Apa yang dimaksud dengan Persepsi?

Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses mental yang menghasilkan bayangan dalam diri individu sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi dengan suatu ingatan tertentu sehingga bayangan itu dapat disadari.

Apa yang dimaksud dengan persepsi ?

Desiderato : “Persepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli)”.

Ensiklopedia Umum : “Persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan individu sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera perabaan dan sebagainya, sehingga bayangan itu dapat disadari”.

Sarlito W. Sarwono : “Persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu (objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek atau peristiwa. Proses menghubungkan ini adalah proses aktif dimana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategorisasi yang tepat, sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian persepsi juga bersifat inferensial (mengambil kesimpulan)”.

Ciri dan Karakteristik Persepsi


Irwanto (Umi Amalia, 2003) mengemukakan ciri-ciri umum persepsi adalah sebagai berikut ;

  • Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap indera, yaitu sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).

  • Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat menyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, depan-belakang, dan lain sebagainya.

  • Dimensi persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain sebagainnya.

  • Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan kontek ini merupakan keseluruhan yang menyatu, contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi diruang tertentu, posisi atau letak tertentu.

  • Dunia persepsi adalah dunia penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya (dengan tujuan yang ada pada diri kita).

Proses Terjadinya Persepsi


“Persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adannya pengamatan terhadap objek” (Santhy Handayani, 2005).

Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, yang kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang diterimanya itu. Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsi.

Moh. Surya (1981) mengemukakan bahwa “Persepsi adalah proses penerimaan, penafsiran dan pemberian arti terhadap perangsang yang diterima individu melalui alat indera”.

Sementara menurut Mc Croskey dan Whelness menyebutkan ada empat tahapan persepsi :

  1. Penerimaan pesan atau informasi dari luar.
  2. Memberikan kode pada informasi yang diindera.
  3. Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut.
  4. Menyimpulkan arti dalam ingatan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Menyebabkan Kesalahan Pada Persepsi

Menurut Jalaludin Rakhmat (1999) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

  • Faktor yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman, motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati.
  • Faktor yang bersifat struktural diantaranya intensitas rangsangan, ukuran rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan.
  • Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh individu.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Sarlito Wirawan (1984) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :

  • Kuat lemahnya rangsangan, yang ditemukan oleh kejelasan, pengulangan gerak, ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat pula kerja indera.
  • Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan lancarnya proses terjadinnya persepsi.
  • Kadar intensitas kebutuhan, besarnya perhatian, kebutuhan dan kesiapan yang dimiliki individu menyebabkan terjadinya persepsi.
  • Pengalaman individu tentang stimulus atau rangsangan yang bersangkutan

Sedangkan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam persepsi adalah sebagai berikut :

  • Informasi yang kurang cukup, faktor ini merupakan penyebab utama dalam kesalahan menafsirkan pesan.

  • Stereotype, yaitu merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu.

  • Kesalahan dalam logika, kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita mempunyai pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila seseorang memperlihatkan sifst-sifat serius, tidak pernah humor, kemudian kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan menjadi penyebab kesalahan persepsi.

  • Hallo effect dan devil effect, dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika suatu objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut akan menambahkan dengan ciri-ciri tertentu pula.

Persepsi adalah pengalaman sensoris yang bermakna yang dihasilkan setelah otak menggabungkan dan mengorganisasikan ratusan sensasi. Persepsi merupakan hasil interpretasi terhadap rangsang-rangsang yang diterima dan Proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti.

Dua pendekatan bagaimana persepsi terbentuk, antara lain :

  • Pendekatan Strukturalisme, Persepsi dibentuk oleh penjumlahan ribuan elemen sensasi. Persepsi bisa dibagi menjadi unit-unit/elemen yang lebih kecil

  • Pendekatan Gestalt, Persepsi bukan sekedar penjumlahan sensasi, namun terdapat satu set pengaturan/pengorganisasian elemen sensasi menjadi pola atau persepsi yang lebih bermakna.

Perceptual organization, yaitu pengelompokan stimulus sehingga memandangnya sebagai satu kesatuan.

