Apa yang dimaksud dengan Persalinan?

Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

Apa yang dimaksud dengan Persalinan ?

Persalinan adalah akhir dari kehamilan dan dimulainya bayi baru lahir untuk memulai kehidupan di luar rahim. Persalinan merupakan proses yang dimulai dengan keluarnya janin/ hasil konsepsi yang dapat hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Terzidou, 2009, Wiknjosastro, 2002).

Proses ini terjadi karena adanya koordinasi antara factor maternal dan janin. Sedangkan menurut Perry et all (2010) persalinan merupakan proses keluarnya janin, plasenta, dan membrane dari uterus melalui jalan lahir.

Terdapat 5 faktor (5 P) yang mempengaruhi terjadinya proses persalinan. Faktor tersebut antara lain passenger (janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), power (kontraksi), position, psychologic response (Perry, et all, 2010).

Fisiologi persalinan

Ladewig, et all (2002), menyatakan bahwa proses persalinan biasanya diawali antara usia kehamilan 38 sampai 42 minggu, ketika janin sudah matur dan siap untuk dilahirkan. Sampai saat ini, faktor pencetus terjadinya persalinan belum diketahui. Namun, beberapa aspek penting telah diidentifikasi antara lain progesterone merelaksasikan jaringan otot polos, estrogen menstimulasi kontraksi otot uterus, dan jaringan ikat mengendur untuk memungkinkan terjadinya pelunakan, penipisan, dan pembukaan servix.

Awitan persalinan biasanya terjadi ketika janin telah cukup matang untuk menghadapi kondisi extrauteri tidak cukup besar untuk menyebabkan masalah mekanis dalam persalinan. Reeder, Martin, & Koniak-Griffin (1997) menyatakan bahwa ada beberapa teori yang kemungkinan menjelaskan terjadinya awitan persalinan. Teori estrogen dan progesterone, teori oksitosin, teori control endokrin janin, dan teori prostaglandin.

Perubahan- perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya persalinan, antara lain penurunan kadar estrogen dan progesterone.

Progesterone berfungsi sebagai penenang atau relaksan bagi otot- otot uterus. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm meningkat, terutama saat persalinan berlangsung. Seiring dengan usia kehamilan, plasenta pun ikut menua.

Vili korialis mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun (Wiknjosastro, 2002). Oksitosin menstimulasi kontraksi uterus dengan bekrja langsung pada otot uterus, dan secara tidak langsung meningkatkan produksi prostaglandin di dalam desidua (Littleton & Engebretson, 2002).

Sedangkan kortikosteroid disekresi oleh kelenjar adrenal janin yang menstimulasi pelepasan prekusor prostaglandin oleh steroid janin dan menghasilkan kontraksi persalinan pada uterus (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 1997).

Persalinan dikatakan normal jika usia kehamilan ibu aterm dan tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin, dengan presentasi puncak kepala, dan persalinan selesai dalam 24 jam (Perry, et all, 2010).

Proses persalinan normal yang berlangsung sangat konstan terdiri dari kontraksi uterus yang teratur, peninipisan dan dilatasi servix yang progresif, dan kemajuan penurunan bagian presentasi (Perry, et all, 2010).

Persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu kala satu, kala dua, kala tiga, kala empat.

  • Kala satu terbagi dalam tiga bagian yaitu fase laten, fase aktif, dan fase transisi. Selama fase laten, periode dari kontraksi pertama persalinan sejati sampai dengan awal persalinan akhir dengan durasi bervarasi sesuai dengan fase dan paritas, sekitar 8,6 jam untuk nulipara, dan 5,3 jam pada multipara (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 1997).

    Selama fase aktif dan transisi, dilatasi servix dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat. Perry, et all (2010) menyatakan bahwa rata- rata durasi waktu kala satu berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam. Pada kehamilan berikutnya adalah 0,1 sampai 14,3 jam.

  • Kala dua persalinan berlangsung sejak dilatasi servix lengkap sampai janin lahir. Rata- rata kala dua berlangsung selama 15-30 menit bagi multipara dan 60 menit bagi nullipara.

  • Kala tiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Rata- rata durasi waktu pada kala tiga adalah 5 sampai 30 menit. Kala tiga terjadi karena adanya kontraksi yang kuat setelah bayi lahir.

  • Kala empat berlangsung empat jam setelah plasenta lahir. Masa ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik. Masa ini juga merupakan periode penting untuk memantau adanya komplikasi seperti perdarahan abnormal (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 1997).

