Apa yang dimaksud dengan Problem Focused Coping?


Lazarus dan Folkman (Achroza, 2013) menyebutkan dua jenis coping yang dilakukan individu apabila menghadapi masalah atau stres yaitu problem focused coping dan emotional focused coping. Lalu, apa yang dimaksud dengan problem focused coping?

Problem focused coping merupakan tindakan yang ditampilkan oleh individu yang bertujuan untuk menimbulkan perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial terhadap hal yang menimbulkan stres tersebut. Sedangkan emotional focused coping yaitu usaha individu untuk mengontrol emosi yang tidak mengenakkan.

Problem focused coping digunakan untuk mengurangi stressor, dengan mempelajari caracara atau keterampilan yang baru. Problem focused coping dapat diartikan sebagai suatu strategi untuk mengatasi masalah (problem coping) dengan cara melawan sumber masalah yang muncul. Menurut Lazarus (1993) problem focused coping adalah usaha yang digunakan dalam mengatasi tekanan oleh seorang individu yang menghadapi masalah dan mencoba untuk memecahkan masalah tersebut.

Aspek-aspek problem focused coping


Cohen dan Lazarus (dalam Achroza, 2013) mengungkapkan aspek-aspek problem focused coping terdiri dari:

  • Direct action, yaitu melakukan tindakan langsung untuk mengatasi masalahnya,
    contohnya melakukan negosiasi atau konsultasi, membujuk atau menghukum seseorang.
  • Seeking information, yaitu mencari informasi termasuk mendapatkan pengetahuan keterampilan baru mengenai stres yang dialami.
  • Turning to others, yaitu individu mencari bantuan, keterangan dan penghiburan dari keluarga, sahabat, maupun orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi problem focused coping


Adapun faktor-faktor yang dapat memperngaruhi munculnya problem focused coping menurut Lazarus & Folkman (1984), antara lain:

  • Kesehatan dan energi, dimana kesehatan dan energi mempengaruhi berbagai macam bentuk strategi coping pada individu dan juga stres. Apabila individu dalam keadaan rapuh, sakit, lelah, lemah, tidak mampu melakukan coping dengan baik, sehingga kesehatan fisik menjadi faktor penting dalam menentukan strategi coping pada individu.

  • Keyakinan yang positif dianggap sebagai sumber psikologis yang mempengaruhi
    strategi coping pada individu. Setiap individu memiliki keyakinan tertentu yang menjadi harapan dan upaya dalam melakukan strategi coping pada kondisi apapun.

  • Kemampuan pemecahan masalah pada individu meliputi kemampuan mencari informasi, menganalisis situasi yang bertujuan mengidentifikasi masalah untuk menghasilkan alternatif yang akan digunakan pada individu, mempertimbangkan alternatif yang akan digunakan, mempertimbangkan alternatif dengan baik agar dapat mengantisipasi kemungkinan yang terburuk, memilih dan menerapkan sesuai dengan tujuan pada masing-masing individu, hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi strategi coping.

  • Keterampilan sosial merupakan faktor yang penting dalam strategi coping karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, sehingga individu membutuhkan untuk bersosialisasi. Keterampilan sosial merupakan cara untuk menyelesaikan masalah dengan orang lain, juga dengan keterampilan sosial yang baik memungkinkan individu tersebut menjalin hubungan yang baik dan kerjasama dengan individu lainya, dan secara umum memberikan kontrol perilaku kepada individu atas interaksi sosialnya dengan individu lain.

  • Dukungan sosial, dimana setiap individu memiliki teman yang dekat secara emosional, pengetahuan, dan dukungan perhatian yang merupakan faktor yang mempengaruhi strategi coping pada individu dalam mengatasi stres.

  • Sumber material, salah satunya adalah keuangan, keadaan keuangan yang baik dapat menjadi sumber strategi coping pada individu. Secara umum masalah keuangan dapat memicu stres individu yang mengakibatkan meningkatnya pilihan dalam strategi coping untuk bertindak. Salah satu manfaat material bagi individu mempermudah individu dalam kepentingan hukum, medis, keuangan dan lain-lain. Hal ini menyebabkan individu yang memiliki materi dapat mengurangi resiko stres.

