Apa yang dimaksud dengan Prokrastinasi atau Menunda Pekerjaan?

image

Sikap prokrastinasi ada dalam diri setiap orang. Hal ini jika dibiarkan akan menyebabkan serangan panik jika sudah dekat dengan deadline suatu pekerjaan. Apa yang dimaksud dengan sikap prokrastinasi?

1 Like

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”. yang berarti keputusan hari esok, atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Burka & Yuen, 2008). Burka & Yuen (2008), menyebutkan bahwa

Kata prokrastinasi yang ditulis dalam American College Dictionary, memilik arti menangguhkan tindakan untuk melaksanakan tugas dan dilaksanakan pada lain waktu.

Kamus The Webster New Collegiate mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu pengunduran secara sengaja dan biasanya disertai dengan perasaan tidak suka untuk mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan.

Prokrastinasi di kalangan ilmuwan, pertama kali digunakan oleh Brown dan Hoizman untuk menunjukkan kecenderungan untuk menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang mempunyai kecenderungan menunda atau tidak segera memulai kerja disebut procrastinator (Ghufron, 2003).

Prokrastinasi dapat juga dikatakan sebagai penghindaran tugas, yang diakibatkan perasaan tidak senang terhadap tugas serta ketakutan untuk gagal dalam mengerjakan tugas.
Knaus (2002), berpendapat bahwa

Penundaan yang telah menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai trait prokrastinasi. Artinya prokrastinasi dipandang lebih dari sekedar kecenderungan melainkan suatu respon tetap dalam mengantisipasi tugas-tugas yang tidak disukai dan dipandang tidak diselesaikan dengan sukses.

Dengan kata lain penundaan yang dikatagorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola yang menetap, yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi suatu tugas dan penundaan yang diselesaikan oleh adanya keyakinan irasional dalam memandang tugas. Bisa dikatakan bahwa istilah prokrastinasi bisa dipandang dari berbagai sisi dan bahkan tergantung dari mana seseorang melihatnya.

image

Menurut Ferrari (M. N. Ghufron, 2003), pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai batasan tertentu, yaitu:

  • Prokrastinasi hanya sebagai perilaku penundaan, yaitu bahwa setiap perbuatan untuk menunda dalam mengerjakan suatu tugas disebut sebagai prokrastinasi, tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan penundaan yang dilakukan;

  • Prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki individu, yang mengarah kepada trait. Penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon tetap yang selalu dilakukan seseorang dalam menghadapi tugas, biasanya disertai oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irasional;

  • Prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, dalam pengertian ini prokrastinasi tidak hanya sebuah perilaku penundaan saja, akan tetapi prokrastinasi merupakan suatu trait yang melibatkan komponen-komponen perilaku maupun struktur mental lain yang saling terkait yang dapat diketahui secara langsung maupun tidak langsung.

Prokrastinasi berasal dari gabungan kata “ pro ” yang artinya maju, ke depan, lebih menyukai dan “crastinu ” yang artinya besok. Asal kata prokrastinasi adalah lebih suka melakukan pekerjaannya besok. Prokrastinasi berarti gagal melakukan kegiatan yang diinginkan atau harus dilakukan karena menundanya dengan sengaja, walau mungkin mengetahui dampak buruknya. Hal ini tampak sebagai usaha penghindaran (avoidance behavior). Prokrastinasi merupakan perilaku menunda mengerjakan sesuatu tanpa alasan yang jelas.

Wolter menyatakan bahwa prokrastinasi merupakan kegagalan dalam mengerjakan tugas dalam kerangka waktu yang diinginkan atau menunda mengerjakan tugas sampai saat-saat terakhir.

Prokrastinasi bukan saja komponen dari menunda, tetapi juga menunda tugas yang terjadwal, yang prioritas atau yang penting untuk dilakukan. Seseorang akan menunda tugas dengan prioritas tinggi jika tersedia perilaku lain yang memberikan reward dengan segera dankerugian yang rendah.

