Apa yang dimaksud dengan Persepsi Sosial dalam Berkomunikasi?

Menurut Tubbs & Moos menjelaskan bahwa definisi Persepsi adalah suatu proses aktif, ketika seseorang memperhatikan, mengorganisasikan dan menafsirkan semua pengamalannya secara selektif.

Selanjutnya akan dibutuhkan pemahaman tentang Presepsi sosial dalam berkomunikasi.

Persepsi sosial berarti proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami dalam lingkungan sehari-hari yang sangat dipengaruhi oleh kondisi emosional manusia.

Adapun prinsip penting persepsi sosial sebagai berikut:

  • Persepsi berdasarkan pengalaman, pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka tentang realitas sosial yang telah dipelajari. Persepsi ini berdasarkan pengalaman masa lalu. Peran budaya dalam konteks ini juga berkaitan. Misalnya, 1 minggu setelah hari raya umumnya umat muslim Indonesia merayakan hari rayo katupek (dalam Bahasa Minang) sehingga ketika di Jawa pun melakukan hal yang sama.

  • Persepsi bersifat evaluatif, pada dasarnya persepsi manusia bersifat pribadi dan subjektif. Andrea L. Rich menyatakan bahwa Persepsi pada dasarnya mewakili keadaan fisik dan psikologi individu alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi.

  • Persepsi bersifat dugaan, memungkinkan dapat menafsirkan suatu objek dengan memperoleh makna/informasi yang lengkap dari sudut pandang manapun, karena banyaknya informasi lengkap yang diinginkan namun tidak ada ketersediaannya sehingga persepsi ini membutuhkan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak secara menyeluruh melalui penginderaan manusia.

  • Persepsi bersifat selektif, ragam kejadian/obyek yang ada disekitar manusia, namun memiliki atensi untuk menentukan selektivitas pada kejadian yang diterima. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi persepsi ini yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup faktor biologis, fisiologis, dan sosial-budaya. Sedangkan faktor eksternal mencakup gerakan, intensitas, kontras, kebaruan, dan perulangan.

  • Persepsi bersifat kontekstual memiliki 2 prinsip persepsi. Pertama, struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kedekatan dan kelengkapan. Kedua, manusia cenderung mempersepsi suatu kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakang.

Persepsi sosial juga melibatkan 4 tahap dari pengolahan informasi. Diantaranya perhatian/pemahaman selektif, pengkodean dan penyederhanaan, penyimpanan dan retensi menggambarkan bagaimana informasi spesifik diamati dan disimpan dalam memori, serta tahap terakhir tindak lanjutan dan tanggapan yang melibatkan representasi perubahan yang terjadi kedalam penilaian dan keputusan secara rill. Dalam hal ini dapat digambarkan melalui gambar dibawah ini.

Persepsi Berkomunikasi

  • Stage 1: Selective attention/comprehension. Persepsi manusia seringkali secara terus-menerus dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, karena mereka tidak memiliki kemampuan mental dalam memahami semua informasi yang ada. Sehingga mereka akan dituntut secara selektif untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan lingkungannya.

  • Stage 2: Encoding and simplification. Menerapkan tahapan ini bertujuan untuk menafsirkan dan mengevaluasi kejadian disekitar lingkungan kita, proses ini dapat menghasilkan interpretasi yang berbeda dari berbagai sudut pandang manapun.

  • Stage 3: Storage and retention, tahapan ini mencakup pada penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang

  • Stage 4: Retrieval and response, penilaian dan keputusan utama yang diambil didasarkan pada sekumpulan proses mengidentifikasi, menafsirkan, dan mengintegrasikan informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang untuk dipergunakan dalam mengambil keputusan yang lebih efektif.

Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial, serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain (Sarwono dan Meinarno, 2009).

Empat aspek dalam persepsi sosial adalah :

  1. Komunikasi nonverbal
  2. Atribusi
  3. Karakateristik pembentukan kesan
  4. Mengelola kesan atau presentasi

Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957 (dalam Walgito, 1991) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.

Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi.

Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Disini persepsi tokoh masyarakat sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar dalam menafsirkan suatu kejadian yang sudah terlihat oleh panca indera dengan tindakan yang sesuai dengan nilai agama dan hukum moral yang ada.

Menurut Leavitt (dalam Sobur, 2003), persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Menurut De Vito (dalam Sobur, 2003), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita. Yusuf (dalam Sobur, 2003) menyebutkan persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Gulo (dalam Sobur, 2003) mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

Menurut Desiderato (dalam Rakhmat, 1994) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli).

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka (Robbins, 2001).

