Apa yang dimaksud dengan perilaku sosial ?

Perilaku sosial

Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan social.

Apa yang dimaksud dengan perilaku sosial ?

Perilaku merupakan bentuk tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap dan ucapan. Menurut Andi Mappiare (1982), semua manusia dalam bertingkah laku pada dasarnya dimotivasi oleh kebutuhan yang saling berkaitan satu sama lain sebagai perwujudan dari adanya tuntutantuntutan dalam hidup bersam kelompok sosial sekitar, Kebutuhan yang dimaksud adalah :

  • Kebutuhan untuk diterima oleh kelompok atau orang lain.
  • Kebutuhan untuk menghindari dari penolakan orang lain.

Beberapa asumsi fundamental terkait dengan teori tindakan (action theory) yang dikemukakan oleh Hinkle untuk menjelaskan tindakan atau perilaku manusia antara lain :

  1. Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.

  2. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuantujuan tertentu.

  3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara teknik prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

  4. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang sedang terjadi dan yang akan dilakukan.

  5. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada saat pengambilan keputusan.

Perilaku Sosial


Perilaku sosial menunjukkan kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat. Perilaku sosial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat, yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang dianggap dapat diterima atau tidak dapat diterima oleh kelompok sebaya seseorang.

Perilaku tersebut ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial. (Hurlock, 2003)

Perilaku secara bahasa berarti cara berbuat atau menjalankan sesuatu sesuai dengan sifat yang layak bagi manusia. Secara sosial berarti segala sesuatu mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Sedangkan secara istilah diartkan sebagai berikut ini: Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi kebutuhan diri atau orang lainyang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 2003).

Perilaku juga sering disebut dengan akhlak atau moral.

Moral ialah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggungjawab atas kelakuan atau tindakan tersebut (Drajat, 2005).

Terkait dengan perlaku sosial, Parsons menyusun skema unit-unit dasar dari tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut :

  1. Adanya individu selaku aktor.

  2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

  3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat, serta teknik untuk mencapai tujuan.

  4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakan dalam mencapai tujuan.

  5. Aktor berbeda dibawah kendali nilai-nilai, norma dan berbagai nilai abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan tujuan. Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkan dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan, tetapi putusan akhir ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai voluntarisme

Voluntarisme merupakan kemampuan melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya.

Weber maupun Parsons menempatkan individu sebagai mahluk yang kreatif, dalam bertindak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian menurut Veeger individualitas manusia menampakkan diri dari dalam tindakannya yang sadar dan sengaja. Sebagai individu ia bebas, mampu menentukan apa yang harus dilakukan. Kepentingan aktor untuk mengejar tujuan merupakan faktor yang penting dalam perilaku politik.

Pengertian Perilaku Sosial


Hurlock (2003:261) berpendapat bahwa perilaku sosial menunjukkan kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat. Lebih lanjut lagi, perilaku sosial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat, yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang dianggap dapat diterima atau tidak dapat diterima oleh kelompok sebaya seseorang.

Perilaku tersebut ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial. (Hurlock, 2003)

Perilaku secara bahasa berarti cara berbuat atau menjalankan sesuatu sesuai dengan sifat yang layak bagi manusia. Secara sosial berarti segala sesuatu mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Sedangkan secara istilah diartkan sebagai berikut ini: Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi kebutuhan diri atau orang lainyang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 2003).

Perilaku juga sering disebut dengan akhlak atau moral. Moral ialah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggungjawab atas kelakuan atau tindakan tersebut (Drajat, 2005).

Macam-macam Perilaku Sosial


Macam perilaku sosial menurut Sarlito (Sarwono Sarlito, 2009) dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Perilaku sosial ( social behavior )

Yang dimaksud perilaku sosial adalah perilaku ini tumbuh dari orang-orang yang ada pada masa kecilnya mendapatkan cukup kepuasan akan kebutuhan inklusinya. Ia tidak mempunyai masalah dalam hubungan antar pribadi mereka bersama orang lain pada situasi dan kondisinya. Ia bisa sangat berpartisipasi, tetapi bisa juga tidak ikut-ikutan, ia bisa melibatkan diri pada orang lain,

bisa juga tidak, secara tidak disadari ia merasa dirinya berharga dan bahwa orang lain pun mengerti akan hal itu tanpa ia menonjolkan-nonjolkan diri. Dengan sendirinya orang lain akan melibatkan dia dalam aktifitas-aktifitas mereka.