Breininger dan Bitticks menyatakan bahwa prokrastinasi adalah kata kerja untuk dengan sengaja menunda sesuatu yang harus dilakukan. Milgram menyatakan bahwa,

“Prokrastinasi bukan hanya penyimpangan manusia, salah satu dari banyak contoh dimana orang gagal untuk mengejar kepentingan mereka dengan cara yang efisien dan produktif”

Ini merupakan disfungsi kemampuan manusia yang menentukan dalam menghadapi tugas-tugas yang menumpuk setiap hari dalam memo atau dalam pikiran individu.

Prokrastinasi merupakan suatu perilaku menunda- nunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, waktu yang seharusnya untuk mengerjakan tugas digunakan untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan atau tidak berhubungan dengan tugasnya tersebut. Lebih lanjut Kendall dan Hammen berpendapat bahwa penundaan tersebut dilakukan individu sebagai bentuk coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang dapat membuat stres.

1 Like

Prokrastinasi adalah suatu mekanisme untuk mengatasi kecemasan yang berhubungan dengan bagaimana cara memulai atau menyelesaikan pekerjaan dan dalam hal membuat keputusan menurut Fiore (dalam Catrunada dan Puspitawati 2008).

Brown dan Hlzman (dalam Ghufron 2010) mendefinisikan prokrastinasi adalah suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Sedangkan menurut Watson (dalam Ghufron 2010) prokrastinasi berkaitan dengan takut gagal, tidak suka pada tugas yag diberikan, menentang, dan melawan kontrol. Juga mempunyai sikap ketergantungn dan kesulitan dalam membuat keputusan.

Ellis dan Knaus (dalam Ghufron 2010) mengatakan bahwa prokrastinasi adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Hal ini terjadi karena adanya ketakutan untuk gagal dan pandangan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar.

Ciri-ciri Prokrastinasi


Burka & Yuen (2008), menjelaskan ciri-ciri seorang pelaku prokrastinasi antara lain :

  1. Prokrastinator lebih suka untuk menunda pekerjaan atau tugastugasnya.

  2. Berpendapat lebih baik mengerjakan nanti dari pada sekarang, dan menunda pekerjaan adalah bukan suatu masalah.

  3. Terus mengulang perilaku prokrastinasi

  4. Pelaku prokrastinasi akan kesulitan dalam mengambil keputusan.

Area Prokrastinasi


Adapun Solomon dan Rothblum (dalam Ghufron 2010), menyebutkan enam area fungsi akademik untuk melihat jenis-jenis tugas yang sering diprokrastinasi oleh pelajar, yitu :

  1. Tugas mengarang, meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau tugas menulis, misalnya menulis makalah, laporan atau tugas mengarang lainnya.

  2. Tugas belajar menghadapi ujian, mencakup penundaan belajar untuk menghadapi ujian, misalnya ujian tengah semester, akhir semester, atau ulangan mingguan.

  3. Tugas membaca, meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan.

  4. Tugas administrasi, seperti menyalin catatan, mendaftarkan diri dalam presensi kehadiran, daftar peserta praktikum, dan sebagainya.

  5. Menghadiri pertemuan, yaitu penundaan maupun keterlambat dalam menghadiri pelajaran, praktikum, dan pertemuan-pertemuan lainnya.

  6. Kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunja mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan.

Menurut Solomon dan Rothblum, Prokrastinasi adalah penundaan mulai mengerjakan atau penyelesaian tugas yang disengaja. dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa perilaku prokrastinasi adalah perilaku yang disengaja, maksudnya faktor-faktor yang menunda penyelesaian tugas berasal dari putusan dirinya sendiri.

Prokrastinasi sendiri merupakan perilaku tidak perlu yang menunda kegiatan walaupun orang itu harus atau berencana menyelesaikan kegiatan tersebut. Perilaku menunda ini akan dapat dikategorikan sebagai prokrastinasi ketika perilaku tersebut menimbulkan ketidaknyamanan emosi seperti rasa cemas.