  • Hukum kedekatan (proximity), Benda-benda yang berada berdekatan satu dengan yang lainnya cenderung dikelompokkan sebagai suatu kelompok/ kesatuan
  • Hukum kesinambungan (continuity), Garis dan pola cenderung dipersepsikan sebagai sesuatu yang berkesinambungan dalam waktu dan ruang.
  • Hukum kesamaan (similarity), Benda-benda yang serupa dalam satu karakteristik (warna, bentuk, ukuran) cenderung dipersepsikan sebagai satu kelompok yang sama.
  • Hukum bentuk-bentuk tertutup (closure), Bentuk-bentuk yang sudah kita kenal, walau hanya nampak sebagian atau terlihat sebagai sesuatu yang tidak sempurna, cenderung kita lihat sebagai suatu yang sempurna.

Perceptual Constancy, Persepsi yang akurat mengenai obyek sebagai sesuatu yang stabil dan tidak berubah meskipun terjadi perubahan pola sensorik (sudut pandang, jarak, pencahayaan) yang dihasilkan oleh obyek tersebut.

  • Konstansi bentuk : Kita mempersepsikan benda memiliki bentuk yang konstan meski bentuk bayangan pada retina yang dihasilkan berubah akibat berubahnya titik pandang pada benda tersebut.
  • Konstansi letak : benda yang tidak bergerak kita persepsi tetap di tempatnya meski ada pergerakan pada mata, kepala, tubuh.
  • Konstansi ukuran : mobil/kereta api dari jauh
  • Konstansi kecerahan : kecerahan salju
  • Konstansi warna : warna apel di dalam dan di luar ruangan kita persepsikan tetap merah

Persepsi Kedalaman, Kemampuan indera penglihatan untuk mengindera ruang

  • Kejelasan relatif: semakin jauh obyek akan semakin kabur
  • Perspektif linear: semakin jauh, garis-garis akan menyatu menjadi satu titik
  • Kualitas permukaan: berkurangnya kualitas tekstur karena jarak makin jauh
  • Posisi relatif: obyek yang jauh akan ditutupi atau kualitasnya menurun karena bayangan obyek-obyek yang lebih dekat; benda yang lebih dekat akan terletak di depan benda yang
  • lebih jauh dalam medan penglihatan kita
  • Speed of movement: obyek yang muncul dari jauh akan bergerak lebih lambat dibanding obyek yang lebih dekat dalam medan penglihatan kita
  • Sinar dan bayangan; bagian permukaan yang lebih jauh dari sumber cahaya akan lebih gelap dibandingkan yang lebih dekat

Persepsi gerak, Untuk mengamati gerak dibutuhkan ‘Patokan’ . Dengan demikian, gerakan adalah sesuatu yang berpindah posisinya dari patokan. Kalau patokannya kabur, maka kita bisa memperoleh informasi gerakan semu. Gerakan semu terjadi bila ada dua rangsang yang berbeda muncul hampir bersamaan waktunya.

Gerakan semu ada 2 macam, yaitu :

  1. Efek otokinetik
    Bila kita memandang setitik cahaya dalam keadaan gelap gulita,cahaya tersebut akan nampak bergerak ke atas, ke bawah, ke samping kiri, ke samping kanan.
  2. Gerakan stroboskopik
    Terjadi karena ada dua rangsang yang berbeda yang muncul hampir bersamaan. Dalam gerakan stroboskopik ini ada gejala yang disebut phi-penomenon. Gejala ini terjadi bila ada dua rangsang atau lebih yang muncul dalam waktu yang amat pendek dan diamati sebagai gerakan dari satu rangsang saja. Contohnya seperti lampu-lampu iklan di toko atau jalan besar, demikian juga dalam pemutaran film menggunakan teknik ini.