Perilaku yang kurang sosial ( under social behavior )

Timbul jika kebutuhan akan inklusi kurang terpenuhi, misalnya: sering tidak diacuhkan oleh keluarga semasa kecilnya. Kecenderungannya orang ini akan menghindari hubungan orang lain, tidak mau ikut dalam kelompok-kelompok, menjaga jarak antara dirinya dengan orang lain, tidak mau tahu, acuh tak acuh.

Pendek kata, ada kecenderungan introvert dan menarik diri. Bentuk tingkah laku yang lebih ringan adalah: terlambat dalam pertemuan atau tidak datang sama sekali, atau tertidur di ruang diskusi dan sebagainya. Kecemasan yang ada dalam ketidak sadarannya adalah bahwa ia seorang yang tidak berharga dan tidak ada orang lain yang mau menghargainya.

Perilaku terlalu sosial ( over social behavior ).

Psikodinamikanya sama dengan perilaku kurang sosial, yaitu disebabkan kurang inklusi. Tetapi pernyataan perilakunya sangat berlawanan. Orang yang terlalu sosial cenderung memamerkan diri berlebih-lebihan (exhibitonistik). Bicaranya keras, selalu menarik perhatian orang, memaksakan dirinya untuk diterima dalam kelompok, sering menyebutkan namanya sendiri, suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengagetkan.

Bentuk Indikator Perilaku Sosial


Bentuk dan perilaku social seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”. Sedangkan sikap social dinyatakan oleh cara kegiatan yang sama dan berulang terhadap obyek social yang menyebabkan terjadinya cara tingkah laku yang dinyatakan berulang terhadap salah satu obyek sosial.

Berbagi bentuk perilaku social seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau cirri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku social seseorang yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota kelompok lainnya. Indikator Perilaku social dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu:

1. Kecenderungan Perilaku Peran

  • Sifat pemberani dan pengecut secara social
    Orang yang memiliki sifat pemberani, biasanya akan suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya.

  • Sifat berkuasa dan sifat patuh
    Orang yang memiliki sifat berkuasa dalam perilaku social, biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka member perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku social yang sebaliknya.

  • Sifat inisiatif secara social dan pasif
    Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka member masukan atau saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara social ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif.

  • Sifat mandiri dan tergantung
    Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh diri sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara sendiri, tidak suka berusaha mencari nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosional cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku social sebaliknya.

2. Kecenderungan Perilaku dalam Hubungan Sosial

  • Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
    Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.

  • Suka bergaul dan tidak suka bergaul
    Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan social yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan perilaku sebaliknya.

  • Sifat ramah dan tidak ramah
    Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya.

  • Simpatik dan tidak simpatik
    Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.

3. Kecenderungan Perilaku Ekspresif

  • Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja sama)
    Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan social sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang tidak suka bersain menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.

  • Sifat agresif dan tidak agresif
    Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku sebaliknya.

  • Sifat kalem atau tenang secara sosial
    Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang.

  • Sifat suka pamer atau menonjolkan diri
    Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.

Menurut Ngalim Purwanto : “Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude , adalah suatu cara beraksi dengan cara tertentu terhadap suatuperangsang atau situasi yang dihadapi”.

Gerungan seperti dikutip Andi Mappiare mengemukakan bahwa sikap adalah “kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal”.2Secara spesifik Andi Mappiare membedakan antara sikap dan emosi.Sikap diartikan sebagai kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki seseorang dalam mereaksi terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi/kondisi sekitarnya.Sedangkan emosi meliputi perasaan yang relatif cepat berubah, seperti rasa senang, rasa tidak senang, rasa benci, rasa sayang, dan lain sebagainya.

Disisi lain Cardno seperti dikutip Mar’at menjelaskan sikap sebagai berikut : “ Attitude entails an existing pre disposition to socialobject with in interaction with situational and other dispositional, guides and directs the overt behavioral of the individual ”.Artinya sikapmengikuti kondisi yang sudah ada terhadap objek sosial dengan menghubungkan situasi dan kondisi lain yang membimbing dan mengarahkan tingkah laku individu yang tampak.

Beberapa pengertian di atas merupakan pengertian tentang sikap yang bentuknya tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi harus ditafsirkan lebih dulu sebagai tingkah laku. Dengan kata lain sikap adalah kesiapan bertindak dan bukan sebagai pelaksanaan keinginan atau motif tertentu.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono yang dimaksud sikap sosial adalah “sikap yang ada pada kelompok orang yang ditujukan kepada suatu objek yang menjadi perhatian seluruh orang-orang tersebut.”4Sedangkan menurut Abu Ahmadi sikap sosial adalah “kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial.”

