Persalinan adalah akhir dari kehamilan dan dimulainya bayi baru lahir untuk memulai kehidupan di luar rahim. Persalinan merupakan proses yang dimulai dengan keluarnya janin/ hasil konsepsi yang dapat hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Terzidou, 2009, Wiknjosastro, 2002).
Proses ini terjadi karena adanya koordinasi antara factor maternal dan janin. Sedangkan menurut Perry et all (2010) persalinan merupakan proses keluarnya janin, plasenta, dan membrane dari uterus melalui jalan lahir.
Terdapat 5 faktor (5 P) yang mempengaruhi terjadinya proses persalinan. Faktor tersebut antara lain passenger (janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), power (kontraksi), position, psychologic response (Perry, et all, 2010).
Fisiologi persalinan
Ladewig, et all (2002), menyatakan bahwa proses persalinan biasanya diawali antara usia kehamilan 38 sampai 42 minggu, ketika janin sudah matur dan siap untuk dilahirkan. Sampai saat ini, faktor pencetus terjadinya persalinan belum diketahui. Namun, beberapa aspek penting telah diidentifikasi antara lain progesterone merelaksasikan jaringan otot polos, estrogen menstimulasi kontraksi otot uterus, dan jaringan ikat mengendur untuk memungkinkan terjadinya pelunakan, penipisan, dan pembukaan servix.
Awitan persalinan biasanya terjadi ketika janin telah cukup matang untuk menghadapi kondisi extrauteri tidak cukup besar untuk menyebabkan masalah mekanis dalam persalinan. Reeder, Martin, & Koniak-Griffin (1997) menyatakan bahwa ada beberapa teori yang kemungkinan menjelaskan terjadinya awitan persalinan. Teori estrogen dan progesterone, teori oksitosin, teori control endokrin janin, dan teori prostaglandin.
Perubahan- perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya persalinan, antara lain penurunan kadar estrogen dan progesterone.
Progesterone berfungsi sebagai penenang atau relaksan bagi otot- otot uterus. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm meningkat, terutama saat persalinan berlangsung. Seiring dengan usia kehamilan, plasenta pun ikut menua.
Vili korialis mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun (Wiknjosastro, 2002). Oksitosin menstimulasi kontraksi uterus dengan bekrja langsung pada otot uterus, dan secara tidak langsung meningkatkan produksi prostaglandin di dalam desidua (Littleton & Engebretson, 2002).
Sedangkan kortikosteroid disekresi oleh kelenjar adrenal janin yang menstimulasi pelepasan prekusor prostaglandin oleh steroid janin dan menghasilkan kontraksi persalinan pada uterus (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 1997).
Persalinan dikatakan normal jika usia kehamilan ibu aterm dan tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin, dengan presentasi puncak kepala, dan persalinan selesai dalam 24 jam (Perry, et all, 2010).
Proses persalinan normal yang berlangsung sangat konstan terdiri dari kontraksi uterus yang teratur, peninipisan dan dilatasi servix yang progresif, dan kemajuan penurunan bagian presentasi (Perry, et all, 2010).
Persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu kala satu, kala dua, kala tiga, kala empat.
-
Kala satu terbagi dalam tiga bagian yaitu fase laten, fase aktif, dan fase transisi. Selama fase laten, periode dari kontraksi pertama persalinan sejati sampai dengan awal persalinan akhir dengan durasi bervarasi sesuai dengan fase dan paritas, sekitar 8,6 jam untuk nulipara, dan 5,3 jam pada multipara (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 1997).
Selama fase aktif dan transisi, dilatasi servix dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat. Perry, et all (2010) menyatakan bahwa rata- rata durasi waktu kala satu berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam. Pada kehamilan berikutnya adalah 0,1 sampai 14,3 jam.
-
Kala dua persalinan berlangsung sejak dilatasi servix lengkap sampai janin lahir. Rata- rata kala dua berlangsung selama 15-30 menit bagi multipara dan 60 menit bagi nullipara.
-
Kala tiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Rata- rata durasi waktu pada kala tiga adalah 5 sampai 30 menit. Kala tiga terjadi karena adanya kontraksi yang kuat setelah bayi lahir.
-
Kala empat berlangsung empat jam setelah plasenta lahir. Masa ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik. Masa ini juga merupakan periode penting untuk memantau adanya komplikasi seperti perdarahan abnormal (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 1997).
Mekanisme Persalinan
Wiknjosastro (2002) menyatakan bahwa faktor penting yang berperan dalam persalinan adalah power (his dan kekuatan meneran ibu), passageway (jalan lahir), dan passenger (janin dan plasenta).
His adalah salah satu kekuatan yang dimiliki ibu yang dapat menyebabkan servix membuka dan mendorong janin ke bawah.
Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul (Wiknjosastro, 2002). Apabila bayi telah lahir, jalan nafas dibersihkan dan tali pusat dipotong. Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Hal ini disebut kala tiga (kala uri). Segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitude yang kira- kira sama tingginya, hanya saja frekuensinya berkurang. Akibat his ini, uterus akan mengecil sehingga perlekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, (1997).