Ilusi, adalah kesalahan dalam persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah terhadap fakta-fakta objektif yang d sajikan alat-alat indra kita

  • Ilusi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal: (gambar atau bayangan di cermin kelihatannya terletak di belakang cermin)
  • Ilusi disebabkan kebiasaan: rangsang-rangsang yang disajikan sesuai dengan kebiasaan kita dalam mengenali rangsang akan dengan mudah menimbulkan ilusi.
  • Ilusi karena kesiapan mental atau harap tertentu: kita akan sering melihat sesuatu yang mirip dengan barang yang hilang yang sangat kita harapkan untuk kembali.
  • Ilusi karena kondisi rangsang terlalu kompleks: bila rangsang yang diamati terlalu kompleks, maka rangsang tersebut dapat menutup-nutupi atau menyamarkan fakta-fakta objektif.

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Jadi persepsi adalah memberikan makna pada stimulus inderawi (Rakhmad, 1996).

Aspek-aspek dalam pembentukan Persepsi seseorang dipengaruhi oleh 2 hal besar, yaitu Aspek Kognisi dan aspek Afeksi.

  1. Kognisi

    Menurut Sobur (2003) kognisi adalah cara manusia memberi arti pada rangsangan. Menurut Scheerer (dalam Sarwono) kognisi adalah proses sentral yang yang menghubungkan peristiwa-peristiwa di luar (eksternal) dan di dalam (internal) diri sendiri.

    Menurut Festinger, kognisi adalah elemen-elemen kognitif, yaitu hal-hal yang diketahui oleh seseorang tentang dirinya sendiri, tentang tingkah lakunya, dan tentang keadaan di sekitarnya.

    Neisser berpendapat bahwa kognisi adalah proses yang mengubah, mereduksi, memperinci, menyimpan, mengungkapkan, dan memakai setiap masukan (input) yang datang dari alat indera.

  2. Afeksi

    Afeksi dalam ilmu psikologi sering disebut dengan perasaan. Perasaan merupakan gejala psikis dengan tiga sifat khas yaitu dihayat secara subjektif, pada umumnya berkaitan dengan gejala pengenalan (kognisi), dialami oleh individu dengan rasa suka atau tidak suka, duka atau gembira dalam macam-macam derajat atau tingkatan (Ma’rufah, 2007).

    Menurut Ahmadi perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif (Abu Ahmadi, 2003).

    Sedangkan menurut Chaplin, perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal (Bimo Walgito, 2004).

Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dari proses internal itulah nantinya individu dapat membeda-bedakan, merespon dan memberi makna kepada stimuli-stimuli yang ada.

Dengan kata lain, persepsi adalah cara kita mengubah energi-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna yang kemudian diwujudkan dalam bentuk perilaku. Perilaku-perilaku ini dipelajari sebagai bagian dari pengalaman budaya yang mereka miliki (Mulyana dan Rakhmat, 1998).

Untuk memahami dunia dan tindakan-tindakan orang lain, kita harus memahami kerangka persepsinya. Kita harus belajar memahami bagaimana mempersepsi dunia. Dalam komunikasi antarbudaya yang ideal kita akan mengharapkan banyak persamaan dalam pengalaman dan persepsi. Persepsi yang sama akan memudahkan partisipan komunikasi mencapai kualitas hasil komunikasi yang diharapkan.

Persepsi adalah inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

Segala sesuatu yang dikomunikasikan adalah persepsi seseorang tentang dunia dan lingkungannya. Kebiasaan dimana orang-orang suatu budaya merespon sesuatu menunjukkan hubungan-hubungan antara budaya, persepsi dan komunikasi. Terdapat beragam persepsi seperti halnya persepsi tentang usia, ruang dan jarak sosial, etnik, kerja, kekuasaan, perilaku agresif, penyingkapan diri, waktu, persaingan yang keseluruhannya berakar dalam budaya.

DeVito menjelaskan bahwa persepsi berangkat dari diri sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain, mempengaruhi indera kita melalui umpan balik kesadaran mengenai perasaan, pemikiran dan perilaku kita sendiri. Dari interaksi tersebut timbul suatu kesadaran tertentu, yaitu bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Hal ini adalah pengukuhan positif yang membantu seseorang merasa biasa-biasa atau normal-normal saja hidup dalam lingkungan multikultural.

