Apa yang dimaksud dengan Power distance?

Power distance adalah sejauh mana individu dengan peringkat lebih rendah dari suatu masyarakat “menerima dan mengharapkan bahwa kekuasaan didistribusikan secara tidak merata”

Apa yang dimaksud dengan Power distance?

Power Distance adalah konsep yang merefleksikan derajat sebuah kebudayaan dan hubungan antarmanusia yang ditata berdasarkan ‘jarak kekuasaan’ (sejauhmana sebuah kebudayaan mengajarkan anggotanya ‘menguasai’ orang dari kebudayaan lain, dan sebaliknya.

Power distance / jarak kekuasaan adalah sejauh mana anggota masyarakat mengharapkan kekuasaan untuk tidak terbagi secara merata.

Power distance mengindikasikan adanya kenyataan dalam masyarakat bahwa kekuasaan dalam institusi atau organisasi didistribusikan secara tidak merata. Hal ini drefleksikan kedalam tata nilai, jarak kekuasaan digambarkan menempati diantara dua kutub, yaitu small Power distance dan Large Power distance.

Power Distance / Jarak Kekuasaan menyangkut tingkat kesetaraan masyarakat dalam kekuasaan. Jarak kekuasaan yang kecil menunjukkan masyarakat yang setara. Semua pihak kekuataanya relatif sama.

Jarak Kekuasaan Tinggi berarti menerima perbedaan kekuasaan secara luas, penghormatan kepada penguasa secara besar. Jarak Kekuasaan Rendah berarti tidak menerima perbedaan kekuasaan, dan tidak takut menghadapi penguasa.

Indonesia berada pada urutan ke 9 dari 53 negara yang menunjukkan jarak kekuasaan masih tinggi. Masyarakat yang paling setara adalah Austria.

Ada perbedaan yang mencolok antara orang yang berkuasa secara budaya ataupun politik terhadap orang yang tidak punya kuasa.

Dimensi Budaya Hofstede


Geert Hofstede (https://geert-hofstede.com/national-culture.html) dalam penelitiannya berhasil mengidentifikasi enam model karakteristik untuk mengukur sebuah kultur di masyarakat lintas negara. Dimensi budaya mewakili preferensi independen untuk satu keadaan di atas keadaan lain yang membedakan negara (bukan individu) satu dengan negara yang lain. Nilai sebuah negara pada satu dimensi bersifat relatif, karena penelitian berdasarkan manusia yang mana satu dengan yang lain memiliki keunikan
yang berbeda. Dengan kata lain, budaya hanya bisa digunakan secara bermakna dengan perbandingan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hofstede, terdapat lima dimensi nilai budaya (Hofstede & Hofstede, 2005), yaitu:

  • Jarak Kekuasaan (power distance)
  • Individualisme dan kolektivisme
  • Maskulinitas dan Feminitas
  • Penghindaraan ketidakpastian

Jarak Kekuasaan


Jarak kekuasaan merupakan sifat kultur nasional yang mendeskripsikan tingkatan dimana masyarakat menerima kekuatan dalam institusi dan organisasi didistribusikan tidak sama. Dimensi ini mengungkapkan sejauh mana anggota masyarakat yang bukan pemangku kepentingan (less powerful) menerima dan memperkirakan bahwa kekuasaan didistribusikan secara tidak merata. Masalah mendasar di sini adalah bagaimana masyarakat menangani ketidaksetaraan di antara mereka.

Orang-orang di masyarakat yang hidup dalam sebuah negara dengan power distance yang tinggi menerima tatanan hirarkis dimana setiap orang memiliki tempat dan tidak memerlukan justifikasi lebih lanjut, sedangkan orang-orang di masyarakat yang hidup dalam negara dengan power distance rendah berusaha untuk mendapatkan persamaan distribusi kekuatan dan meminta pengakuan terhadap ketidaksetaraan kekuasaan.

Power Distance (high / low) adalah suatu etika kepada otoritas, jarak antara individu dan hirarki.
Power distance menjelaskan perbedaan tentang anggota mana yang mengharapkan dan yang menerima adanya kekuatan didalam ketidakkesetaraan di dalam organisasi atau perusahaan. Hal ini diungkit oleh Hofstede dalam dasar untuk membuat penelitian tentang adanya perbedaan kekuatan dibudaya yang berbeda-beda dan meneliti tentang cara untuk mengidentifikasi sentralisasi sebagai karakteristik dari organisasi.

Menurut Hofstede (2015) power distance adalah adanya sebuah tingkat kepercayaan atau penerimaan dari suatu power yang tidak seimbang disebuah organisasi atau perusahaan. Budaya ini terjadi ketika adanya penganggapan adanya orang lain yang dianggap lebih superior
dibandingkan dengan orang lainnya. Hal ini didasarkan oleh status sosial, gender, ras, umur,
pendidikan, kelahiran, pencapaian, latar belakang sehingga dapat membentuk power distance yang tinggi.

Pada umumnya power distance ini terjadi disebuah perusahaan antara atasan dengan bawahan. Secara disadari ataupun tidak power distance kerap kali lebih sering dirasakan oleh bawahan terhadap atasan, karena atasan memiliki kekuatan superior tersebut yang bawahan tidak dimiliki yaitu adalah perbedaan jabatan. Terdapat tiga pertanyaan survey yang digunakan untuk menyusun power distance index, berikut susunannya:

  1. Pertanyaan yang menunjukkan kekhawatiran atau ketakutan bawahan.
  2. Pertanyaan yang menunjukkan perasaan bawahan terhadap lingkungan kerja terkait dengan gaya otokrasi atau paternalistik.
  3. Pertanyaan yang menunjukkan dan mengekspresikan preferensi responden (bawahan).

Menurut pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa power distance adalah adanya jarak kekuasaan antara atasan dengan bawahan. Kebanyakan budaya power distance ditimbulkan karena adanya perbedaan jabatan, kekuasaan, kemampuan finansial dikarenakan atasan memiliki kekuatan superior yang lebih tinggi dibandingkan oleh bawahan dan sering kali terjadi di perusahaan-perusahaan pada umumnya.