Vestervelt berpendapat bahwa secara umum diyakini bahwa selain meliputi komponen perilaku, prokrastinasi juga meliputi komponen afektif dan kognitif. komponen perilaku prokrastinasi diindikasikan dengan kecenderungan kronis atau kebiasaan menunda dan bermalas-malasan sehingga baru memulai, mengerjakan dan menyelesaikan tugas mendekati tenggang waktu. Terkait komponen kognitif,

Vestervelt mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu kekurangsesuaian kronis antara intensi, prioritas, atau penentuan tujuan terkait mengerjakan tugas yang sudah ditetapkan. Vestervelt juga mengingatkan individu tidak dianggap berprokrastinasi apabila salah mengingat jadwal atau tidak menyadari penundaan yang dilakukannya. Vestervelt mengatakan pula bahwa prokrastinasi haruslah disertai afeksi negatif, misalnya merasa tertekan atau tidak nyaman.

Menurut Silver, seorang prokrastinator tidak bermaksud untuk menghindari atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi, akan tetapi mereka hanya menunda-nunda untuk mengerjakannya sehingga menyita waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Penundaan tersebut sering kali menyebabkan dia gagal menyelesaikan tugas tepat waktu. Lain halnya dengan Watson yang menyatakan bahwa prokrastinasi berkaitan dengan takut gagal, tidak suka pada tugas yang diberikan, menentang dan melawan control, mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam membuat keputusan.

Prokrastinasi merupakan kecenderungan seseorang untuk menunda-nunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang sedang ia hadapi yang pada akhirnya akan mengakibatkan kecemasan karena pada akhirnya dia tidak dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan maksimal atau bahkan gagal menyelesaikannya.

Faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik


Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

  • Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada pada diri individu yang melakukan prokrastinasi, meliputi:

    1. Kondisi fisik individu. Faktor dari dalam yang turut mempengaruhi prokrastinasi pada individu adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan seseorang.

    2. Kondisi psikologis individu. Millgran dan Tenne menemukan bahwa kepribadian khususnya ciri kepribadian locus of control mempengaruhi seberapa banyak orang melakukan prokrastinasi

  • Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor itu antara lain:

    1. Gaya pengasuhan orang tua. Hasil penelitian Ferrari menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi.

    2. Kondisi lingkungan. Prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah pengawasan dari pada lingkungan yang penuh pengawasan. Pergaulan siswa pun turut mempengaruhinya.

Di samping itu faktor-faktor lain yang menyebabkan timbulnya prokrastinasi akademik, antara lain:

  1. Problem Time Management
    Lakein mengatakan bahwa manajemen waktu melibatkan prose menentukan kebutuhan (determining needs), menetapkan tujuan untuk mencapai kebutuhan (goal setting), memprioritaskan dan merencanakan (planning) tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Sebagian besar prokrastinator memiliki masalah dengan manajemen waktu. Steel menambahkan bahwa kemampuan estimasi waktu yang buruk dapat dikatakan sebagai prokrastinasi jika tindakan itu dilakukan dengan sengaja.

  2. Penetapan Prioritas
    Hal ini penting agar kita bisa menangani semua masalah atau tugas secara runtut sesuai dengan kepentingannya. Hal ini tidak diperhatikan oleh siswa pelaku prokrastinasi, sebagai siswa prioritas mereka harusnya adalah belajar tapi nyatanya mereka lebih memilih aktifitas lain yang kurang bermanfaat bagi kelangsungan proses belajar mereka.

  3. Karakteristik Tugas
    Adalah bagaimana karakter atau sifat tugas sekolah atau pelajaran yang akan diujikan tersebut. Jika terlalu sulit, cenderung siswa akan menunda mengerjakan tugas atau menunda mempelajari mata pelajaran tersebut. Hal ini juga dipengaruhi motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik siswa.

  4. Karakter Individu
    Karakter disini mencakup kurang percaya diri, moody dan irrasional. Orang yang cenderung menunda pekerjaan jika kurang percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan tersebut ia takut terjadi kesalahan. Siswa yang berkarakter moody merupakan orang yang hampir sering menunda pekerjaan. Burka dan Yuen menegaskan kembali dengan menyebutkan adanya aspek irrasional yang dimiliki seorang prokrastinator. Mereka memiliki pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman untuk tidak mengerjakannya dengan segera karena itu akan menghasilkan sesuatu yang kurang maksimal.