Mekanisme Persalinan

Wiknjosastro (2002) menyatakan bahwa faktor penting yang berperan dalam persalinan adalah power (his dan kekuatan meneran ibu), passageway (jalan lahir), dan passenger (janin dan plasenta).

His adalah salah satu kekuatan yang dimiliki ibu yang dapat menyebabkan servix membuka dan mendorong janin ke bawah.

Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul (Wiknjosastro, 2002). Apabila bayi telah lahir, jalan nafas dibersihkan dan tali pusat dipotong. Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Hal ini disebut kala tiga (kala uri). Segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitude yang kira- kira sama tingginya, hanya saja frekuensinya berkurang. Akibat his ini, uterus akan mengecil sehingga perlekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas (Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, (1997).

Persalinan


Menurut Wiknjosastro (1999), persalinan dikatakan normal bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan persalinan normal (eutosia), menurut Sumapraja (1993), adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm) pada letak memanjang dan presentasi belakang kepala disusul dengan pengeluaran placenta dan seluruh proses persalinan berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan dan tanpa komplikasi.

Persalinan secara normal terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan aterm (37 minggu-42 minggu). Pada proses persalinan ibu harus mampu mengeluarkan janin secara spontan dari rahim melalui jalan lahir tanpa membahayakan ibu dan janinnya. Pada masa persalinan dan kelahiran ini merupakan waktu yang mengandung resiko baik terhadap ibu maupun janin (Auvenshine & Enriquez,1990; Lowdermilk, Perry & Bobak, 2000; Pillitery, 2003).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Proses Persalinan


Menurut Wiknjosastro (1999), faktor mulainya persalinan disebabkan faktor hormonal, dengan adanya proses penurunan kadar progesteron dan estrogen dimulai 1-2 minggu sebelum persalinan; peningkatan prostaglandin pada minggu ke-15 sampai kehamilan aterm akan mengakibatkan struktur uterus, plasenta menjadi tua, villi korialis mengalami perubahan, sirkulasi uterus terganggu sehingga plasenta mengalami degenerasi menyebabkan kebutuhan nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi dikeluarkan. Adanya tekanan pada ganglion servikal dari pleksus frankenhouser terletak dibelakang serviks, maka terjadi peningkatkan kontraksi uterus.

Faktor hormonal yang juga mempengaruhi terjadinya proses persalinan adalah hormon progesteron yang dihasilkan oleh plasenta, oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari posterior dari ibu, juga oleh janin, estrogen, kortisol yang dihasilkan oleh bagian korteks adrenal janin, prostaglandin yang dihasilkan desidua uteri dan selaput janin (Auvenshine dan Enriqueq, 1990). Sedangkan menurut Gorne, Mc. Kinney dan Murray (1998), mengatakan faktor yang berperan dimulainya persalinan adalah adanya peningkatan produksi glukokortikoid dan androgen dari kelenjar janin sehingga menurunkan sekresi progesteron dan meningkatkan produki prostaglandin yang merangsang kontraksi uterus, perubahan rasio estrogen serta peregangan dari uterus dan serviks.

Faktor yang mempengaruhi kemajuan proses persalinan


Ada lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran menurut Lowdermilk, Bobak, 2000; Pilliteri,2003) antara lain :

  1. Passanger (penumpang) yaitu janin dan plasenta.

    Janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi dari ukuran kepala janin, presentasi letak, sikap dan posisi janin. Plasenta juga harus melalui jalan lahir normal plasenta implantasi pada bagian fundus uteri, maka pada persalinan normal jarang menghambat proses kelahiran.

  2. Passage (jalan lahir)

    Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yaitu bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus. Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan otot dasar panggul ikut menunjang proses kelahiran, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam persalinan dimana janin harus menyesuaikan terhadap jalan lahir yang relatif kaku.

  3. Power (kontraksi uterus)

    Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter disebut kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Kontraksi uterus volunter disebut kekuatan sekunder dimulai saat serviks berdilatasi untuk mendorong janin lahir.