Persepsi pada intinya merupakan suatu interpretasi dari hasil panca indera dalam suatu objek walaupun hasilnya berbeda dan dalam keadaan sadar. Di sini objek yang dimaksud adalah remaja hamil diluar nikah, sehingga persepsi tokoh masyarakat yang sesuai dalam masalah ini sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat sekitar untuk memahami bagaimana hukum pernikahan tersebut serta apa tanggapan langsung dari tokoh masyarakat yang secara spontan dilakukan sesuai dengan hukum agama Islam dan kebudayaan timur sebagai bentuk sanksi moral.

Persepsi dalam Konteks Komunikasi

Persepsi itu terjadi melalui proses atau tahapan tertentu, seperti dikemukakan oleh Rakhmat (2003: 520), bahwa obyek yang menyentuh alat indera sehingga menimbulkan stimuli. Oleh alat penerima atau alat indera, stimuli ini akan diubah menjadi energi syaraf untuk disampaikan ke otak. Stimuli akan diproses, sehingga individu dapat memahami dan menafsirkan pesan atau obyek yang telah diterimanya maka pada tahap ini terjadi persepsi.

Menurut Jalaluddin Rakhmat (2003: 54), proses terbentuknya persepsi adalah sebagai berikut:

a. Stimulus atau Situasi yang Hadir

Awal mula terjadinya persepsi ketika seseorang dihadapkan pada stimulus atau situasi. Stimulus atau situasi tersebut biasa berupa stimulus penginderaan dekat dan langsung atau berupa lingkungan sosiokultural dan fisik yang menyeluruh dari stimulus tersebut.

b. Regristasi

Regristasi disini merupakan sesuatu gejala yang nampak yaitu mekanisme fisik yang untuk mendengar dan melihat sesuatu informasi maka mualailah orang tersebut mendaftar, mencerna dan menyerap semua informasi.

c. Interpretasi

Tahap selanjutnya setelah informasi tersebut terserap, kemudian proses terakhirnya adalah penafsiran terhadap inforamsi tersebut. Interpretasi ini merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat penting karena proses tergantung pada cara pendalaman, motivasi dan kepribadian seseorang berbeda dengan orang lain sehingga interpretasi seseorang terhadap suatu informasi atau stimulus akan berbeda dengan orang lain.

d. Umpan Balik

Merupakan suatu proses yang terakhir, dimana setelah seseorang menafsirkan informasi tersebut, akan muncul reaksi yang baik atau mendukung, cukup baik dan tidak baik atau menolak maka akan muncul reaksi memberikan, apabila jawabannya bersifat menerima maka reaksi yang muncul akan berbentuk positif pula.

Dalam konteks komunikasi, persepsi sebagai suatu proses seorang individu memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambar yang bermakna tentang dunia. Persepsi merupakan proses pengamatan atau pengetahuan mengenai suatu obyek atau kejadian tertentu dengan menggunakan alat-alat indera tertentu sebagai perantaranya.

Proses terbentuknya persepsi menurut Joseph A. DeVitto (1997: 75-76), timbulnya suatu persepsi dapat terjadi melalui tiga tahapan yang saling terkait, saling mempengaruhi, bersifat kontinyu, campur baur dan tumpang tindih antara satu dengan yang lain.

Ketiga tahapan dalam proses persepsi adalah sebagai berikut:

a. Stimulasi pada alat indra (sensory stimulation)

Pada tahap ini, alat-alat indra distimulasi atau dirangsang akan keberadaan sesuatu hal, akan tetapi meskipun manusia memiliki kemampuan pengindraan untuk merasakan Stimulus, manusia tidak selalu menggunakannya, sebagai contoh pada saat seseorang melamun.

b. Stimulasi terhadap alat indra diatur.

Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip, salah satu prinsip yang digunakan adalah prinsip Proximitas atau kemiripan. Sebagai contoh kita mempersepsikan pesan yang datang segera setelah pesan yang lain sebagai satu unit dan menanggap bahwa keduanya tentu saling berkaitan. Prinsip lainnya adalah prinsip kelengkapan (closure). Manusia cenderung mempersepsikan gambar atau pesan yang dalam kenyataannya tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap, dengan melengkapi bagian-bagian gambar atau pesan yang tampaknya logis untuk melengkapi gambar ataupun pesan tersebut.

c. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi

Langkah ketiga adalah penafsiran-evaluasi kedua istilah tersebut digabungkan guna menegaskan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi dari pihak penerima. Penafsiran tersebut tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat tersebut dan lain sebagainya.

Referensi

http://digilib.unila.ac.id/8570/20/BAB%20II.pdf