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah suatu tindakan perorangan yang merupakan hasil dari hubungan antar individu dengan lingkungannya yang merupakan tanggapan pada lingkungan sosialnya.Dalam hal ini perilaku sosial itu meliputi tanggungjawab, menghormati orang lain, tolong menolong dan partisipasi sosial.

Upaya Pembentukan Perilaku Sosial


Pembentukan perilaku tidak dapat terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarang saja.Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan dengan objek tertentu.

Menurut W.A. Gerungan, perilaku dapat terbentuk karena adanya faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstern individu yang memegang peranannya.6Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri, ini dapat berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengelola pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.Dan faktor ekstern adalah faktor yang terdapat di luar pribadi manusia yang bersangkutan, ini dapat berupa interaksi sosial di luar kelompok.

Perilaku dapat terbentuk melalui empat macam cara, yaitu adopsi, deferensial, integrasi, dan trauma.

  • Adopsi adalah kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan yang diserap pada individu sehingga mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

  • Deferensial berkaitan erat dengan intelegensi, banyaknya pengalaman, bertambahnya usia, sehingga hal-hal yang dianggapnya sejenis dapat dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.

  • Integrasi dalam pembentukan perilaku ini terjadi secara bertahap bermula dari pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu dan pada akhirnya terbentuk perilaku mengenai hal tersebut.

  • Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan sehingga menimbulkan kesan mendalam pada jiwa seseorang yang bersangkutan. Jadi perilaku terbentuk oleh pengetahuan dan pengalaman seiring bertambahnya usia. Semakin luas pengetahuan seseorang tentang objek dan banyaknya pengalaman yang berkaitan dengan objek akan mengarahkan terbentuknya sikap yang kemudian dilanjutkan pada suatu perilaku tertentu.8

Sedangkan dalam buku Psikologi Sosial suatu Pengantar, Bimo Walgito mengemukakan bahwa pembentukan perilaku dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan kondisioning atau kebiasaan, dengan pengertian atau insight, dan dengan menggunakan model.

  • Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
    Yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang di harapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Misalnya : Dibiasakan bangun pagi.

  • Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
    Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight.Misalnya : Masuk sekolah jangan sampai terlambat, karena haltersebut dapat mengganggu teman-teman, membersihkan kelas bersama sekelompok petugas piket itu baik karena akan cepat selesai dan lebih ringan, dan sebagainya.

  • Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
    Pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan cara menggunakan model atau contoh. Misalnya : Orang tua berlaku sebagai contoh anak-anaknya, guru bertindak sebagai contoh peserta didiknya, dan seorang pemimpin bertindak sebagai model atau contoh yang dipimpinnya.

Aspek-aspek Perilaku Sosial


Aspek-aspek dari perilaku soisal adalah sebagai berikut :

  • Taat dan patuh
    Taat dan patuh dapat diartikan suatu perbuatan yang melaksanakan perintah dan menjauhi larangan suatu aturan tertentu. Misalnya seorang peserta didik yang taat, ia selalu mengenakan seragam sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku. Atau seorang muslim yang taat dan patuh kepada Allah, ia selalu mengerjakan shalat fardlu yang lima tepat waktunya, dia membiasakan diri membaca Al - Qur’an setiap selesai shalat.

  • Sabar
    Sabar dapat diartikan sebagai perbuatan menahan diri atas sesuatu. Sukanda Sadeli mengemukakan bahwa terdapat tiga tingkatan tentang sabar, yakni sabar fith tha’at, sabar anil masshiyyat, dan sabarindal mushibat .

  • Menghormati orang lain
    Menghormati orang lain merupakan perbuatan terpuji yang dapat dilakukan dengan cara : berlaku ramah apabila bertemu dengan sesamanya, berkata sopan kepada orang lain, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara dengannya, tidak memotong pembicaraan orang lain, memuliakan tamu dan tidak mengganggu orang lain. Hormat menghormati sangat di anjurkan oleh agama Islam maupun negara, karena dengan saling menghormati akan tercapai suatu kerukunan antar sesama manusia.

  • Peduli terhadap orang lain
    Salah satu perilaku sosial yang di anjurkan oleh agama Islam adalah peduli terhadap orang lain, peduli terhadap masyarakat di sekitarnya, peduli terhadap sesama muslim. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membantu orang lain yang membutuhkan bantuan, tolong menolong dalam hal kebajikan.

