Apa yang dimaksud dengan Perilaku Asertif ?

Perilaku asertif

Perilaku asertif adalah kemampuan mengungkapkan perasaan, meminta apa yang seseorang inginkan dan mengatakan tidak untuk hal yang tidak mereka inginkan atau sebagai ungkapan emosi yang tepat terhadap orang lain.

Apa yang dimaksud dengan Perilaku Asertif ?

Seseorang yang mampu berperilaku asertif akan mampu mengungkapkan pemikirannya dengan tidak menyakiti orang lain atau dengan kata lain tidak egois. Perilaku asertif, menurut Steven dan Howard, dapat diartikan sebagai kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan kita, membela diri dan mempertahankan pendapat.

Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif. Dengan demikian, seseorang tidak pasif ketika diberi kesempatan untuk berpendapat dan ketika haknya dilanggar orang lain.

Stresterhim dan Boer (Fitri, 2009) mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif adalah orang yang berpendapat dari orientasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut dan berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri terlalu mudah mengalah atau lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas mengemukakan masalah atau hal yang telah dikemukakan.

Perilaku Asertif

Ciri Perilaku Asertif


Beberapa ciri yang bisa dilihat dari seorang individu yang asertif sebagaimana dikemukakan Fensterheim dan Baer antara lain:

  1. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan,

  2. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka,

  3. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik,

  4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat oranglain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negative,

  5. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan

  6. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat,

  7. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan,

  8. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).

Perilaku asertif menurut Steven dan Howard yang merupakan ketegasan dan keberanian menyampaikan pendapat meliputi tiga komponen dasar, yaitu :

  1. kemampuan mengungkapkan perasaan, misalnya: untuk menerima dan mengungkapkan perasaan marah, hangat, seksual;

  2. kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka, misalnya: mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan dan bersikap teags, meskipun secara emosional sulit melakukan ini bahkan sekalipun kita harus mengorbankan sesuatu;

  3. kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi, tidak membiarkan orang lain mengganggu dan memanfaatkan kita. Orang yang asertif bukan orang yang suka terlalu menahan diri dan juga bukan pemalu, mereka bisa mengungkapkan perasaannya secara langsung tanpa bertindak agresif atau melecehkan.

Kata asertif berasal dan bahasa Inggris yaitu “to assert” yang berarti positif yaitu menyatakan sesuatu dengan terus-terang atau tegas serta bersikap positif (Fensterheim dan Baer dalam Syarani, 1995). Menurut Mallot, dkk (Prabana, 1997), “to assert” artinya sebagai cara menyatakan sesuatu dengan sopan mengenai hal-hal yang menyenangkan maupun yang dirasa mengganggu atau kurang berkenan Sedangkan menurut Ramus dan Nevid (Yogaryjantono, 1991) “to assert” berarti meminta seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara yang akan menambah penghargaan atau mengurangi aversi (rasa enggan). Perilaku asertif merupakan terjemahan dari assertive behavior yang mengandung arti suatu tindakan atau perilaku yang dinyatakaan dengan sopan dan bermaksud untuk meminta seseorang berbuat sesuatu agar melakukan apa yang dikehendaki, meminta sesuatu pada orang lain disertai dengan sikap yang sopan, sesuai dengan norma, tenang, dewasa, dan masuk akal.

Menurut Davis (1981), perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya. Sedangkan menurut Mulvani (1989) perilaku asertif adalah perilaku pribadi menyangkut emosi yang tepat, jujur, relatif terus terang, tanpa perasaan cemas pada orang lain.

Menurut Calhoun (1990) asertivitas berarti bertahan pada hak-hak pribadi dan mengekspresikan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan keyakinan secara langsung, lujur, dan tepat. Kelley (Prabana, 1997) mengatakan bahwa asertif adalah sikap seseorang dalam mengekspresikan dirinya dengan landasan hak pribadinya sendiri ianpa menyakiti atau menyinggung hak pribadi orang lain Perilaku asertif merupakan ekspresi yang tepat dari beberapa emosi selain kecemasan kepada orang lain (Wolpe dalam Yogaryjantono, 1991).