  4. Posisi Ibu

    Perubahan posisi ibu saat persalinan untuk mengurangi keletihan, mengurangi nyeri dan meningkatkan sirkulasi posisi tegak (berdiri, berjalan, duduk, jongkok), membantu penurunan janin, kontraksi uterus lebih kuat dan efisien dalam pendataran dan pembukaan servik sehingga mempercepat kemajuan proses persalinan dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tegak mengurangi tekanan pembuluh darah maternal yaitu aorta desenden dan vena kava asenden dan mencegah kompresi pembuluh darah, bila ibu menginginkan posisi berbaring, sebaiknya dalam posisi miring untuk mencegah penekanan pada pembuluh darah aorta dan vena kava yang menurunkan perfusi plasenta.

  5. Psikologi Respons

    Pengalaman sebelumnya, kesiapan emosional, persiapan persalinan, suport sistem dan lingkungan berpengaruh terhadap proses persalinan. Bila ibu stres atau cemas akan merangsang catecolamin menghambat aktivitas uterus.

Tahapan proses Persalinan


Proses persalinan normal berlangsung konstan terdiri dari : kontraksi uterus yang semakin kuat, teratur dan frekuensi bertambah pendek sesuai dengan kemajuan persalinan; terdapat penipisan dan dilatasi serviks yang progresif serta kemajuan penurunan bagian presentasi janin (Bobak, 2005).

Proses persalinan dibagi menjadi empat kala (Cuningham, 1995; Wiknjosastro, 1999; Bobak, 2005). Kala I persalinan dimulai dari kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Pada kala I persalinan dibagi dalam tiga bagian; yaitu fase laten, fase aktif dan fase transisi. Selama fase laten, pembukaan serviks menjadi sangat lambat. Selama fase aktif dan fase transisi, dilatasi servik dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat. Kala II persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir. Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir dan kala IV persalinan merupakan kala pengawasan ibu berlangsung selama 2 jam setelah plasenta lahir.

Menurut Winkjosastro (1999) pada persalinan kala I primipara berlangsung kira- kira 14 jam dan multipara kira-kira 7 jam. Proses membukanya serviks akibat kontraksi uterus dibagi dua :

  1. Fase laten berlangsung selama 8 jam. Pembukaan servik lambat sampai mencapai diameter 3 cm.

  2. Fase aktif dibagi 3, yaitu :

    • Fase akselerasi, pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm selama 2 jam
    • Fase dilatasi maksimal, pembukaan sangat cepat 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam
    • Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat kembali dari 9 cm menjadi lengkap selama 2 jam.

Pada primipara kala I persalinan berlangsung 20 jam, multipara 14 jam dan kala II persalinan primipara 2 jam, multipara 1,5 jam. Tahap kedua persalinan berlangsung dari pembukaan lengkap sampai janin lahir. Tanda klinis kala II persalinan : Kontraksi uterus kuat teratur dan sering dalam 10 menit terjadi 4-5 kali his yang lamanya 50-60 detik, nyeri semakin hebat, ibu ingin mengejan, lendir darah bertambah banyak, selaput ketuban pecah, terjadi hemoroid fisiologis. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Kelahiran plasenta 6 menit sampai 15 menit setelah janin lahir. Tahap keempat persalinan berlangsung 2 jam setelah plasenta lahir, pada tahap ini dilakukan observasi untuk mencegah komplikasi persalinan (Bobak, 2005).

Selama ibu memasuki proses persalinan pada kala I fase aktif dilakukan pengawasan dengan partograf. Untuk mengevaluasi kemajuan persalinan, WHO merekomendasikan melakukan periksa dalam setiap 4 jam dengan pertimbangan bahwa tenggang waktu 4 jam antara melambatnya persalinan dan diambilnya tindakan tidak akan membahayakan janin, maupun ibunya disamping itu juga untuk menghindari dari tindakan yang tidak perlu. Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama kala I persalinan fase aktif persalinan yang bertujuan untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, juga untuk mendeteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Kemajuan persalinan, di observasi dari pembukaan serviks dan penurunan bagian terbawah janin (Sumapraja, 1993; Asmuyeni, 2003).

Persalinan


Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 -42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2005). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2002). Beberapa istilah yang dipakai adalah :

  1. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil
  2. Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali hamil
  3. Multigravida adalah wanita yang sudah berkali-kali hamil
  4. Nulipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat hidup di dunia luar (viable)
  5. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
  6. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan satu kali
  7. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan beberapa kali bayi
  8. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 6 kali atau lebih.
  9. Paritas adalah jumlah kelahiran bayi yang lalu yang dapat hidup di dunia luar
  10. Parturient adalah seorang wanita yang sedang dalam persalinan atau dalam inpartu
  11. Peurpura adalah seorang wanita yang baru saja selesai melahirkan bayi.
  12. Abortus adalah pengeluaran kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar.