Referensi

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , (Bandung : Remaja Karya, 1996)

Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982),

Mar’at, Sikap Manusia Perubahan dan Pengukurannya , (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981),

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi , (Jakarta : Bulan Bintang, 1982),

Abu Ahmadi, Psikologis Sosial , (Jakarta : Rhineka Cipta, 1999)

Menurut M. Ngalim Purwanto (1990:32) perilaku adalah segala tindakan atau perbuatan manusia yang kelihatan atau tidak kelihatan yang tidak disadari termasuk di dalamnya cara bebicara, berjalan, cara melakukan sesuatu dan cara bereaksi terhadap sesuatu yang datangnya dari luar ataupun dari dalam dirinya.

Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, 2003: 114).

Pengertian Perilaku Sosial


Menurut Peter M. Blau dalam M. Basrowi dan Soenyono (2004:194) perilaku sosial adalah suatu perubahan aktifitas diantara sekurang-kurangnya dua orang. Jadi perilaku sosial adalah bentuk aktifitas yang timbul karena adanya interaksi antara orang dengan orang atau orang dengan kelompok.

Perilaku sosial adalah aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntutan sosial(Hurlock, B. Elizabeth, 1995: 262 ). Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001: 22). Sebagai bukti bahwa manusiadalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain.

Bentuk Perilaku Sosial


Menurut Syamsu Yusuf (2004:124-125) melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada anak usia anak, bentuk-bentuk tingkah laku sosial itu adalah sebagai berikut:

  • Pembangkangan (Negativisme), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orangtua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak.

  • Agresi (Agression), yaitu perilaku menyerang baik secara fisik (non-verbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan/keinginannya. Agresi ini mewujud dalam perilaku menyerang, seperti: memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-marah, dan mencaci maki.

  • Berselisih/bertengkar (Quarreling), terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.

  • Menggoda (Teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan), sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang digodanya.

  • Persaingan (Rivalry), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain.

  • Kerja sama (Cooperation), yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok.

  • Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior), yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap “bossiness”. Wujud dari tingkah laku ini, seperti: meminta, menyuruh, dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

  • Mementingkan diri sendiri (Selfishness), yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak ingin selalu dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit atau marah-marah.

  • Simpati (Sympathy), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya. seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap “selfish”-nya dan dia mulai mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.

Menurut Hurlock (1995) perilaku sosial adalah “Aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai dengan tuntunan sosial”. Sedangkan menurut Ahmadi (2001) menyatakan bahwa “Perilaku yang menunjukan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dalam individu berada”.

Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial


Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian atau tingkah laku seseorang adalah:

  1. Faktor Sosiologis
    “Perubahan tingkah laku seseorang bisa terjadi karena pengaruh lingkungan sosialnya, misalnya lingkungan pergaulannya. Misalnya bergaul dengan seorang penjudi, bisa menjadi penjudi atau penjahat, berbuat maksiat dan sebagainya. Hidup di lingkungan kaum intelek, menjadi suka membaca dan belajar”. (Gunawan 2001).

    Faktor sosiologis diatas yaitu faktor dimana individu akan berinteraksi dan bergaul dengan orang lain, dan perilaku orang lain dapat mempengaruhinya akibat dari lingkungan pergaulannya. Jika individu bergaul dengan orang baik, maka perilakunya akan baik pula, tetapi jika individu bergaul dengan orang yang tidak baik, maka perilakunya akan tidak baik pula.

  2. Faktor Biologis
    “Keadaan seseorang dimana turut mempengaruhi perkembangan kepribadian atau tingkah laku seseorang. Sebagai contoh ekstrem adalah seseorang yang memiliki cacat jasmani biasanya mempunyai rasa rendah diri, sehingga menjadi pemalu, pendiam, enggan bergaul dan sebagainya”. (Gunawan, 2001).

    Faktor biologis diatas merupakan keadaan fisik seseorang yang kurang lengkap, berbeda dengan orang lain atau bisa dikatakan cacat fisik. Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan dirinya atau kepribadiannya sehingga individu tersebut akan merasa tidak percaya diri, pemalu, pendiam dan sebagainya.

  3. Faktor Lingkungan dan Fisik
    “Misalnya orang yang berada di daerah pegunungan umumnya pemberani, sedangkan orang yang berasal dari daerah tandus atau gersang biasanya keras dan ulet”. (Gunawan 2001).