Aspek-Aspek Prokrastinasi Akademik


Ferrari, dkk dan Stell mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati, ciri-ciri tersebut berupa:

  1. Perceived time, seseorang yang cenderung prokrastinasi adalah orangorang yang gagal menepati deadline. Mereka berorientasi pada masa sekarang dan tidak mempertimbangkan masa mendatang. Prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan, tetapi ia menunda-nunda untuk mengerjakannya atau menunda menyelesaikannya jika ia sudah memulai pekerjaannya tersebut. Hal ini mengakibatkan individu tersebut gagal memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas.

  2. Intention-action. Celah antara keinginan dan tindakan Perbedaan antara keinginan dengan tindakan senyatanya ini terwujud pada kegagalan siswa dalam mengerjakan tugas akademik walaupun siswa tersebut punya keinginan untuk mengerjakannya. Ini terkait pula dengan kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu. seorang siswa mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugasnya pada waktu yang telah ia tentukan sendiri, akan tetapi saat waktunya sudah tiba dia tidak juga melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang telah ia rencanakan sehingga menyebabkan keterlambatan atau bahkan kegagalan dalam menyelesaikan tugas secara memadai.

  3. Emotional distress, adanya perasaan cemas saat melakukan prokrastinasi. Perilaku menunda-nunda akan membawa perasaan tidak nyaman pada pelakunya, konsekuensi negatif yang ditimbulkan memicu kecemasan dalam diri pelaku prokrastinasi. Pada mulanya siswa tenang karena merasa waktu yang tersedia masih banyak. tanpa terasa waktu sudah hampir habis, ini menjadikan mereka merasa cemas karena belum menyelesaikan tugas.

  4. Perceived ability, atau keyakinan terhadap kemampuan diri. Walaupun prokrastinasi tidak berhubungan dengan kemampuan kognitif seseorang, namun keragu-raguan terhadap kemampuan dirinya dapat menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi. Hal ini ditambah dengan rasa takut akan gagal menyebabkan seseorang menyalahkan dirinya sebagai yang tidak mampu, untuk menghindari munculnya dua perasaan tersebut maka seseorang dapat menghindari tugas-tugas sekolah karena takut akan pengalaman kegagalan.

Fiore mengatakan bahwa secara etiologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward yang berarti maju, dan crastinus atau tomorrow yaitu hari esok, ini berarti prokrastinasi adalah maju pada hari esok. Sedangkan secara etimologis prokrastinasi adalah suatu mekanisme untuk mengatasi kecemasan yang berhubungan dengan bagaimana cara memulai atau melengkapi suatu pekerjaan dan dalam hal membuat keputusan.

Schouwenburg dalam Ferrari menyatakan bahwa indikator prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut:

  1. Penundaan pelaksanaan tugas-tugas akademik,
  2. Kelambanan dan keterlambatan dalam mengerjakan tugas akademik,
  3. Ketidaksesuaian antara rencana dengan performansi aktual, dan
  4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan.

Friend dalam Timpe berpendapat bahwa prokrastinasi dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:

  • Tidak yakin diri,
  • Toleransi frustrasi yang rendah,
  • Menuntut kesempurnaan,
  • Perbedaan jenis kelamin, dan
  • Pandangan fatalistic.

Braid dalam Timpe juga mengemukakan bahwa prokrastinasi dapat dipengaruhi faktor-faktor kerumitan dan ketakutan. Temuan-temuan penelitian sebelumnya menunjukkan prokrastinasi dapat diprediksi melalui berbagai faktor, diantaranya adalah defisiensi regulasi-diri, motivasi yang rendah, pusat kendali-diri eksternal, perfeksionis, manajemen waktu yang lemah, rendahnya kontrol diri (self control), self consciuous, rendahnya self esteem, self efficacy, dan kecemasan sosial.

Menurut Burka dan Yuen, terbentuknya tingkah laku prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : kecemasan terhadap evaluasi yang akan diberikan, kesulitan dalam mengambil keputusan, pemberontakan terhadap kontrol dari figur otoritas, kurangnya tuntutan dari tugas, standar yang terlalu tinggi mengenai kemampuan individu.