Aspek Perilaku Asertif


Menurut Kelly (1997) dalam Ratna Aspek-aspek perilaku asertif adalah :

  1. Permintaan yaitu kemampuan individu dalam mengemukakan haknya sendiri, meminta pertolongan dan tanggungjawab orang lain tentang suatu hal;

  2. Penolakan yaitu kemampuan individu untuk menolak keinginan, ajakan dan saran yang tidak sesuai dengan diri sendiri;

  3. Pengekspresian diri yaitu kemampuan individu untuk berani mengekspresikan perasaan dan pikiran secara tepat;

  4. Pujian yaitu kemampuan individu dalam memberikan pujian atau penghargaan secara tulus pada orang lain serta sikap individu yang sewajarnya dalam menerima pujian dari orang lain;

  5. Berperan dalam pembicaraan yaitu kemampuan individu untuk memulai atau berinisiatif dalam pembicaraan, ikut serta atau terlibat sekaligus dapat mempertahankan pembicaraan.

Pembentukan Perilaku Asertif


Menurut Rees dan Graham (Reputrawati, 1996), munculnya perilaku asertif karena adanya unsur-unsur:

  • Kejujuran (Honesty)
    Perilaku asertif akan suiit diwujudkan jika seseorang tidak jujur karena dengan kejujuran, orang lain akan mengerti, memahami, dan menghormati apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang yang bersangkutan.

  • Tanggung Jawab (Responsibility)
    Hal ini berarti seseorang bertanggung jawab atas pililian-pilihannya atau keputusannya tanpa rnenyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada dirinya. Dengan rasa tanggung jawab terhadap apa yang akan ter jadi pada dirinya. maka ia akan dapat merubah hal-hal yang tidak diinginkannya.

  • Kesadaran diri (Self-awareness)
    Ketika seseorang akan belajar asertif; sebelumnya ia paham lebih dulu mengenal dirinya sendiri, agar lebih mernperhatikan perilaku yang dimunculkan dan memikirkan cara-cara yang diinginkannya.

  • Percaya diri (Self confident)
    Menurut Bandura (Martani dan Adiyanti, 1991) percaya diri adalah sebagai suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang rendah akan menghambat perilaku asertifnya karena ada perasaan atau anggapan bahwa hal–hal yang negatif akan terjadi jika ia melakukan sesuatu sehingga tidak yakin bahwa perilaku tersebut justru akan membawa pada perubahan yang positif. Orang asertif, dengan percaya diri yang dimtlikinya akan merasa yakin bahwa perilakunya akan membawa perubahan positif yang diinginkannya.

Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981). Atkinson (dalam Novalia & Dayakisni, 2013) menyatakan bahwa menjadi asertif mensyaratkan apa hak-hak seseorang atau apa yang diinginkan dari suatu situasi dan mempertahankannya sekaligus tidak melanggar hak orang lain.

Menurut Jay (dalam Yasdiananda, 2013), perilaku asertif merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur, tidak menyakiti orang lain dan menyakiti diri sendiri serta kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Alberti dan Emmons (dalam Yasdiananda, 2013), bahwa perilaku asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pribadi dan pihak lain.

Perilaku asertif adalah kemampuan individu untuk mengekspresikan perasaan positif maupun negatif dan pikirannya secara tegas dan bebas dengan tetap memperhatikan perasaan orang lain atau dengan kata lain mempertahankan hak sendiri tanpa mengganggu hak orang lain (Wahyudi, 1999).

Menurut Willis dan Daisley (dalam Rosita, 2007) bahwa perilaku asertif adalah perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Dewasa awal khususnya mahasiswi perlu berperilaku asertif agar dapat mengurangi stress ataupun konflik yang diaami sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal negatif (Widjaja & Wulan dalam Marini dkk, 2005).

Asertif menimbulkan harga diri yang tinggi dan hubungan interpersonal yang memuaskan karena memungkinkan orang untuk mengemukakan apa yang diinginkan secara langsung dan jelas sehingga menimbulkan rasa senang dalam diri pribadi dan orang lain (Widjaja & Wulan dalam Marini dkk, 2005).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain.

Aspek Perilaku Asertif


Adapun aspek-aspek dari perilaku asertif menurut Alberti dan Emmons (2002), berikut aspek-aspek perilaku asertif:

  • Kontak Mata
    Saat berbicara individu yang asertif menunjukkan kontak mata dengan menatap langsung lawan bicaranya, sehingga akan membantu dalam mengkomunikasikan ketulusan, menunjukkan perhatian dan penghormatan kepada orang lain serta meningkatkan kelangsungan pesan yang disampaikan.