Pengertian Problem-Focused Coping (PFC)


Adanya tuntutan untuk memecahkan masalah dan situasi yang menekan ( stressor ) merupakan pemicu munculnya sekumpulan cara dari individu untuk menghadapinya. Cara-cara individu menghadapi situasi yang menekan ini disebut sebagai proses coping . Lazarus & Folkman (dalam Folkman, 1984; Gerig & Zimbardo, 2008; Hockenbury & Hockenbury, 2003; Huffman et al., 2000) mengatakan bahwa coping adalah usaha individu secara kognitif dan perilaku untuk mengatasi tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal yang dirasa mengancam atau melebihi kemampuan individu, sehingga situasi stres tersebut menjadi berkurang atau hilang.

Secara umum coping merupakan proses dalam menghadapi situasi yang dirasa mengancam atau tidak nyaman dengan melakukan penyelesaian masalah, mengatasi efek emosional dari masalah atau stresor tersebut, atau mencari dukungan sosial dalam mengurangi situasi yang tidak nyaman tersebut (Santrock, 2005; Atkinson et al., 1996; Carver et al., 1989). Coping juga merupakan proses yang dinamis dan terus berjalan dalam menghadapi situasi penuh stres (Hockenbury & Hockenbury, 2003).

Setiap individu akan memberikan respon yang berbeda walaupun menghadapi permasalahan yang sama. Perbedaan respon atau cara tersebut menyebabkan ada individu yang berhasil mengatasi masalahnya, ada pula yang gagal. Respon atau cara individu menggunakan coping ini dibedakan menjadi dua golongan (Lazarus & Folkman dalam Hockenbury & Hockenbury, 2003; Chang, 1998; Baron & Byrne, 2006), yaitu:

  • Problem-Focused Coping yang selanjutnya ditulis PFC, merupakan strategi individu dalam mengatasi atau mengurangi stresor yang dianggap mengancam atau berbahaya bagi dirinya dan untuk memperoleh kontrol terhadap situasi.
  • Emotion-Focused Coping yang selanjutnya ditulis EFC, merupakan strategi individu dalam mengatasi dampak emosional dari situasi yang penuh stres atau mengancam sehingga memperoleh rasa nyaman dan memperkecil tekanan yang dirasakan. Bahkan ketika ancaman tersebut masih ada, individu lebih memilih untuk merasa tidak terlalu cemas atau marah, dan berusaha untuk meningkatkan perasaan-perasaan positif. Emotion-Focused Coping (EFC) digunakan saat individu merasa tidak mampu mengatasi masalah dan tujuannya untuk memberikan rasa nyaman pada individu bersangkutan.

Folkman dan Lazarus (1986) menyebutkan bahwa perbedaan antara PFC dan EFC terletak pada cara yang digunakan untuk menghadapi stres. Pemecahan masalah dalam PFC adalah dengan membuat rencana dan melakukan tindakan langsung terhadap sumber masalah sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan. Pemecahan masalah dalam EFC dilakukan individu dengan mengarahkan perilakunya pada pengontrolan emosi yang tidak menyenangkan melalui usaha mencari sisi baik dari masalah yang dihadapi, mencari simpati dan pengertian orang lain, atau dengan cara menghindarinya untuk melupakan semua permasalahan yang dihadapi. PFC digunakan oleh individu untuk menyelesaikan masalah hingga benar-benar terbebas dari masalah yang dihadapi. Sedangkan penyelesaian masalah dengan cara EFC bersifat sementara, dalam arti masalah yang sesungguhnya belum terselesaikan karena yang dilakukan hanyalah meredakan emosi yang ditimbulkan oleh sumber stres.