Catrunada mengungkapkan tentang sepuluh wilayah magnetis yang menjadi faktor-faktor dilakukannya prokrastinasi:

  1. Anxiety
    Anxiety dapat diartikan sebagai kecemasan. Kecemasan pada akhirnya menjadi kekuatan magnetik yang berlawanan dimana tugas-tugas yang diharapkan dapat diselesaikan berinteraksi dengan kecemasan yang tinggi, sehingga seseorang cenderung menunda tugas tersebut.

  2. Self - Depreciation
    Dapat diartikan sebagai pencelaan terhadap diri sendiri. Seseorang memiliki penghargaan yang rendah atas dirinya sendiri dan selalu siap untuk menyalahkan diri sendiri ketika terjadi kesalahan dan juga merasa tidak percaya diri untuk mendapat masa depan yang cerah.

  3. Low Discomfort Tolerance
    Dapat diartikan sebagai rendahnya toleransi terhadap ketidaknyamanan. Adanya kesulitan pada tugas yang dikerjakan membuat seseorang mengalami kesulitan untuk menoleransi rasa frustrasi dan kecemasan, sehingga mereka mengalihkan diri sendiri kepada tugas-tugas yang mengurangi ketidaknyamanan dalam diri mereka.

  4. Pleasure - seeking
    Dapat diartikan sebagai pencari kesenangan. Seseorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi yang membuat nyaman tersebut.

  5. Time Disorganization
    Dapat diartikan sebagai tidak teraturnya waktu. Mengatur waktu berarti bisa memperkirakan dengan baik berapa lama seseorang membutuhkan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

  6. Environmental Disorganisation
    Dapat diartikan sebagai berantakan atau tidak teraturnya lingkungan. Salah satu faktor prokrastinasi adalah kenyataan bahwa lingkungan disekitarnya berantakan atau tidak teratur dengan baik, hal itu terjadi kemungkinan karena kesalahan individu tersebut.

  7. Poor Task Approach
    Dapat diartikan sebagai pendekatan yang lemah terhadap tugas. Jika akhirnya seseorang merasa siap untuk bekerja, kemungkinan dia akan meletakkan kembali pekerjaan tersebut karena tidak tahu darimana harus memulai sehingga cenderung menjadi tertahan oleh ketidaktahuan tentang bagaimana harus memulai dan menyelesaikan pekerjaan tersebut.

  8. Lack of Assertion
    Dapat diartikan sebagai kurangnya memberikan pernyataan yang tegas. Contohnya adalah seseorang yang mengalami kesulitan untuk berkata tidak terhadap permintaan yang ditujukan kepadanya sedangkan banyak hal yang harus dikerjakan karena telah dijadwalkan terlebih dulu.

  9. Hostility with others
    Dapat diartikan sebagai permusuhan terhadap orang lain. Kemarahan yang terus menerus bisa menimbulkan dendam dan sikap bermusuhan sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun yang dikatakan oleh orang tersebut.

  10. Stress and fatigue
    Dapat diartikan sebagai perasaan tertekan dan kelelahan. Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup yang digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri individu.

Semua orang pernah menunda pekerjaan. Sebagian disertai dengan alasan yang jelas, seperti menjalankan prioritasnya terlebih dahulu. Sebagian lagi justru ‘sengaja’ menunda karena berbagai alasan subyektif, misalnya karena malas. Tipe penundaan pekerjaan yang kedua sering disebut sebagai prokrastinasi.

Prokrastinasi ini diambil dari bahasa latin yakni “pro" yang berarti “maju", “ke depan", “lebih menyukai" dan “crastinus" yang berarti “besok". Kata ini lalu dirangkai sebagai istilah sendiri yakni proscrastination (prokrasinasi) yang artinya senang melakukan tugasnya besok.

Joseph Ferrari, Ph.D, profesor psikologi di De Paul University, Chicago sekaligus penulis Still Procrastinating: The No Regrets Guide to Getting It Done, menemukan sebanyak 20 persen pria dan wanita di seluruh dunia adalah proskrastinator dalam menjalani gaya hidup mal-adaptif mereka baik di rumah, tempat kerja, sekolah, hingga hubungan.