  • Sikap Tubuh
    Sikap tubuh yang ditunjukkan oleh individu yang asertif adalah sikap tubuh yang aktif dan tegak. Sikap berdiri yang membungkuk dan pasif menandakan kurangnya keasertivan seseorang.

  • Jarak atau Kontak Fisik
    Individu yang asertif mempunyai kemampuan dalam menjaga jarak ketika berinteraksi dengan orang lain. Kedekatan di antara orang-orang yang terlibat pembicaraan akan memiliki dampak yang cukup besar dalam komunikasi. Akan tetapi apabila terlalu dekat mungkin dapat menyinggung perasaan orang lain.

  • Isyarat
    Isyarat yang ditunjukkan oleh individu yang asertif dapat menambah ketegasan, keterbukaan, kehangatan, rasa percaya diri dan spontanitas dalam berkomunikasi dengan orang lain.

  • Ekspresi Wajah
    Dalam berbicara dengan orang lain, individu yang asertif mampu mengekspresikan wajah sesuai dengan pesan atau hal yang akan disampaikan.

  • Nada, Modulasi, Voulume suara
    Saat mengungkapkan pikiran dan perasaan secara verbal, individu yang asertif menggunakan intonasi suara yang tepat.

  • Penetapan Waktu
    Individu yang asertif mampu menyatakan sesuatu kepada orang lain secara tepat sesuai dengan waktu dan tempat.

  • Mendengarkan
    Individu yang asertif mempunyai kemampuan untuk mendengarkan dengan seksama ketika lawan bicaranya sedang berbicara, sehingga mampu menahan diri untuk tidak mengekspresikan diri sesaat.

  • Isi
    Individu yang asertif mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan memilih kalimat yang tepat dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Asertif didefinisikan sebagai kata sifat yang mengandung atau menunjukkan ketegasan. Webster mengklasifikasikan asertif sebagai positif atau keyakinan berterusan (positive or confident in a persistent way) (Hamzah & Ismail 2008).

Menurut MacNeilage dan Adams, asertif adalah satu bentuk tingkah laku interpersonal yang terdiri dari komunikasi secara langsung, terbuka dan jujur yang menunjukkan pertimbangan dan penghormatan terhadap individu lain (Hamzah & Ismail, 2008). Menurut Burley asertif adalah satu bentuk tingkah laku yang menunjukkan penghormatan terhadap diri dan orang lain. Tingkah laku asertif bersikap terbuka, jujur terhadap diri dan orang lain (Hamzah & Ismail, 2008).

Neilage dan Adam menyatakan bahwa asertivitas merupakan proses untuk menghilangkan hambatan personal sehingga dapat mengembangkan kreativitas. Asertivitas juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencapai kebebasan diri dan rasa kepercayaan diri. Di dalam asertivitas terkandung sifat–sifat rasa kepercayaan diri, kebebasan berekspresi secara jujur, tegas, dan terbuka tanpa mengecilkan atau mengesampingkan arti orang lain serta berani bertanggung jawab (Syukri & Zulkarnain 2005).

Berperilaku asertif pada hampir semua situasi, orang akan merasa respek, senang bekerjasama dengan individu yang bersangkutan. Perilaku asertif akan muncul pada saat orang melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain. Pada saat hubungan tersebut pihak yang satu merasa nyaman dan pihak yang lain juga merasa nyaman. Nyaman dengan dirinya ditunjukkan dengan tidak terlalu berlebihan dengan emosinya, memiliki toleransi, mempunyai self–respect dan mempunyai kemampuan untuk menghadapi masalah. Sedangkan yang dimaksud dengan merasa nyaman dengan orang lain adalah mampu memberikan kasih dan mampu menerima perhatian orang lain, mempunyai hubungan personal yang memuaskan, serta suka dan percaya pada orang lain. Begitu juga dalam lingkungan. (Syukri & Zulkarnain 2005).

Definisi lain dikemukakan oleh Galassi dan Galassi, yang menyatakan bahwa sikap asertif adalah pengungkapan secara lagsung kebutuhan, keinginan dan pendapat seseorang tanpa menghukum, mengancam atau menjauhkan orang lain. Asertif juga meliputi mempertahankan hak mutlak orang lain (Fauziah,2009).

Asertif merupakan sikap yang mana seseorang mampu berkomunikasi dengan orang lain tentang apa yang dirasakan, fikirkan tanpa melanggar hak-hak orang lain, yang mana dalam berkomukasi dengan orang lain selalu disertai dengan kejujuran tanpa ada yang dibuat-buat atau dimanipulasi dan tanpa ada maksud merugikan orang lain.