Tanda-tanda permulaan persalinan


Tanda-tanda permulaan persalinan sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa minggu sebelumnya, wanita memasuki “bulan-nya” atau “minggu-nya” atau hari-nya. Yang disebut kala pendahuluan. Kala pendahuluan memberikan tanda-tanda sebagai berikut (Mochtar, 2011) :

  1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara, hal tersebut tidak begitu jelas.
  2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
  3. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian bawah janin.
  4. Perasaan nyeri di perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut ”false labor pains”.
  5. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).

Tanda-tanda Inpartu

  1. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
  2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada pada serviks.
  3. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya
  4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

Tahap Persalinan


Menurut Sarwono (2005), persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

  1. Kala I (kala pembukaan)

    Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
    Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu :

    • Fase laten
      Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.

    • Fase aktif
      Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3 -4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan.
      Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :

      • Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
      • Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
      • Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2005).

    Pada kala I tugas penolong adalah mengawasi dan menanamkan semangat kepada ibu bahwa proses persalinan adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong. Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan- jalan. Jika berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring. Periksa dalam pervaginam dilarang, kecuali ada indiksi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi, apalagi jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang mengedan karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.

  2. Kala II (kala pengeluaran janin)

    Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II adalah Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya, perineum terlihat menonjol , vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir darah.

    Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot -otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2002). Pada permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk P.A.P ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbulla his mengedan. Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan. Ada 2 cara ibu mengedan :

    • Posisi berbaring sambil merangkul merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada. Mulut dikatup.

    • Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah terdapatnya punggung janin dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas. Apabila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai terbuka (membuka pintu), rambut kepala kelihatan. Setiap kali his, kepala lebih maju, anus terbuka, perinium meregang. Penolong harus menahan perinium dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril supaya tidak terjadi robekan (ruptur perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan episiotomi.

    Episiotomi dilakukan jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk lagi ke dalam vagina, yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perinium. Ada 3 arah irisan, yaitu medialis, mediolateralis dan lateralis. Tujuan episiotomi adalah supaya tidak terjadi robekan perinium yang tidak teratur dan robekan pada m. spinchter ani yang jika tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinensia alvi. Selanjutnya yaitu Ekspresi Kristeller dengan mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan, tujuanya membantu tenaga ibu untuk melahirkan kepala (jarang digunakan karena dapat menyebabkan ruptur uteri, atonia uteri, trauma organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta.

    Ketika perinium meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perinium. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan, dicoba mengait dagu janin untuk di dorong pelan- pelan ke arah simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil (suboksiput) di bawah simfisis sebagai hipomoklion, kemudian secara berturut-turut tampaklah bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu. Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan mengadakan putaran ke salah satu paha ibu. Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu belakang dengan menarik pelan- pelan ke arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah, yaitu dengan mengait kedua ketiak janin.

    Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menangis, menggerakkan kaki dan tanganya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, kira-kira membuat sudut 30 derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan, dan lendir diisap dengan pengisap lendir, tali pusat di klem pada 2 tempat: 5 dan 10 cm dari umbilikus, lalu digunting diantaranya. Ujung tali pusat pada bayi diikat dengan pita atau benang atau klem plastik sehingga tidak ada pendarahan. Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu: kontraksi atau palpasi rahim, kandung kemih penuh atau tidak. Kalau penuh, kandung kemih harus dikosongkan sebab dapat menghalangi kontraksi rahim dan menyulitkan kelahiran uri.

  3. Kala III (pengeluaran plasenta)

    Menurut Depkes RI (2002), tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal berikut ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba. Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 -30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2002).

    Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin dengan segera, pengendalian tarikan pada tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir juga dalam waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi, periksa adanya tanda pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit (intramuskular) dosis ketiga, dan periksa si ibu dengan seksama dan jahit semua robekan pada serviks dan vagina kemudian perbaiki episiotomi (Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008).

  4. Kala IV

    Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Periksa fundus uteri setiap 15 menit pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua. Selain itu perawat juga menganjurkan untuk minum agar mencegah dehidrasi. Higene juga perlu diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena menyusui dapat membantu uterus berkontraksi. (Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008).