Ferrari mengatakan, prokrastinasi adalah kecenderungan untuk menunda dimulainya atau menyelesaikan tugas yang diinginkan sampai mengalami ketidaknyamanan dan detik-detik akhir deadline. Prokrastinator secara aktif mencari-cari alasan untuk menunda pekerjaan mereka. Tentu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan tugas mereka, seperti membuka sosial media, menelepon teman berjam-jam, dan sebagainya.

Penggambarannya kurang lebih sama seperti yang ada di kartun “Spongebob Squarepants" episode “Procrastinator" di mana si Spons kuning mencari-cari alasan untuk menunda tugas esainya.

Dilansir Psychology Today, para prokrastinator, biasanya akan melontarkan kalimat “aku akan merasa lebih senang jika melakukan ini besok" atau “saya bekerja paling baik saat berada di bawah tekanan." Padahal mereka tidak juga mendapat dorongan pada hari berikutnya ataupun bekerja dengan baik di bawah tekanan.

Prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu “pro” yang berarti “maju”, ke depan, lebih menyukai dan “crastinus” yang berarti “besok” (Steel, 2006). Dari asal katanya prokrastinasi adalah lebih suka melakukan tugasnya besok dibanding menyelesaikannya hari ini.

Menunda tugas akademik disebut dengan prokrastinasi akademik, yaitu suatu perilaku untuk menunda-nunda mengerjakan ataupun menyelesaikan tugas-tugas akademik. (Ferrari dalam Nugrasanti, 2006)

Wolter (2003) berpendapat bahwa prokrastinasi akademik merupakan kegagalan dalam mengerjakan tugas akademik dalam kerangka waktu yang diinginkan atau menunda mengerjakan tugas sampaisaat-saat terakhir.

Jenis Prokrastinasi


Menurut (Ferrari dkk, 1995), terdapat berbagai macam jenis-jenis Prokrastinasi, antara lain :

  • Functional procratination merupakan menunda pekerjaan atau tugas dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih akurat.

  • Dysfunctional procratination yaitu menunda pekerjaan atau tugas tidak berdasarkan tujuan, berakibat buruk dan menimbulkan masalah.

    • Desisional procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil keputusan merupakan suatu coping untuk menghindari kemungkinan stres dan menyesuaikan diri dalam pembuatan keputusan yang dipresepsikan penuh stres. Desisional procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat intelegensi seseorang.

    • Avoidance procrastination dan behavioral procrastination yang merupakan suatu penundaan dalam perilaku yang tampak. Penundaan dilakukan untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan.

Sedangkan spesifikasi prokrastinasi akademik (Millgram dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995) merupakan perilaku spesifik yang meliputi:**

  • Suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan baik saat memulai maupun menyelesaikan suatu tugas

  • Menghasilakan akibat-akibat yang lebih jauh, seperti keterlambatan menyelesaikan tugas, atau kegagalan dalam mengerjakan tugas

  • Melibatkan suatu tugas yang dipresepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya tugas kantor, sekolah maupun rumah tangga;

  • Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya perasaan cemas, panik,bersalah, marah dan sebagainya.

Ciri-Ciri Prokrastinasi


Menurut Ferrari, Johnson, & McCown (1995), ciri-ciri seseorang yang dapat dianggap suka menunda pekerjaan antara lain :

  • Penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi;
  • Keterlambatan mengerjakan tugas;
  • Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual;
  • Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Sedangkan menurut Burka & Yuen (2008), ciri-ciri Prokrastinasi antara lain :

  • Prokrastinator lebih suka untuk menunda pekerjaan atau tugastugasnya;
  • Berpendapat lebih baik mengerjakan nanti dari pada sekarang, dan menunda pekerjaan adalah bukan suatu masalah
  • Terus mengulang perilaku prokrastinasi;
  • Pelaku prokrastinasi akan kesulitan dalam mengambil keputusan.

Penyebab Prokrastinasi


Penyebab Prokrastinasi, menurut Johnson & Mc Cown (1995) antara lain :

  • Adanya pikiran irrasional dari prokrastinator, yaitu anggapan bahwa suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna.

