Apa yang dimaksud dengan Petunjuk Antisipasi (Anticipatory Guidance)?

image

Petunjuk Antisipasi (Anticipatory guidance) adalah petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

Upaya bimbingan ini diberikan kepada orang tua tentang tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak.

Apa yang dimaksud dengan Petunjuk Antisipasi (Anticipatory Guidance) ?

Secara harfiah, petunjuk antisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu anticipatory guidance. Anticipatory berarti lebih dahulu, guidance berarti petunjuk. Jadi petunjuk antisipasi dapat diartikan sebagai petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Nursalam, 2005)

Anticipatory guidance juga merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh perawat dalam membimbing orang tua tentang tahapan perkembangan anak sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan tahapan usia anak.

Bimbingan antisipasi bagi orang tua akan berbeda untuk setiap tahap usia anak karena disesuaikan dengan karakteristiknya. Sebagai contoh mari kita lihat uraian di bawah ini (Wong, 2004):

a. Usia Bayi

  1. 6 bulan pertama
  • Ajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua untuk memahami kebutuhan dan respons bayi

  • Bantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan stimulasi bayi

  • Tekankan kebutuhan imunisasi

  • Persiapkan untuk pengenalan makanan padat

  1. 6 bulan kedua
  • Siapkan orang tua akan respons stranger anxiety (takut pada orang asing) dari anak.

  • Bimbing orang tua mengenai disiplin karena peningkatan mobilitas bayi.

  • Ajarkan pencegahan cedera karena peningkatan keterampilan motorik anak dan rasa keingintahuannya.

b. Usia toddler (1-3 tahun):

  1. Usia 12-18 bulan
  • Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toddler khususnya negativisme.

  • Dorong orang tua untuk melakukan penyapihan secara bertahap dan peningkatan pemberian makanan padat.

  • Adanya jadwal waktu makan yang rutin.

  • Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi terutama di rumah, kendaraan bermotor, keracunan, jatuh.

  • Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan cara-cara untuk mengatasi negatifistik dan temper tantrum yang sering terjadi pada todler.

  • Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan keterampilan sosial.

  1. Usia 18-24 bulan
  • Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.

  • Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru dan kemungkinan terjadinya persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry). Persaingan dengan saudara kandung adalah perasaan cemburu dan benci yang biasanya dialami oleh anak karena kehadiran/kelahiran saudara kandungnya. Hal ini terjadi bukan karena rasa benci tetapi lebih karena perubahan situasi. Libatkan anak dalam perawatan adik barunya seperti mengambilkan baju, popok, susu dan sebagainya.

  • Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet training. Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar. Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian. Fase ini biasanya terjadi pada anak usia 18 – 24 bulan. Dalam melakukan toilet training ini, anak membutuhkan persiapan fisik, psikologis maupun intelektualnya. Dari persiapan tersebut anak dapat mengontrol buang air besar dan buang air kecil secara mandiri (Hidayat, 2005).

  • Perawat bertanggung jawab dalam membantu orang tua mengidentifikasi kesiapan anak untuk toilet training. Latihan miksi biasanya dicapai sebelum defekasi karena merupakan aktifitas regular yang data diduga. Sedangkan defekasi merupakan sensasi yang lebih besar daripada miksi yang dapat menimbulkan perhatian dari anak.

  • Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada kegelapan atau suara keras.

  • Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi pada waktu anak mengalami stress (misalnya anak yang tadinya sudah tidak mengompol tiba- tiba menjadi sering mengompol).

  1. Usia 24-36 bulan
  • Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan cara meniru.

  • Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan sikap menghadapi keadaan-keadaan seperti mengompol atau buang air besar (BAB) dicelana.

  • Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler misalnya: melalui bahasa yang digunakan, ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif yang lain.

  • Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata, ajukan alasan yang rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian.

c. Usia Prasekolah

Bimbingan terhadap orang tua selama usia prasekolah di antaranya adalah:

  1. Usia 3 tahun
  • Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas.
  • Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
  • Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan ketegangan/ tension).
  • Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternatif- alternatif pilihan pada saat anak bimbang.
  • Perlunya perhatian ekstra.
  1. Usia 4 tahun
  • Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa.
  • Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
  • Menekankan pentingnya batas-batas yang realistik dari tingkah lakunya.
  1. Usia 5 tahun
  • Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
  • Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada anak.

d. Usia Sekolah

Bimbingan yang dapat dilakukan pada orang tua untuk anak usia sekolah di antaranya adalah:

  1. Usia 6 tahun
  • Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan sosialisasi dengan cara mendorong anak berinteraksi dengan temannya.
  • Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda.
  • Siapkan orang tua akan peningkatan ketertarikan anak keluar rumah.
  • Dorong orang tua untuk menghargai kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.
  1. Usia 7-10 tahun
  • Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
  • Tertarik untuk beraktivitas di luar rumah.
  • Siapkan orang tua untuk menghadapi anak terutama anak perempuan memasuki prapubertas.
  1. Usia 11-12 tahun
  • Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh saat pubertas.
  • Anak wanita mengalami pertumbuhan cepat.
  • Pendidikan seks (Sex education) yang adekuat dan informasi yang akurat.

e. Usia Remaja

  1. Terima remaja sebagai manusia biasa
  2. Hargai ide-idenya, kesukaan dan ketidaksukaan serta harapannya.
  3. Biarkan remaja mempelajari dan melakukan hal-hal yang disukainya walaupun metdenya berbeda dengan orang dewasa.
  4. Berikn batasan yang jelas dan masuk akal.
  5. Hargai privacy remaja
  6. Berikan kasih sayang tanpa menuntut.
  7. Gunakan pertemuan keluarga untuk merundingkan masalah dan menentukan aturan-aturan.
  8. Orangtua juga harus menyadari bahwa: mereka ingin mandiri, sensitif terhadap perasaan dan perilaku yang mempengaruhinya, teman-temannya merupakan hal yang sangat penting dan memandang segala sesuatu sebagai hitam atau putih, baik atau buruk.