Proses Terjadinya Persalinan


Menurut Mochtar (2011) sebab-sebab yang menimbulkan persalinan adalah :

  1. Teori penurunan hormon
    Pada saat 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.

  2. Teori plasenta menjadi tua
    Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim.

  3. Teori iritasi mekanik
    Di belakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus Frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

  4. Teori distensi rahim
    Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

  5. Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbulkan dengan :

    • Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis serviks dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser.
    • Amniotomi: pemecahan ketuban.
    • Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan per infus.

Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Manuaba (2007), faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu :

  1. Power
    His (kontraksi ritmis otot polos uterus) adalah kekuatan mengejan ibu keadaan kardiovaskuler respirasi metabolik ibu. Kontraksi uterus berirama teratur dan involunter serta mengikuti pola yang berulang. Setiap kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu: increment (ketika intensitasnya terbentuk), acme (puncak atau maksimum), decement (ketika relaksasi).
    Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan pengikatan kalsium pada Retikulum Endoplasma (RE) yang bergantung pada Adeno Triphospat (ATP) dan sebaliknya E2 dan F2 mencegah penimbunan dan peningkatan oleh ATP pada RE, RE membebaskan kalsium ke dalam intra selular dan menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah miofibril berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE sehingga kadar kalsium intraselular akan berkurang dan menyebabkan relaksasi miofibril.

    Peregangan serviks oleh kepala janin akhirnya menjadi cukup kuat untuk menimbulkan daya kontraksi korpus uteri dan akan mendorong janin maju sampai janin dikeluarkan. Ini sebagai umpan balik positif, kepala bayi meregang serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus. Kontraksi uterus bersifat otonom artinya tidak dapat dikendalikan oleh parturien, sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis hanya bersifat koordinatif (Wiknjosastro, 2002).

    • Kekuatan his kala I bersifat :

      • Kontraksi bersifat simetris.
      • Fundus dominan.
      • Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien.
      • Kekuatan makin besar dan pada kala pengeluaran diikuti dengan reflek mengejan.
      • Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.
      • Setiap kontraksi mulai dari “pace maker” yang terletak sekitar insersi tuba dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri dengan kecepatan 2 cm per detik.
    • Kekuatan his kala II
      Kekuatan his pada akhir kala pertama atau permulaan kala dua mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3 -4 menit, durasi berkisar 60-90 detik. Kekuatan his menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala atau bagian terendah menekan serviks di mana terdapat fleksus frikenhauser sehingga terjadi reflek mengejan. Kekuatan his dan reflek mengejan mengakibatkan ekspulsi kepala sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, muka, kepala seluruhnya.

    • Kekuatan his kala III
      Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi untuk melepaskan plasenta dari insersinya.

  • Kekuatan his kala IV
    Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kua t dengan amplitudo sekitar 60-80 mmHg. Kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum (Wiknjosastro, 2002).
  1. Passage

    Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau sectio sesaria. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil dari pada standar normal, sehingga biasa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam.

    Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat -alat urogenital juga sangat berperan pada persalinan.

  2. Passanger

    Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian -bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.

  3. Respon psikologi

    Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar- benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga biasa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti“ sekarang menjadi hal yang nyata. Psikologis meliputi: melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

  4. Penolong

    Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan. Dikemukiakan 2 teori untuk menjelaskan mengapa lebih banyak letak kepala dibandingkan letak lainnya, yaitu :

    • Teori akomodasi: bentuk rhim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang besar volumenya untuk berada di atas, sedangkan kepala berada di bawah menempati ruangan yang lebih sempit.
    • Teori gravitasi: karena relatif besar dan berat, kepala akan turun ke bawah.

    Karena his yang kuat, teratur dan sering kepala janin turun memasuki pintu atas panggul (engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal) sehingga lingkar kepala memasuki panggul dengan ukuran yang kecil, yaitu Diameter suboksipito- bregmatika = 9,5 cm, dan Sirkumferensia suboksipito-bregmatika = 32 cm. Tahapan mekanisme turunnya kepala janin menurut Mochtar (2011) antara lain :

    1. Kepala terfiksasi pada PAP (engagement)
    2. Turun (descent)
    3. Fleksi
    4. Fleksi maksila
    5. Putar paksi dalam di dasar panggul
    6. Ekstensi: terjadi moulage kepala janin, ekstensi, hipomoklion: uuk di bawah simfisis
    7. Ekspulsi kepala janin: berturut-turut lahir uub, dahi, muka dan dagu
    8. Rotasi eksternal: putar paksi luar (restitusi)
    9. Ekspulsi total: cara melahirkan bahu depan, bahu belakang, seluruh badan dan ekstremitas
1 Like

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2008).