  • Adanya kecemasan karena kemampuannya dievaluasi, ketakutan akan kegagalan dan susah mengambil keputusan, atau karena membutuhkan bantuan orang lain untuk mengerjakan tugasnya.

  • Malas dan kesulitan mengatur waktu dan tidak menyukai tugasnya.

  • Adanya punishment dan reward juga dapat menyebabkan prokrastinasi sehingga merasa lebih aman jika tidak melakukan dengan segera karena dapat menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal.

  • Adanya faktor lingkungan, yaitu kurangnya pengamatan dari lingkungan seperti keluarga atau di lingkungan sekolah juga menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi.

  • Selain itu prokrastinasi disebabkan karena tugas yang menumpuk, terlalu banyak dan harus segera dikerjakan, sehingga penundaan tugas yang satu dapat menyebabkan tugas lain tertunda.

Sedangkan menurut Wilson & Nguyen (2012), penyebab prokrastinasi antara lain :

  • Tugas yang dihadapi siswa cenderung sulit
  • Perhatian siswa yang mudah teralihkan
  • Kurangnya kontrol diri dalam mengelola waktu

Selain alasan-alasan terakit munculnya prokrastinasi, terdapat juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prokrastinasi, menurut Ferrari (1995) adalah sebagai berikut :

  • Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang menyebabkan perilaku prokrastinasi akademik.Park dan Sperling (2012) menyebutkan bahwa prokrastinasi lebih dipengaruhi oleh regulasi diri yang buruk dan adanya perilaku untuk menghindar tugas.

  • Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu seperti adanya pengaruh dari lingkungan yang membentuk seseorang untuk cenderung melakukan prokrastinasi akademik. Misalnya faktor dari peer group/teman sebaya. Apabila teman sebaya malas untuk memulai dan menyelesaikan tugas akademik, maka bisa mempengaruhi individu menjadi malas dalam memulai dan menyelesaikan tugas.

Dampak Prokrastinasi


Dampak yang timbul karena Prokrastinasi, menurut Burka & Yuen (2008), antara lain :

  • Prokrastinasi mampu menciptakan masalah eksternal pada prokrastinator itu sendiri, contohnya adalah seperti menunda mengerjakan tugas membuat individu tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik dan maksimal.Akibatnya individu mendapat teguran dari dosen.

  • Prokrastinasi dapat menimbulkan masalah internal, hal ini ditunjukkan pada saat individu tidak mampu menyelesaikan tugas dan timbulnya perasaan bersalah dan menyesal.

Sedangkan menurut Dini (dalam Westri, 2016: 13) sebagai berikut :

  • Performa akademik yang rendah. Tampilan akademik yang rendah merupakan akibat dari pemikiran negatif yang terdapat dalam diri individu sehingga menimbulkan konsekuensi negatif juga terhadap perilaku akademiknya.

  • Stress yang tinggi. Stress merupakan tekanan yang muncul pada pikiran individu. Prokrastinator akademik cenderung akan mengalami stress akibat tugas yang terbengkalai padahal batas waktu tugas semakin dekat. Akibatnya tersebut berakibat menjadi stressor bagi individu yang melakukan prokrastinasi akademik.

  • Menyebabkan penyakit. Penundaan setiap pekerjaan akan menimbulkan konsekuensi di akhir. Individu harus memforsir ke-mampuan pikiran serta fisiknya untuk dapat memenuhi target batas waktu tugas, sehingga dimungkinkan berakibat kelelahan fisik atau menjadi sakit

  • Kecemasan yang tinggi. Prokrastinator akademik sebenarnya sadar bagaimana konsekuensi yang harus diterimanya. Hal tersebut selalu membayangi pikiran prokrastinator sehingga menimbulkan kecemasan yang tinggi.

Sedangkan menurut Ferrari (dalam Julyanti & Aisyah, 2015:19) adalah sebagai berikut :

  • Melakukan prokrastinasi banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia

  • Tugas tugas menjadi terbengkalai, bahkan bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal;

  • Prokrastinasi juga bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang yang datang.