Lazarus dan Folkman (dalam Hockenbury & Hockenbury, 2003; Chang, 1998; Santrock, 2005; Halonen & Santrock, 1999) menyatakan PFC adalah usaha individu dalam mengatasi stresor yang dianggap mengancam atau berbahaya bagi dirinya. Hockenbury & Hockenbury (2003) mengatakan strategi PFC adalah usaha individu dalam mengatasi sumber stres (stresor) dengan tujuan mengubah atau mengurangi sumber stres tersebut. Menurut Baron dan Byrne (2005) PFC adalah usaha untuk mengatasi sumber stres yang dianggap sebagai ancaman itu sendiri, dan untuk memperoleh kontrol terhadap situasi.

Strategi PFC merupakan usaha untuk mengatasi masalah atau usaha dalam melakukan sesuatu untuk menangani sumber stres (Carver et al., 1989; Baron et el., 2006). Strategi ini cenderung digunakan saat individu merasa mampu melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya (Carver et al., 1989; Gazzaniga & Heatherton 2003). Dalam PFC terdapat beberapa tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mengubah situasi yang penuh stress menjadi lebih nyaman, antara lain: perencanaan ( planning ), melakukan tindakan secara langsung pada sumber masalah ( taking direct action ), mencari bantuan berupa informasi ( seeking assistance ), mencoba alternatif lain dalam mengatasi masalah, dan menunggu waktu yang tepat sebelum bertindak (Carver et al., 1989; Baron et al.,2006).

PFC digunakan untuk mengontrol masalah yang muncul dari konflik antara kebutuhan individu dan tuntutan lingkungan dengan menggunakan pemecahan masalah ( problem solving ), membuat keputusan, dan tindakan secara langsung (Folkman 1984; Gazzaniga & Heatherton 2003).

Dalam strategi PFC, individu berusaha untuk mencari sumber masalah, mengembangkan alternatif pemecahan masalah, menentukan pemecahan masalah yang menguntungkan bagi dirinya, dan juga menyiapkan alternatif lain jika pemecahan masalah kurang berhasil dilakukan (Atkinson et al., 1996; Huffman et al., 2000; Gazzaniga & Heatherton 2003). Menurut Billings dan Moos (dalam Atkinson et al., 1996) individu yang menggunakan PFC dalam mengatasi masalahnya menunjukkan tingkat depresi yang rendah, baik saat menghadapi stres maupun sesudahnya.

Atkinson mengatakan bahwa Problem-Focused Coping merupakan strategi untuk memecahkan masalah antara lain menentukan masalah, menciptakan pemecahan alternatif, menimbang-nimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat, memilih salah satunya, dan mengimplementasikan alternatif yang dipilih.

Problem-Focused Coping juga dapat diarahkan ke dalam orang dapat mengubah sesuatu pada dirinya sendiri dan bukan mengubah lingkungan (Atkinson, 1993). Sedangkan menurut Lazarus & Folkman coping yang berfokus pada masalah (Problem-Focused Coping) mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi (Davidson, 2006).

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka pengertian problem-focused coping dalam penelitian ini adalah strategi untuk memecahkan masalah yang berfokus pada masalah antara lain menentukan masalah, menciptakan pemecahan alternatif, menimbang-nimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat, memilih salah satunya, dan mengimplementasikan alternatif yang dipilih.

Dimensi-dimensi dalam Problem-Focused Coping


Aldwin dan Revenson membagi Approach-coping (Problem-Focused Coping) menjadi tiga bagian, yaitu:

  1. Cautiousness (kehati-hatian) yaitu individu berpikir dan mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah yang tersedia, meminta pendapat orang lain, berhati-hati dalam memutuskan masalah serta mengevaluasi strategi yang pernah dilakukan sebelumnya.

  2. Instrumental Action (tindakan instrumental) adalah tindakan individu yang diarahkan pada penyelesaian masalah secara langsung, serta menyusun langkah yang dilakukannya.

  3. Negotiation (Negosiasi) merupakan beberapa usaha oleh seseorang yang ditujukan kepada orang lain yang terlibat atau merupakan penyebab masalahnya untuk ikut menyelesaikan masalah (Indirawati, 2006).

