Apa yang dimaksud dengan Perspective-Taking?

Perspective-Taking

Apa yang dimaksud dengan Perspective-Taking ?

Batson & Ahmad (2010) mendefinisikan perspective-taking adalah memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan cara meletakkan pandangan dan pikirannya pada posisi orang lain itu. Perspective-taking merupakan aktivitas utnuk memerhatikan dan membuat prediksi terhadap situasi yang dihadapi orang lain (Wu & Keysar, 2007). Galinsky & Kuyang (2010) mendefinisikan perspective-taking yaitu menempatkan diri sendiri ke dalam posisi orang lain maka, seseorang dikatakan memiliki perspective-taking apabila dia dapat benarbenar mengerti apa yang terjadi pada orang lain.

Davis (1983) menekankan pentingnya kemampuan dalam Perspective taking untuk perilaku non-egosentrik, yaitu kemampuan yang tidak berorientasi pada kepentingan sendiri, tetapi pada kepentingan orang lain. Coke (dalam Davis, 1983) menyatakan bahwa perspective-taking berhubungan dengan reaksi emosional dan perilaku menolong pada orang dewasa. Perspective-taking didefinisikan oleh Davis (1994) sebagai kecenderungan mengadopsi pandanganpandangan psikologis orang lain. Senada dengan itu, Selman (dalam Taufik, 2012) mendefinisikan perspective-taking sebagai seseorang yang berusaha untuk memahami pandangan-pandangan psikologis antara dirinya dengan orang lain. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perspective-taking adalah kemampuan memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan memposisikan diri pada keadaan orang lain itu.

Aspek-aspek Perspective-Taking


Batson & Ahmad (2010) membagi perspective-taking dalam dua bentuk yaitu:

1. Imagine-self perspective
Batson &Ahmad (2010) mendefinisikan Image-self perspective sebagai aktivitas membayangkan bagaimana seseorang berpikir dan merasakan apabila dirinya berada pada kondisi atau posisi orang lain. Istilah “imagine-self perspective” memiliki arti yang berpusat pada diri sendiri, pada pikiran-pikiran dan perasaannya sendiri. Image-Self Perspective atau efek dari membayangkan diri sendiri dalam posisi seseorang yang merupakan anggota suatu kelompok akan membuat hubungan positif antara empathizer dengan kelompok tersebut secara keseluruhan.

2. Imagine-other perspective
Batson &Ahmad (2010) mendefinisikan Imagine-other perspective yaitu membayangkan apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Keadaan ini didasarkan pada imajinasi tentang “apa yang akan dikatakan dan dilakukan” oleh orang lain pada kondisi/keadaan tertentu. Selain itu juga berdasar pada pengetahuan empathizer tentang karakter, nilai-nilai (norma), dan keinginan orang lain.

Menurut Davis (1983) Perspective taking terdiri dari 2 aspek yaitu:

  1. Self-identification
    Self identification mengarahkan individu untuk menyentuh kesadaran dirinya sendiri melalui perspektif yang dimiliki oleh orang.

  2. Self positioning
    Self positioning memandu individu untuk memposisikan diri pada situasi dan kondisi orang lain untuk kemudian membantu penyelesaian masalahnya.

Perspective taking adalah kemampuan di dalam individu untuk memperkirakan pandangan atau pemikiran serta perasaan orang lain terhadap apa yang telah dilakukan. Perspective taking dalam penelitian ini adalah kemampuan pengunggah instastory untuk memperkirakan respon berupa pandangan atau pemikiran serta perasaan yang akan muncul dari oleh orang lain yang melihat unggahan dalam instasory miliknya.

Perspective taking memiliki 2 aspek yang dibuat oleh Batson dan Ahmad (2009) yaitu :

  1. Imagine-Self perspective yaitu membayangkan bagaimana seseorang berfikir dan merasakan apabila dia berada di kondisi dan posisi orang lain tersebut

  2. Imagine other perspective yaitu aktivitas membayangkan apa yang orang lain rasakan dan pikirkan terhadap apa yang dia lakukan atau dalam kondisi atau posisi yang dia jalani.

Perspective taking diukur menggunakan skala yang diadaptasi dari skala Perspective-Taking (PT) Scale and Empathic Concern (EC) Scale items Davis, M. H (1983).

Perspective-taking merupakan kemampuan individu untuk mengetahui situasi atau kondisi yang sedang dialami orang lain, memikirkan apa yang orang lain pikirkan dan memprediksi perilaku yang dimunculkan orang lain (Zhang, Hedden, & Chia, 2012). Meningkatkan perspective-taking pada remaja merupakan metode yang diprediksikan bisa meningkatkan kompetensi sosial pada remaja. Meningkatnya kemampuan remaja dalam mengetahui, memahami, memikirkan, memprediksikan situasi atau kondisi yang dialami orang lain tentunya menjadi modal utama bagi remaja untuk menunjukkan kepedulian terhadap orang lain dan menjadikan remaja memiliki kompetensi sosial, sebagaimana perspective-taking disebut sebagai modal utama individu dalam proses interaksi.

Kemampuan perspective-taking remaja berhubungan positif dan signifikan dengan kompetensi sosial, sehingga remaja dengan kompetensi sosial yang baik tumbuh menjadi individu yang memiliki hubungan interpersonal secara pribadi maupun berkelompok dan saling mendukung satu sama lain (Ma, 2012).

Kompetensi sosial mempengaruhi cara individu berkomunikasi, bergaul, bekerja sama dan berinteraksi dengan orang lain. Remaja dengan kompetensi sosial yang baik cenderung memiliki banyak relasi yang bisa dilibatkan dalam setiap tugas sulit yang dibebankan kepadanya. Menurut Stamatov & Sariyska, (2015) kompetensi sosial sebagai konsep multidimensi yang terdiri dari keterampilan dan perilaku sosial, emosional, kognitif dan adaptif.

Remaja perlu memiliki keterampilan untuk beradaptasi dan hidup selaras dengan lingkungan. Sehingga remaja mampu melihat fenomena di sekelilingnya dengan menyertakan peran perspective-taking pada setiap proses sosial yang diamatinya yaitu dengan cara melihat situasi atau kondisi yang dialami orang lain dengan sudut pandang orang lain dan melihat dengan sudut pandang pribadinya. Kompetensi sosial penting dimiliki oleh setiap individu, dikarenakan kompetensi sosial mampu melihat setiap fenomena yang terjadi dengan informasi yang positif.