Menurut Yanti (2009) proses berlangsungnya persalinan dibedakan menjadi 3 yaitu :

  • Persalinan spontan

    Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.

  • Persalinan buatan

    Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forcep, atau dilakukan operasi SC.

  • Persalinan anjuran

    Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostlagandin.

Faktor Persalinan

Menurut Manuaba (2010) fakor-faktor penting dalam persalinan :

  • Power

    1. His (kontraksi otot rahim)

    2. Kontraksi otot dinding perut

    3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

    4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum

  • Passanger

    Janin dan plasenta.

  • Passage

    Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang.

  • Psikologi ibu

    Dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh pada kelancaran proses persalinan. Sebagai contoh Pasien bersalin yang didampingi oleh suami dan keluarga yang dicintainya akan mengalami proses persalinan yang lebih lancar jika dibandingkan dengan pasien yang tidak didamping oleh suami dan keluaranya (Asrinah, 2010).

  • Penolong

    Kompetensi dan pengetahuan seorang bidan sangat bermanfaat dalam proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal. Selain itu diharapkan tidak terjadi malpraktek dalam memberikan asuhan (Asrinah, 2010).

Tanda Persalinan

Menurut Marmi (2012) tanda-tanda inpartu sebagai berikut :

  • Terjadinya His

    His adalah kontraksi yang menimbulkan rasa nyeri pada bagian perut serta menimbulkan pembukaan serviks dan dapat diraba.
    His persalinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

    1. Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan

    2. Sifat his teratur, interal semakin pendek dan kekuatan semakin besar

    3. Terjadi perubahan pada serviks

    4. Jika pasien menambah aktivitasnya, maka kekuatan hisnya akan bertambah

  • Keluarnya lendir bercampur darah

    Pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka sedangkan keluarnya lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir dari kanalis servikalis.

  • Kadang ketuban pecah dengan sendirinya

    Jika ketuban telah pecah, diharapkan persalinandapat berlangsung dalam waktu 24 jam, namun apabila tidak tercapai maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu seperti ekstraksi vakum, atau SC

Pembagian Persalinan

Persalinan dibagi dalam 4 kala menurut Saifuddin (2008) yaitu :

  • Kala I

    Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam), servik membuka sampai 3 cm, dan fase aktif (7 jam) servik membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif.

  • Kala II

    Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.

  • Kala III

    Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit

  • Kala IV

    Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

Tujuan Asuhan Persalinan

Adalah memfasilitasi proses persalinan agar berjalan dengan normal sehingga menghasilkan ibu dan bayi yang sehat dan selamat (Marmi, 2009).

Kegiatan Asuhan Persalinan

Menurut Prawirohardjo (2009) kegiatan yang tercakup dalam asuhan persalinan adalah sebagai berikut :

  • Secara konsisten dan sistemik menggunakan praktik pencegahan infeksi.

  • Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk penggunaan partograf.

  • Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pasca persalinan dan nifas.

  • Menyiapkan rujukan bagi setiap ibu bersalin atau melahirkan bayi.

  • Menghindari tindakan berlebihan atau berbahaya seperti episiotomi rutin, amniotomi, kateterisasi, dan penghisapan lendir secara rutin.

  • Memberikan asuhan bayi baru lahir.

  • Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir.

  • Mengajarkan kepada ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas dan pada bayi baru lahir.

  • Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Penanganan Kegawatdaruratan

Menurut Prawirohardjo (2009) Kasus Gawatdarurat Obstetri ialah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinnya.

  • Kasus perdarahan, dapat bermanifestasi mulai dari perdarahan berwujud bercak, merembes, profus, sampai syok.

  • Kasus infeksi dan sepsis, dapat bermanifestasi mulai dari pengeluaran cairan pervaginam yang berbau, air ketuban hijau, demam, sampai syok.

  • Kasus hipertensi dan preeklamsi/eklamsi, dapat bermanifestasi mulai dari keluhan sakit/pusing kepala, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai koma, pingsan/ tidak sadar.

  • Kasus persalinan macet, lebih mudah dikenali yaitu apabila kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu yang normal, tetapi kasus persalinan macet ini dapat merupakan manifestasi ruptura uteri.

  • Kasus gawat darurat yang lain, bermanifestasi klinik sesuai dengan penyebabnya.