Persepsi membantu seseorang menemukan dirinya melalui proses perbandingan sosial, seperti perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai dan kegagalan kita dengan orang lain. Setiap individu secara alami mempunyai persepsi yang berbeda terkait dengan kepribadiannya.

Keanekaragaman persepsi dan makna yang dibangun dalam persepsi sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur sosio-budaya yakni: sistem-sistem kepercayaan (beliefs), nilai (value), sikap (attitude), pandangan dunia (human nature), orientasi tindakan (activity orientation) serta persepsi tentang diri sendiri dan orang lain (perception of self and others).

Definisi persepsi menurut para ahli


Menurut Robbins, Persepsi adalah “suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka untuk memberi makna pada lingkungan mereka” (Robbins, 1999).

Menurut Kreitner dan Kinicki, persepsi adalah ”proses kognitif yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan memahami lingkungan sekitar kita” (Kreitner dan Kinicki, 2005). Sejalan dengan kedua pendapat tersebut, Siswanto mendifinisikan persepsi sebagai: ”proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu” (Siswanto, 2006).

Dari ketiga pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, sesuatu yang ditangkap oleh indera kita dari lingkungan dan kita dapat menafsirkan dan memahaminya, maka itulah yang disebut dengan persepsi.

Menurut Matlin dan Solso (dalam Suharnan, 2005) dijelaskan bahwa: ”persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasikan stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung”.

Menurut Walgito, persepsi adalah ”suatu proses yang didahului oleh penginderaan individu melalui alat indera kemudian proses tersebut diteruskan oleh syaraf otak untuk diinterpretasikan” (Walgito, 2003).

Menurut Thoha, persepsi adalah ”proses proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman” (Thoha, 2002).

Menurut Davidoff, Persepsi adalah Proses pengorganisasian dan penginterpretasian stimulus melalui panca indra (Davidoff, 1991).

Dari empat pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses penggunaan pengetahuan yang disimpan dalam ingatan untuk mendeteksi dan menginterpretasikan stimulus yang diterima oleh alat indera, baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman.

Menurut Moskowitz (dalam Walgito 2003) persepsi merupakan ”proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya”. Artinya, persepsi adalah serangkaian proses yang dialami individu pada saat menerima stimulus hingga meresponnya.

Menurut Krech (dalam Thoha, 2002) persepsi adalah ”suatu proses kognitif yang komplek dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataanya” (Thoha, 2002).

Persepsi adalah suatu proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Sensasi adalah proses menangkap stimulus, dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Menurut Rahmat (1985) persepsi adalah pengalaman tentang objek atau peristiwa yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa apa yang ada dalam diri individu yang mempersepsi, sedangkan faktor eksternal berupa stimulus dan lingkungan. Stimulus dan lingkungan sebagai eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu dalam mengadakan persepsi.

Persepsi setiap orang dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama. Perbedaan persepsi setiap individu, menurut Krech (1962), disebabkan karena setiap individu dalam menghayati atau mengamati sesuatu objek selaras dengan berbagai faktor determinan yang berkaitan dengan persepsi seseorang individu, yaitu:

  1. Lingkungan fisik dan sosial,
  2. struktur jasmaniah,
  3. kebutuhan dan tujuan hidup,
  4. pengalaman masa lampau.

Jenis-jenis persepsi


Ada tiga jenis persepsi yang digunakan orang dalam menilai benda benda artefak budaya yaitu persepsi praktis, persepsi analitis dan persepsi apresiatf (Stephen C Pepper, 1976) di mana penggunaan masing-masing jenis persepsi tersebut berbanding lurus dengan tujuan dan pola berpikir seseorang dalam memaknai objek.

  1. Persepsi praktis

    Presepsi praktis adalah kesadaran intelegensi dan respon psikologis yang diarahkan ke persoalan praktis. Dalam hal ini respon yang diberikan terhadap rangsangan dilihat dari aspek relasi-fungsional. Objek/stimulan ditanggapi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan akhir.