Sedangkan Carver dkk (1989), mengajukan lima dimensi dalam problem-focused coping, yaitu:

  1. Active coping (coping aktif), adalah proses pengambilan langkah-langkah aktif sebagai usaha untuk menghilangkan atau mengurangi stressor, maupun memperbaiki efek yang ditimbulkan oleh sumber stres tersebut. Yang termasuk dalam coping aktif ini antara lain: seseorang akan berinisiatif untuk mengambil tindakan langsung, meningkatkan usaha yang dilakukannya untuk mengatasi stres, dan mencoba melaksanakan cara-cara yang bertahap/teratur dalam melakukan coping, tidak gegabah.

  2. Planning (perencanaan), adalah usaha berpikir mengenai bagaimana caranya mengatasi sumber stres. Planning ini melibatkan adanya strategi dalam bertindak, berpikir tentang langkah-langkah apa yang harus diambil, dan bagaimana cara yang terbaik untuk mengendalikan masalah yang sedang dihadapi.

  3. Suppression of Competing Activities adalah usaha untuk mengesampingkan hal-hal lain yang sekiranya tidak berkaitan ataupun dapat mengganggu jalannya proses coping, atau bahkan bila perlu membiarkan hal-hal yang lain berlalu begitu saja supaya dapat memfokuskan diri dalam menghadapi stressor.

  4. Restraint Coping yaitu menunggu datangnya kesempatan yang tepat untuk bertindak, dan tidak memunculkan aksi sebelum waktu yang dirasakan benar-benar tepat itu tiba. Restraint coping dapat disebut sebagai strategi coping aktif, karena dalam hal ini perilaku seseorang difokuskan pada menghadapi stressor secara efektif. Namun dapat juga dikatakan sebagai strategi coping pasif karena melakukan restraint (pengendalian/penundaan) berarti menunda melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan sebelum masa waktunya benar-benar tepat.

  5. Seeking Social Support for Instrumental Reasons, merupakan usaha untuk mencari saran, bantuan, atau informasi yang diperlukan untuk mengatasi stres.

Problem Focused Coping adalah strategi penanggulangan stress dengan menghadapi langsung masalah yang dihadapi dan memecahkan masalah tersebut (Santrock, 2003). Problem Focused Coping berusaha untuk menekan atau mengurangi situasi stress dengan mengatasi penyebab stress.

Menurut Lazarus & Folkaman (dalam Sarafino, 2006) Problem Focused Coping (PFC) adalah merupakan bentuk coping yang lebih diarahkan kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dengan memilih untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya dari situasi yang penuh tekanan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Problem Focused Coping

Menurut Lazarus dan Folkman (2006) faktor yang mempengaruhi Problem Focused Coping dari luar dan dari dalam ada enam, yaitu:

1. Kesehatan fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.

2. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,seperti keyakinan akan nasib ( eksternal locus of control ) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan ( helplessness ) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe problem-solving focused coping.

3. Keterampilan memecahkan masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudianmempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

4. Keterampilan sosial

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.

5. Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

6. Materi

Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

Jenis-Jenis Problem Focused Coping

Menurut Parker dan Endler (Elfida & Nesfvi, 2009) ada lima jenis dalam Problem Focused Coping , yaitu:

  1. Perilaku aktif mengatasi stres ( active coping ), adalah suatu proses pengambilan langkah aktif untuk mencoba memindahkan, menghilangkan sumber stres atau mengurangi akibatnya.

  2. Perencanaan ( planning ), adalah suatu usaha individu untuk menghilangkan sumber stres dengan cara memikirkan bagaimana cara untuk mengatasi sumber stres tersebut.

  3. Penekanan kegiatan lain ( suppression of competing ), adalah usaha individu untuk membatasi ruang gerak atau aktivitas dirinya yang tidak berhubungan dengan masalah untuk berkonsentrasi penuh pada tantangan maupun ancaman yang sedang dialaminya.

  4. Pengendalian perilaku mengatasi stres ( restrain coping ), adalah latihan mengontrol atau mengendalikan tindakan langsung sampai ada kesempatan yang tepat untuk bertindak.