Pencegahan Kecelakaan Pada Anak

Kecelakaan merupakan peristiwa yang sering dialami oleh anak yang dapat melukai bahkan menyebabkan kematian. Bagaimanapun orang tua merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kebutuhan dan keselamatan anak, sehingga mereka harus memahami karakteristik dan perilaku anak serta menyadari potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan.

Anak laki-laki biasanya lebih banyak mengalami kecelakaan terutama saat bermain dibandingkan anak perempuan karena mereka lebih aktif dan banyak menggunakan keterampilan motorik kasarnya seperti berlari, melompat, memanjat, bermain sepeda dan sebagainya. Sedangkan anak perempuan cenderung lebih banyak menggunakan keterampilan motorik halus seperti bermain boneka, masak-masakan, bermain peran dan sebagainya.

Kejadian kecelakaan pada anak sebenarnya dapat dicegah dan diminimalisir dengan melakukan berbagai upaya di antaranya adalah memodifikasi lingkungan agar aman bagi anak.

Di bawah ini adalah upaya-upaya pencegahan kecelakaan yang dapat dilakukan sesuai dengan tahap usia anak (Wong, 2004):

a. Masa Bayi

Jenis kecelakaan yang biasa terjadi di antaranya adalah aspirasi benda asing (terutama benda-benda kecil seperti kancing, kacang-kacangan, biji buah, bedak dan sebagainya) jatuh, luka bakar (tersiram air panas atau minyak panas), keracunan dan kekurangan oksigen.

Pencegahan yang sebaiknya dilakukan:

  1. Menghindari aspirasi: Simpan pada tempat yang aman dan tidak terjangkau atau buang benda-benda yang berpotensi menyebabkan aspirasi seperti bedak, kancing, permen, biji-bijian dan sebagainya. Gendong bayi saat memberi makan dan menyusui.

  2. Kekurangan oksigen: jauhkan dan jangan biarkan anak bermain plastik, sarung bantal atau benda-benda yang berpotensi membuat anak kekurangan oksigen. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian di kamar bayi atau kamar mandi.

  3. Jatuh : beri pengaman tempat tidur saat bayi/anak sedang tidur, usahakan anak duduk di kursi khusus atau tidak memakai kursi tinggi, usahakan ujung benda seperti meja dan kursi tidak tajam. Jangan pernah meninggalkan bayi pada tempat yang tinggi dan bila ragu tempatkan bayi di lantai dengan pengalas.

  4. Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai, simpan air panas di tempat yang aman dan tidak terjangkau oleh anak. Jangan merokok di dalam rumah atau dekat dengan bayi. Tempatkan peralatan listrik jauh dari jangkauan bayi dan gunakan pengaman.

  5. Keracunan : simpan bahan toxic dilemari/tempat yang aman. Buang bahan-bahan yang mengandung zat kimia tidak terpakai seperti baterai ke tempat yang jauh dari jangkauan bayi.

b. Masa Toddler

Jenis kecelakaan yang sering terjadi :

  1. Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.
  2. Tenggelam.
  3. Keracunan atau terbakar.
  4. Tertabrak karena lari mengejar bola/balon.
  5. Aspirasi dan asfiksia.

Pencegahan yang bisa dilakukan:

  1. Awasi anak jika bermain dekat sumber air.
  2. Ajarkan anak berenang.
  3. Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika.
  4. Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
  5. Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
  6. Cek air mandi sebelum dipakai.
  7. Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman.
  8. Jangan biarkan kabel listrik menggantung/menjuntai ke lantai.
  9. Awasi anak pada saat memanjat, lari, lompat.

c. Pra Sekolah

Kecelakaan terjadi biasanya karena anak kurang menyadari potensi bahaya seperti: obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya main di jalan, lari mengambil bola/layangan, menyeberang jalan.

Pencegahannya ada 2 cara:

  1. Mengontrol lingkungan.

  2. Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya.

  • Jauhkan korek api dari jangkauan.
  • Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat membahayakan anak.
  • Mendidik anak cara menyeberang jalan, arti rambu-rambu lalu lintas.

d. Usia Sekolah

  1. Anak biasanya sudah berpikir sebelum bertindak.
  2. Aktif dalam kegiatan: mengendarai sepeda, mendaki gunung, berenang.
  3. Berikan pendidikan tentang Aturan lalu-lintas pada anak.
  4. Apabila anak suka berenang, ajakan aturan yang aman dalam berenang.
  5. Awasi anak saat menggunakan alat berbahaya seperti gergaji, alat listrik.
  6. Ajarkan anak untuk tidak menggunakan alat yang bisa meledak/terbakar.

e. Remaja

  1. Jenis kecelakaan yang sering terjadi pada usia ini adalah:
  • Kecelakaan lalu lintas terutama kendaraan bermotor yang dapat mengakibatkan fraktur, cedera kepala.
  • Kecelakaan karena olah raga.
  1. Oleh karena itu perlu diberikan pemahaman kepada remaja tentang:
  • Petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor
  • Ada negosiasi antara orang tua dengan remaja.
  • Penggunaan alat pengaman yang sesuai seperti helm sesuai standar, penggunaan sabuk keselamatan.
  • Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan olah raga