Perkembangan Perilaku Asertif


Perilaku asertif, sebagaimana bentuk perilaku lainnya, merupakan perilaku sebagai hasil belajar. Perilaku asertif berkembang sejak kecil dan bergantung pada lingkungan sosial dimana individu belajar tingkah laku. Di dalam kehidupan, seseorang akan dihadapkan dengan berbagai situasi kehidupan dan tidak semua orang dapat menerapkan perilaku asertif secara konsisten dalam menghadapi situasi tersebut. Hal itu dapat terlihat jelas ketika individu berinteraksi dengan orang lain. Masih ada individu yang mengalami hambatan dalam interaksi dan komunikasinya. Oleh sebab itu dalam bubungan interpersonalnya setiap individu setidaknya memiliki ketrampilan sosial (Fauziah,2009).

Asertivitas juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencapai kebebasan diri dan rasa kepercayaan diri. Di dalam asertivitas terkandung sifat–sifat rasa kepercayaan diri, kebebasan berekspresi secara jujur, tegas, dan terbuka tanpa mengecilkan atau mengesampingkan arti orang lain serta berani bertanggung jawab (Syukri dan Zulkarnain, 2005).

Menurut Alberti dan Emmons perilaku asertif lebih adaptif daripada perilaku pasif atau perilaku agresif. Asertif menimbulkan harga diri yang tinggi dan hubungan interpersonal yang memuaskan karena memungkinkan orang untuk mengemukakan apa yang diinginkan secara langsung dan jelas sehingga menimbulkan rasa senang dalam diri pribadi dan orang lain. Semua orang perlu berperilaku asertif agar dapat mengurangi stres ataupun konflik yang dialami sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal negatif ( Marini & Andriani, 2005).

Alberti and Emmons juga secara detail menyebutkan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku yang memungkinkan seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan, mempertahankan diri tanpa merasa cemas, mengekspresikan perasaan secara jujur dan nyaman, ataupun untuk menggunakan hak-hak pribadi tanpa melanggar hak-hak orang lain (Marini & Andriani, 2005).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat di tarik kesimpulkan bahwa asertif merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan proses belajar, setiap orang bisa mengembangkan sikap asertif dikarenakan asertif bukan suatu kemampuan bawaan akan tetapi dapat dipelajari. Orang asertif yaitu orang yang dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, keinginan, dan kebutuhan secara jujur, terus terang, dengan pandangan dasar setiap orang memiliki hak dan kebutuhan yang sama pentingnya dengan orang lain.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertif


Pengalaman individu dalam sepanjang hidupnya membuat seseorang mengadopsi sikap asertif. Sikap asertif seseorang berkembang secara bertahap sebagai hasil interaksi antara anak, orang tua dan orang-orang lain disekirnya.seseorang belajar berperilaku asertif atau tidak asertif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (Fauziah,2009):

  1. Hukuman
    Terkadang seseorang gagal untuk bersikap asertif dalam situasi-situasi tertentu karena dimasa lalu dalam situasi yang sama ia merasa terhukum secara fisik maupun mental karena mengungkapkan keinginannya. Hukuman demi hukuman terjadi berulang-ulang sehingga karenanya akan membentuk seseorang apakahnon asertif, asertif, atau agresif.

  2. Ganjaran
    Seseorang mengadopsi sikap non asertif, asertif, atau agresif mungkin juga karena dia menerima ganjaran dari sikap yang ia perbuat tersebut, sehingga akan cenderung diulang lagi.

  3. Modeling
    Perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang disekitar, merupakan pengaruh seseorang bersikap asertif. Banyak perilaku seseorang dipengaruhi oleh modeling. Modeling meliputi proses mengamati dan meniru tingkah laku dari orang-orang yang menjadi figure disekitar individu. Dari proses modeling inilah individu belajar untuk bersikap non asertif, asertif, atau agresi.

  4. Kesempatan untuk mengembangkan sikap yang sesuai
    Kegagalan seseorang dalam mengembangkan sikap asertif bisa disebabkan karena mereka tidak memiliki kesempatan dimasa lalu untuk belajar cara bersikap yang tepat. Ketika dihadapkan pada situasi-situasi baru, mereka tidak dituntuk untuk berperilaku seperti apa, atau mereka akan merasa gugup karena kurangnya pengetahuan yang mereka miliki. Sementara orang yang pada masa lalunya memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan tingkah lakunya akan dapat mengatasi situasi-situasi baru dengan lebih efektif.