  5. Mencari dukungan sosial berupa bantuan ( seeking support for instrumental reasons ), adalah usaha individu untuk mencari informasi, nasehat atau pendapat orang lain mengenai apa yang harus dilakukan.

Aspek-aspek Problem Focused Coping

Aldwin dan Revenson (1987) mengemukakan tiga aspek yang berorientasi pada Problem Focused Coping , yaitu:

1. Controlles (kehati-hatian) yaitu individu memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa alternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta pendapat dan pandangan orang lain tentang masalah yang dihadapinya, bersikap berhati-hati sebelum melakukan sesuatu

2. Instrumental action (tindakan instrumental), yaitu meliputi tindakan individu yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun langkah-langkah apa yang harus dilakukan.

3. Negotiation (negosiasi) yaitu usaha-usaha yang ditunjukkan kepada orang lain yang terlibat atau menjadi penyebab masalah yang dihadapinya untuk ikut serta memikirkannya atau menyelesaikan masalahnya.

Tinjauan Tentang Problem Focused Coping

Pengertian Coping

Coping yaitu bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnya negatif yang ditimbulkannya (Davidson, 2006: 275). Cox berpendapat tentang coping merupakan kognisi dan perilaku yang diadopsi oleh individu, menyusul pengakuan transaksi stres, yang dalam beberapa cara yang dirancang untuk menangani transaksi tersebut (Cooper, 1991: 19). Coping Mechanism adalah suatu mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila coping mechanism ini berhasil, seseorang dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut atau akan merasakan beban berat menjadi ringan (Sholeh, 2006: 39). Dari beberapa pendapat tentang teori coping diatas, dapat disimpulkan coping merupakan kognisi dan perilaku yang diadopsi oleh individu, menyusul pengakuan transaksi stres, yang dalam beberapa cara yang dirancang untuk menangani transaksi tersebut.

Lazarus & Folkman dalam bukunya mengatakan ada dua bentuk coping utama. Orang dapat memfokuskan pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya di kemudian hari. Hal ini dinamakan strategi terfokus masalah (problem-focused coping). Seseorang juga dapat berfokus untuk menghilangkan emosi yang berhubungan dengan situasi stres, walaupun situasi sendiri tidak dapat diubah. Proses kedua ini dinamakan strategi terfokus emosi (emotion-focused coping) (Atkinson, 1993: 378).

Pengertian Emotion-Focused Coping

Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif (Santrock, 1996: 566).

Carver (Margaretha, 2001: 32) menguraikan bentuk-bentuk emotion-focused coping sebagai berikut:

1. Perilaku Adaptif

a. Positive reinterpretation and growt atau (pandangan yang positif dan pertumbuhan) berarti individu dapat menerima dan memandang situasi yang dialami sebagai suatu hal yang positif serta individu dapat mengambil manfaat atau belajar hal baru dari situasi yang dialami.

b. Seeking emotional social support yaitu usaha individu untuk mendapatkan simpati atau dukungan emosional dari orang lain.

c. Religion atau usaha individu dalam meningkatkan kegiatan keagamaan.

d. Acceptance adalah menerima kenyataan bahwa situasi stres yang dialami itu memang harus terjadi nyata dan tidak bisa diubah.

e. Denial berarti individu bersikap seolah-olah stresor itu tidak ada dan tidak terjadi.

2. Perilaku mal-Adaptif

a. Focus and venting of emotion adalah kecenderungan individu untuk memuaskan diri pada pengalaman distress atau kekecewaan yang kemudian dikeluarkan semua yang telah dirasakan.

b. Behavior disengagement adalah menurunnya usaha seseorang untuk menghadapi sumber stres, bahkan menyerah dalam usaha dalam mencapai tujuan yang terganggu oleh sumber stres.

c. Mental disengagement adalah secara psikologis menyerah menghadapi situasi stres dan mengalihkan pada suatu aktivitas agar dapat melupakan masalah.

