propaganda awalnya adalah mengembangkan dan memekarkan agama Katholik Roma baik di Italia maupun di negara-negara lain.

Sejalan dengan tingkat perkembangan manusia propaganda tidak hanya digunakan dalam masalah keagamaan saja tapi juga dalam bidang pembangunan, politik, komersial, pendidikan, dan lain-lain. Oleh karena itu dewasa ini kita mengenal teknik propaganda juga digunakan dalam bidang seperti humas, kampanye politik dan periklanan.

Ini juga pernah diakui oleh Brown dan Both dalam Warner J Saverin dan James W Tankard (1979),

Propaganda would include much of advvertiising, much of political campaigning and much of public relations”.

Adapun beberapa konsep atau pengertian tentang propaganda antara lain;

  1. Dalam Encyclopedia International dikatakan, propaganda adalah “Suatu Jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan dan reaksi, tanpa membenarkan tentang nilai benar atau tidak benarnya tentang pesan yang disampaikan”.

  2. Everyman’s Enciclopedia, diungkapkan bahwa propaganda adalah suatu seni untuk penyebaran dan meyakinkan suatu kepercayaan agama atau politik.

  3. Qualter mengatakan bahwa propaganda suatu usaha yang dilakukan secara sengaja oleh beberapa individu atau kelompok untuk membentuk, mengawasi atau mengubah sikap dari kelompok-kelompok lain dengan menggunakan media komunikasi dengan tujuan bahwa pada setiap situasi yang tersedia, reaksi mereka yang dipengaruhi akan seperti yang diinginkan oleh si propagandis.

  4. Harold D. Laswell dalam tulisannya Propaganda (1937), mengatakan “propaganda adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dalam memanipulasi representasinya”. Definisi lainnya dari Laswell dalam bukunya Propaganda Technique in the World War (1927), menyebutkan bahwa, “Propaganda adalah semata-mata kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang memiliki arti, atau menyampaikan pendapat yang kongkrit dan akurat (teliti), melalui sebuah cerita, rumor laporan, gambar-gambar dan bentuk-bentuk lain yang bisa digunakan dalam komunikasi sosial”.

  5. Barnays mengatakan, “propaganda modern adalah suatu usaha yang bersifat konsisten dan terus-menerus untuk menciptakan dan membentuk peristiwa-peristiwa guna untuk mempengaruhi hubungan publik terhadap suatu usaha atau kelompok”.

  6. Ralph D Casey berkata, “Propaganda adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan sadar untuk memantapkan suatu sikap atau merupakan suatu pendapat yang berkaitan dengan suatu doktrin atau program dan di pihak lain, merupakan usaha yang sadar dari lembaga-lemabaga komunikasi untuk menyebarkan fakta dalam semangat obejektivitas dan kejujuran”.

  7. Leonard W. Dobb, mengatakan “Propaganda adalah usaha sistematis yang dilakukan individu yang masing-masing berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok individu lainnya dengan cara menggunakan sugeti dan sebagai akibatnya mengontrol kegiatan tersebut”.

Melihat beberapa definisi atau konsep yang dikemukakan tersebut di atas ada beberapa komponen dalam propaganda yang perlu dicermati sebagai berikut;

  • Dalam propaganda selalu ada pihak yang dengan sengaja melakukan proses penyebaran pesan untuk mengubah sikap dan perilaku sasaran propaganda. Dalam propaganda yang melakukan propaganda disebut sebagai propagandis. Propagandis bisa berupa individu, individu yang dilembagakan (The Institutionalized person) atau lembaga itu sendiri. Orang yang dilembagakan yang dimaksud adalah setiap kegiatannya selalu dikaitkan atau atas nama lembaga.

  • Propaganda dilakukan secara terus-menerus (continue). Propaganda dilakukan terus-menerus sejauh ada kepentingan dari propagandis.

  • Ada proses penyampaian ide, gagasan, kepercayaan atau bahkan doktrin. Proses penyampaian pesan ini melibatkan cara tertentu, misalnya dengan sugesti, agitasi, atau rumor.

  • Mempunyai tujuan mengubah pendapat, sikap, dan perilaku individu atau kelompok lain. Tujuan ini sedemikian pentingnya sehingga ada sindiran bahwa apapun akan dilkakukan propagandis untuk mewujudkan tujuannya tersebut.

  • Propaganda adalah usaha sadar. Dengan demikian propaganda adalah sebuah cara sistematis, prosedural dan perencanaan matang ini juga meliputi siapa yang menjadi sasaran, caranya bagaimana, lewat media apa.

  • Sebagai sebuah program yang memliki tujuan kongkrit, maka propaganda akan mencapai sasarannya secara efektif jika menggunakan media yang tepat. Media yang biasanya sangat efektif digunakan adalah media massa, meskipun ada media lain seperti komunikasi lisan, buku dan juga film (Nurudin, 2002).