    Faktor lingkungan dan fisik diatas juga mempengaruhi kepribadian atau tingkah laku seseorang. Seseorang yang berada dipedalaman, belum adanya fasilitas yang mendukung seperti kendaraan sepeda motor atau mobil maka jika bepergian jauh sudah terbiasa dengan berjalan kaki atau menaiki sepeda untuk sampai tujuan, sedangkan orang dikota belum tentu mau dan kuat untuk berjalan kaki dalam jarak yang jauh, karena sudah terbiasa dengan memakai kendaraan sepeda motor atau mobil.

  4. Faktor Budaya
    “Orang selalu disiplin dan datang tepat waktu, bertempat tinggal dekat masjid, dan berada di lingkungan orang-orang yang alim yang santun dan mengutamakan penghormatan dan sopan santun terhadap orang lain terutama yang lebih tua”. (Gunawan, 2001).

    Faktor budaya mempengaruhi tingkah laku individu atau kepribadian seseorang. Jika kita bandingkan orang Indonesia dengan orang Jepang, tentu budayanya akan berbeda. Bisa kita lihat dari hal sederhana, saat orang jepang sudah mempunyai janji dengan orang lain dan telah menentukan waktu dan tempat untuk bertemu, maka orang jepang akan menepati janjinya dengan datang tepat waktu atau bahkan kurang dari waktu yang telah dijanjikan untuk bertemu orang lain. Orang jepang tersebut sudah ada di tempat yang sudah dijanjikan. Hal ini berbeda dengan orang Indonesia saat mempunyai janji bertemu orang lain maka tidak selalu tepat waktu, dan bahkan melebihi dari waktu yang dijanjikan.

  5. Faktor Psikologis
    “Kepribadian atau tingkah laku seseorang dapat juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, misalnya tempramen, perasaan, dorongan dan minat”. (Gunawan, 2001).

    Faktor psikologis juga mempengaruhi kepribadian individu. Jika keadaan psikologisnya sedang baik, maka ketika kita berbicara dengan teman sendiri akan baik-baik saja, tetapi akan berbeda jika kita berbicara dengan teman sendiri saat psikologisnya sedang tidak baik atau sedang ada masalah maka teman kita akan mudah marah saat diajak berbicara dengan kita.

Dijelaskan juga menurut Baron dan Bryne (dalam Endah, 2014) berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial, yaitu:

  1. Perilaku dan Karakteristik Orang Lain
    Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu.

  2. Proses Kognitif
    Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya.

  3. Faktor Lingkungan
    Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata.

  4. Tatar Budaya Sebagai Tempat Perilaku dan Pemikiran Sosial Itu Terjadi Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda.

Bentuk Perilaku


Sosial klasifikasi mengenai perilaku sosial atau tindakan sosial menurut Max Weber (dalam Narwoko dan Suyanto, 2011) adalah sebagai berikut:

  1. Rasionalitas Instrumental
    Disini tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Max Weber (dalam Narwoko dan Suyanto, 2011).

    Rasional instrumental adalah tindakan sosial yang dilaksanakan dengan pertimbangan tertentu antara usaha, manfaat dan tujuan yang ingin didapat oleh orang tersebut. Contohnya seorang guru bertujuan ingin mengetahui seberapa paham kemampuan siswa dalam belajar sosiologi dari apa yang telah diajarkan olehnya maka guru tersebut melakukannya dengan cara membuat alat tes sebagai alat ukur.

  2. Rasionalitas Nilai
    Sifat rasional tindakan jenis ini adalah bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Max Weber (dalam Narwoko dan Suyanto, 2011).

    Tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai contohnya seorang pemuda memberikan tempat duduknya kepada seorang nenek karena ia memiliki keyakinan bahwa anak muda harus hormat kepada orang tua, atau contoh lain seorang mahasiswa yang mau berteman dengan teman sekelasnya sendiri walaupun temannya berasal dari luar pulau atau suku dari daerah lain tanpa membeda-bedakannya.

  3. Tindakan Tradisional
    Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Max Weber (dalam Narwoko dan Suyanto, 2011). Jadi, tindakan tradisional berdasarkan suatu nilai yang hanya mengikut pada tradisi yang dilakukan dan hanya berdasarkan oleh para pendahulunya saja, tidak tahu apa maksud dan tujuan dari kegiatan tersebut. Tindakan ini bahkan tidak rasional untuk dilaksanakan. Contohnya Berbagai macam upacara tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur.

  4. Tindakan Afektif
    Tipe tindakan ini didominasi oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif ini sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Max Weber (dalam Narwoko dan Suyanto, 2011). Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh cinta atau sedang dimabuk asmara.

Referensi

http://repository.upi.edu/33056/6/S_SOS_1103266_Chapter2.pdf