Tips Mengatasi Prokrastinasi


Menurut Gunarya (2011:2-6), cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi Prokrastinasi adalah sebagai berikut :

  • Telaah sikap diri
    Pengatasan persoalan prokrastinasi, terlebih dahulu dilakukan melalui memahami persoalan itu sendiri. Artinya analisis atas situasi dan kondisi diperlukan mengapa tugas/kegiatan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Perlu mencoba diam sejenak, lalu menelaah lalu bertanya pada diri sendiri mengenai tugas yang sedang dihadapi.

  • Penyelarasan diri dengan tugas
    Tugas yang memerlukan kurun waktu panjang, hendaklah dilaksanakan dengan cara di bagi-bagi sehingga berbentuk bagian-bagian (segmen) pendek dan direncanakan dengan baik. Tugas yang pendek biasanya tidak menimbulkan prokrastinasi. Dengan kata lain, tugas yang kompleks dan butuh waktu lama hendaknya dibagi menjadi beberapa bagian pendek, sehingga setiap bagian bisa dikerjakan atau diselesaikan setiap hari/minggu/ bulan.

  • Hindari perasaan terbeban (over whelmed)
    Perasaan terbebani (Over Whelmed) harus dihindarkan, dengan cara memecah menjadi bagian/komponen yang lebih kecil tugas besar atau tugas sulit, sehingga terencana. Selanjutnya perhatian hendaknya dipusatkan hanya pada satu bagian saja yakni satu bagian yang sedang dikerjakan.

  • Hindarkan diri dari “Perfectionism
    Kebiasaan “Perfectionism” hendaknya dihindarkan, karena akan memunculkan ketidakberdayaan. Individu/mahasiswa tidak diharapkan menunjukkan keahlian/kepakaran. Individu/mahasiswa hanya diharap melakukan yang terbaik yang mampu dilakukan, kemudian diberi umpan balik. Individu/mahasiswa sedapat mungkin melaksanakan kegiatan sesuai dengan masukan umpan balik tersebut.

  • Hal-hal penting harus diperhatikan
    Prokrastinator perlu memper-hatikan hal-hal penting agar ia dapat segera mulai mengerjakan tugas/ kegiatan serta menjaga agar tetap mengerjakan tugas tersebut sehingga selesai pada waktu yang ditetapkan.

  • Monitoring pola perilaku secara sadar
    Individu/mahasiswa hendaknya memantau kegiatan dirinya sendiri seharihari. Mencatat kemajuan tugas yang telah dilakukan dengan cara memberi checkmark di daftar porsi pekerjaan, atau pada jadwal yang telah dibuat sebelumnya, untuk butir porsi yang baru saja diselesaikan. Menikmati rasa puas yang muncul pada diri sendiri, karena telah menyelesaikan tugas/kegiatan yang sudah dicanangkan.

  • Beri apresiasi kepada diri,
    Imbalan/reward tidak boleh dilupakan pada diri sendiri, ketika sudah menyelesaikan tugas. Beberapa hal yang dapat menyenangkan hati dapat dilakukan sebagai imbalan antara lain; nonton TV, jalan-jalan, makan sesuatu yang disukai, bahkan tidur, atau kegiatan apa saja yang menyenangkan.

  • Kembangkan respek diri
    Respek diri harus dijaga, dirawat, bahkan dikembangkan agar tidak terjebak ke masa lalu maupun masa depan. Hendaknya selalu dapat mensyukuri setiap saat dalam kehidupan, kapanpun. Dengan demikian individu/mahasiswa dapat terhindar dari prokrastinasi serta dapat menjalani hidup secara lebih bertanggung jawab dan berdaya guna.

Referensi

  • Cinthia, R. R., & Kustanti, E. R. (2017). Hubungan Antara Konfromitas dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Jurnal Empati , 31-37.
  • Fauziah, H. H. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Psympathic , 123-132.
  • Muyana, S. (2018). Prokrastinasi Akademik Dikalangan Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling. Jurnal Bimbingan dan Konseling , 45-52.
  • Wicaksono, L. (2017, Agustus). Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Pemberlajaran Prospektif, 2 (2), 68-73.