  2. Persepsi analisis

    Persepsi analitis adalah persepsi yang memandang stimulator sebagai instrumen untuk mendapat kualifikasi relasional baik di antara objek lain maupun kualifikasi atas bagian per bagian dari benda itu sendiri atas dasar proses sebab- akibat, atau memasukkan setiap bagiannya ke dalam unsur yang dapat dikorelasikan dan diformulasikan ke dalam rumusan tertentu.

  3. Persepsi apresiatif

    Persepsi apresiatif adalah suatu usaha memandang stimulan sebagai media untuk memperoleh pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan sehingga diperoleh pengalaman estetis atas objek yang diamati.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Menurut Mar‟at (2004) persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengalaman individu, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan individu. Apabila persepsi terhadap seseorang telah berbentuk, maka seseorang akan memiliki atau memutuskan suatu sikap terhadap objek yang dipersepsi.

Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

  1. Objek yang dipersepsi, objek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
  2. Alat indera, syarat, dan pusat susunan, alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
  3. Perhatian, merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. (Walgito, 2002)

Faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh faktor pribadi maupun group atau kelompok serta perbedaan latar belakang. Sebagaimana yang telah diungkapkan Saparinah (1976), sebagai berikut:

  1. Faktor ciri-ciri yang terdiri dari nilai, arti, familiantas dan intensitas.

  2. Faktor-faktor pribadi. Termasuk di dalamnya ciri-ciri khas individu. Seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain-lain.

  3. Faktor perbedaan kurtural

Persepsi orang terhadap objek atau peristiwa dapat bersifat positif terhadap suatu objek atau peristiwa dapat bersifat positif terhadap suatu objek atau peristiwa tersebut, sebaliknya bila individu mempunyai persepsi yang negatif suatu objek, maka ia cenderung bersikap tingkah laku negatif pula terhadap objek atau peristiwa tersebut.

Istilah persepsi biasanya di gunakan untuk mengunggkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami. Persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan, penginderaan.

Persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indra kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Saleh, 2002).

Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang. Dalam proses persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek.

Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrasi dalam diri individu (Walgito, 2001) dan perpespsi adalah daya mengenal barang kualitas atau hubungan dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah panca
indra dapat merangsang (Maramis, 2004).

Macam-Macam Persepsi.


Persepsi merupakan suatu proses yang didahului pengindraan, yaitu dengan di terimanya stimulus oleh reseptor di teruskan ke otak atau pusat saraf yang di organisasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu menyadari apa yang di lihat dan didengarkan (Sunaryo 2002).

Terdapat dua macam persepsi yaitu:

  • External perseption , yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar individu.

  • Self-perception , yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam individu menjadi objek dalam dirinya sendiri.

Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitar maupun tentang keadaan diri individu yang bersangkutan ( self perception ) dengan menggunakan alat penghubung antara individu dengan dunia luar, yaitu alat indra.

Persepsi (perception) merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi, kalau bukan dikatakan yang paling penting. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah dunia terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi manusia yang bersangkutan. Persepsi berbeda dengan sensasi (sensation). Sensasi merupakan fungsi fisiologis, dan lebih banyak tergantung pada kematangan dan berfungsinya organ-organ sensoris. Sensasi meliputi fungsi visual, audio, penciuman dan pengecapan, serta perabaan, keseimbangan dan kendali gerak. Kesemuanya inilah yang sering disebut indera.

Sensasi adalah proses manusia dalam dalam menerima informasi sensoris, energi fisik dari lingkungan, melalui penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal “ neural ” yang bermakna.

Misalnya, ketika seseorang melihat (menggunakan indera visual, yaitu mata) sebuah benda berwarna merah, maka ada gelombang cahaya dari benda itu yang ditangkap oleh organ mata, lalu diproses dan ditransformasikan menjadi sinyal-sinyal di otak, yang kemudian diinterpretasikan sebagai “warna merah”.

Berbeda dengan sensasi, persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari manusia dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi yang diterimanya. Benda berwarna merah akan memberikan sensasi warna merah, tapi orang tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna merah itu, misalnya.

Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Karena merupakan aktivitas yang integreted, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu aktif berperan dalam persepsi tersebut.

Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.

Agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, maka individu harus memliki “peralatan” sebagai berikut :

  • Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).
  • Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus (fisiologis).
  • Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis).

Sumber : Andi Thahir, Psikologi Belajar

Persepsi adalah memberikan makna pada stimulasi inderawi (sensor stimuli). Persepsi disebut juga sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif, persepsi lah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat persamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi dan sebagi konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atu kelompok identitas.

Berikut definisi dari persepsi menurut beberapa ahli.

  1. Menurut Jalaludin Rakhmat, persepsi adalah pengalaman tentang objek peristiwa atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

  2. Menurut A. Baron & Paul B. Paulus, persepsi adalh proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi tingkah laku kita

  3. Menurut J. Cohen, persepsi adalah interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif objek eksternal. Persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana.

  4. Menurut Bryan Fellows, persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisa informasi

Jenis Jenis Persepsi


Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi 2, aitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (persepsi sosial)
Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks, kaena manusia bersifat dinamis. Kedua jenis persepsi tersebut mempunyai perbedaan, perbedaan tersebut mencakup hal hal sebagi berikut :

  1. Persepsi Terhadap Lingkungan Fisik
    Persepsi terhadap lingkungan fisik merupakan proses penafsiran terhadap objek objek tidak bernyawa yang ada di lingkungan sekitar kita. Terkadang dalam mempersepsi lingkungan fisik, kita terkadang melakukan kekeliruan. Indera kita terkadang menipu kita, itlah yang disebut ilusi.

    Persepsi seseorang terhadap lingkungan fisik dengan orang lain tentu berbeda, ini sebabnya oleh latar belakang pengalaman, budaya dan suasana psikologis yang berbeda sehingga membuat persepsi kita berbeda atas suatu objek.

  2. Persepsi Sosial
    Persepsi Sosial adalah proses menangkap arti objek sosial dan kejadian kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko.

Dalam psikologi kognitif, kita mengacu pada dunia fisik (ekster- nal) sekaligus dunia mental (internal). Penghubung realitas eksternal dengan dunia mental berpusat di sistem sensorik. Sensasi ( sensation ) mengacu pada pendeteksian dini terhadap energi dari dunia fisik. Sedangkan persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik. Pada dasarnya, sensasi mengacu pada pendeteksian di- ni terhadap stimuli; persepsi mengacu pada interpretasi hal-hal yang kita indera (Solso et. al., 2007).

Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah:

  • proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera,
  • kesadaran dari proses-proses organis,
  • titchener* / satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu,
  • variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang,
  • kesadaran intuitif mengenai kebenaran lang- sung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2005).

Fieldman (1999) menyatakan “Perception a constructive process by which we go beyond the stimuli that are presented to us and attempt to construct a meaningful situation.” Persepsi menurut Fieldman merupakan sebuah proses konstruktif dimana kita menerima stimulus dan berusaha untuk memahami situasi yang bermakna. Sedangkan Morgan (1987) menyatakan “Perception refers to the way the work, sound, feel, tastes, or smell. In other works, perception can be defined as whatever is experienced by a person” yaitu persepsi mengacu pada cara kerja, suara, rasa, selera, atau bau.

Teori-teori Perseptual


Setiap harinya kita terus-menerus dihujani informasi tentang karakteristik fisik dunia kita, melalui kelima indera kita. Terdapat sedemikian banyak informasi sehingga kita memerlukan penyimpanan sensorik sementara dan penyaring sensorik yang rumit untuk membantu kita menentukan jenis dan jumlah informasi yang dikirimkan ke otak kita. Para psikolog tekah mengembangkan teori persepsi yang membantu memahami bagaimana proses sebuah sensasi diproses menjadi persepsi sebuah pola atau sebuah objek. Ada dua teori utama yang dipelajari tentang cara manusia memahami dunia. Sebuah teori, persepsi konstruktif (constructive perception), menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori.

Teori lainnya, persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan (Solso et. al., 2007).