Pengertian Problem-Focused Coping

Atkinson mengatakan bahwa Problem-Focused Coping merupakan strategi untuk memecahkan masalah antara lain menentukan masalah, menciptakan pemecahan alternatif, menimbang-nimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat, memilih salah satunya, dan mengimplementasikan alternatif yang dipilih. Problem-Focused Coping juga dapat diarahkan ke dalam: orang dapat mengubah sesuatu pada dirinya sendiri dan bukan mengubah lingkungan (Atkinson, 1993: 378). Sedangkan menurut Lazarus & Folkman coping yang berfokus pada masalah (Problem-Focused Coping) mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi (Davidson, 2006: 275). Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka pengertian problem-focused coping dalam penelitian ini adalah strategi untuk memecahkan masalah yang berfokus pada masalah antara lain menentukan masalah, menciptakan pemecahan alternatif, menimbang-nimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat, memilih salah satunya, dan mengimplementasikan alternatif yang dipilih.

Dimensi-dimensi dalam Problem-Focused Coping

Aldwin dan Revenson membagi Approach-coping (Problem-Focused Coping) menjadi tiga bagian, yaitu:

  1. Cautiousness (kehati-hatian) yaitu individu berpikir dan mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah yang tersedia, meminta pendapat orang lain, berhati-hati dalam memutuskan masalah serta mengevaluasi strategi yang pernah dilakukan sebelumnya.

  2. Instrumental Action (tindakan instrumental) adalah tindakan individu yang diarahkan pada penyelesaian masalah secara langsung, serta menyusun langkah yang dilakukannya.

  3. Negotiation (Negosiasi) merupakan beberapa usaha oleh seseorang yang ditujukan kepada orang lain yang terlibat atau merupakan penyebab masalahnya untuk ikut menyelesaikan masalah (Indirawati, 2006: 72).

Sedangkan Carver dkk (1989: 268-269), mengajukan lima dimensi dalam problem-focused coping, yaitu:

  1. Active coping (coping aktif), adalah proses pengambilan langkah-langkah aktif sebagai usaha untuk menghilangkan atau mengurangi stressor, maupun memperbaiki efek yang ditimbulkan oleh sumber stres tersebut. Yang termasuk dalam coping aktif ini antara lain: seseorang akan berinisiatif untuk mengambil tindakan langsung, meningkatkan usaha yang dilakukannya untuk mengatasi stres, dan mencoba melaksanakan cara-cara yang bertahap/teratur dalam melakukan coping, tidak gegabah.

  2. Planning (perencanaan), adalah usaha berpikir mengenai bagaimana caranya mengatasi sumber stres. Planning ini melibatkan adanya strategi dalam bertindak, berpikir tentang langkah-langkah apa yang harus diambil, dan bagaimana cara yang terbaik untuk mengendalikan masalah yang sedang dihadapi.

  3. Suppression of Competing Activities adalah usaha untuk mengesampingkan hal-hal lain yang sekiranya tidak berkaitan ataupun dapat mengganggu jalannya proses coping, atau bahkan bila perlu membiarkan hal-hal yang lain berlalu begitu saja supaya dapat memfokuskan diri dalam menghadapi stressor.

  4. Restraint Coping yaitu menunggu datangnya kesempatan yang tepat untuk bertindak, dan tidak memunculkan aksi sebelum waktu yang dirasakan benar-benar tepat itu tiba. Restraint coping dapat disebut sebagai strategi coping aktif, karena dalam hal ini perilaku seseorang difokuskan pada menghadapi stressor secara efektif. Namun dapat juga dikatakan sebagai strategi coping pasif karena melakukan restraint (pengendalian/penundaan) berarti menunda melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan sebelum masa waktunya benar-benar tepat.

  5. Seeking Social Support for Instrumental Reasons , merupakan usaha untuk mencari saran, bantuan, atau informasi yang diperlukan untuk mengatasi stres.

Referensi

http://digilib.umg.ac.id/files/disk1/25/jipptumg--herumatarw-1239-1-63-80-h-i.pdf