  • Persepsi Konstruktif
    Teori persepsi konstruktif disusun berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi, kita membentuk dan menguji hipotesis- hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang ki- ta indera dan apa yang kita ketahui. Dengan demikian, persepsi adalah sebuah efek kombinasi dari informasi yang diterima sistem sensorik dan pengalaman dan pengetahuan yang kita pelajari tentang dunia, yang kita dapatkan dari pengalaman.

  • Persepsi Langsung
    Teori persepsi langsung menyatakan bahwa informasi dalam stimuli adalah elemen penting dalam persepsi dan bahwa pembelajaran dan kognisi tidaklah penting dalam persepsi karena lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi (Solso et. al., 2007). James Gibson dan James Cutting menyatakan bahwa persepsi langsung mengasumsikan bahwa keanekaragaman lapisan-lapisan optik sama kayanya dengan keanekaragaman dalam dunia ini. Para psikolologis yang berorientasi ekologis mendukung pernyataan ini menyatakan bahwa stimulus itu sendiri telah memiliki informasi yang cukup untuk menghasilkan persepsi yang tepat dan tidak memerlukan adanya representasi internal.

Jenis-jenis Persepsi


Menurut Irwanto, setelah individu melakukan interaksi dengan obyek-obyek yang dipersepsikan maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi dua yaitu:

  • Persepsi positif. Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang diteruskan dengan upaya pemanfaatannya.

  • Persepsi negatif. Persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang tidak selaras dengan obyek yang dipersepsi.

Umumnya istilah persepsi digunakan dalam bidang psikologi. Secara terminology pengertian persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan. Sedangkan dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada di lingkungannya.

Menurut Asrori pengertian persepsi adalah “proses individu dalam menginterprestasikan, mengorganisasikan dan memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan di mana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman.” Dalam pengertianpersepsi tersebut terdapat dua unsur penting yakni interprestasi dan pengorganisasian.

Persepsi merupakan suatu proses yang dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Persepsi seseorang timbul sejak kecil melalui interaksi dengan manusia lain. Sejalan dengan hal itu, Rahmat Jallaludin mendefiniskan pengertian persepsi sebagai: “pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Kesamaan pendapat ini terlihat dari makna menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang memiliki keterkaitan dengan proses untuk memberi arti.

Menurut Slameto pengertian persepsi adalah proses yang berkaitan dengan masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono , pengertian Persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain: kemampuan untuk membedakan, kema mpuan untuk mengelompokan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang bersangkutan.

Menurut Irwanto pengertian persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Reaksi seseorang terhadap suatu objek dapat diwujudkan dalam bentuk sikap atau tingkah laku seseorang tentang apa yang dipersepsikan.

Menurut Robbins pengertian persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian dianalisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna. Sedangkan menurut Thoha , pengertian persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Eysenck dalam Asrori menyatakan bahwa persepsi sesungguhnya memerlukan proses belajar dan pengalaman. Hasil proses belajar dan interaksi seseorang akan memberikan pengalaman bagi dirinya untuk dapat membandingkan keadaan yang dihadapi.

Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Walgito ada tiga syarat terjadinya persepsi yaitu :

  1. Adanya objek yang dipersepsi.

  2. Adanya alat indra atau reseptor.

  3. Adanya perhatian.

Proses Terbentuknya Persepsi

Persepsi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Walgito (1989:54) menyatakan bahwa terbentuknya persepsi melalui suatu proses, dimana secara alur proses persepsi dapat dikemukakan sebagai berikut: berawal dari objek yang menimbulkan rangsangan dan rangsangan tesebut mengenai alat indra atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Kemudian rangsangan yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak.

Proses ini dinamakan proses fisiologis. Selanjutnya terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu rangsangan yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak/pusat kesadaran itulah dinamakan dengan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indra (reseptor).

Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama berikut:

  1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

  2. Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagoriaan informasi yang kompleks menjadi sarjana.

  3. Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai rekasi (Depdikbud, 1985), dalam Soelaeman, 1987). Jadi, prosespersepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.