  5. Standar budaya dan keyakinan pribadi
    Kelompok budaya yang berbeda mengajari anggotanya cara bersikap yang berbeda pula dengan kelompok budaya lain. Situasi dalam interaksi sosial, keyakinan pribadi seseorang juga mempengaruhi cara orang tersebut untuk bersikap dalam hubungan social. Keyakinan ini meliputi keyakinan akan hak setiap orang dalam hubungannya dengan orang lain.

  6. Keyakinan akan hak mutlak sebagai individu
    Orang akan bersikap secara non asertif, asertif dan agresif juga dipengaruhi oleh keyakinan orang tersebut terhadap haknya dan hak orang lain dalam situasi sosial. Seorang individu mungkin tidak mengetahui hak-haknya dalam situasi tertentu sehingga ketidak tahuan inilah yang mungkin mengarahkannya untuk bersikap non asertif.

Ciri-ciri Asertif


Perilaku asertif tidak dibawa sejak lahir, akan tetapi merupakan bentuk perilaku yang dipelajari dan sifatnya situasional. Galassi dan Galassi mengungkapkan: “Saying or doing certain things in one situation might be labeled by observer as ‘assertive’. In a different situation the same behavior might be labeled as ‘foolish or inappropriate”

Galassi dan Galassi mengemukakan bahwa perilaku asertif dapat diamati dari aspek-aspek perilaku, yaitu: kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan volume serta intonasi suara. Salah satu aspek yang tidak kalah penting dari perilaku asertif adalah langsung tidaknya suatu respon positif ditunjukkan setelah situasi sosial terjadi (Fauziah,2009).

Ada 6 ciri-ciri orang asertif menurut zukir yaitu:

  1. Mempunyai kemampuan untuk jujur dan langsung, yaitu: mengatakan sesuatu perasaan, kebutuhan, ide, dan mengembangkan apa yang ada dalam dirinya tanpa mengesampingkan orang lain.
  2. Bersifat terbuka, apa adanya dan mampu bertindak demi kepentingannya.
  3. Mampu mengambil inisiatif demi kebutuhannya.
  4. Bersedia meminta informasi dan bantuan dari orang lain bilamana membutuhkan dan membantu ketika orang lain memerlukan pertolongan.
  5. Dalam menghadapi konflik dapat menyesuaikan dan mencari penyelesaian yang memuaskan kedua belah pihak.
  6. Mempunyai kepuasan diri, harga diri, dan kepercayaan diri.

Sedangkan menurut Fensterheim dan Bear ciri-ciri orang asertif ada 4 yaitu:

  1. Merasa bebas untuk mengemukakan emosi yang dirasakan melalui kata dan tindakan, misalnya: inilah diri saya, inilah yang saya rasakan dan yang saya kehendaki.

  2. Dapat berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan orang yang tidak dikenal, sahabat, keluarga dan dalam proses berkomunikasi relative terbuka, jujur dan sebagaimana mestinya.

  3. Mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup, karena orang asertif cenderung mengejar apa yang diinginkan dan berusaha agar sesuatu itu terjadi serta sadar akan dirinya bahwa ia tidak dapat selalu menang maka ia menerima keterbatasannya. Akan tetapi ia selalu berusaha untuk mencapai sesuatu dengan usaha yang sebaik-baiknya dan sebaliknya orang yang tidak asertif selalu menunggu terjadinya sesuatu.

  4. Bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri. Maksudnya karena sadar bahwa ia tidak dapat selalu menang. Ia menerima keterbatasan namun ia berusaha untuk menutupi dengan mencoba mengembangkan dan selalu belajar dari lingkungan.

Referensi

http://etheses.uin-malang.ac.id/630/6/10410031%20Bab%202.pdf

Kata asertif berasal dan bahasa Inggris yaitu “to assert” yang berarti positif yaitu menyatakan sesuatu dengan terus-terang atau tegas serta bersikap positif (Fensterheim dan Baer dalam Syarani, 1995). Menurut Mallot, dkk (Prabana, 1997), “to assert” artinya sebagai cara menyatakan sesuatu dengan sopan mengenai hal-hal yang menyenangkan maupun yang dirasa mengganggu atau kurang berkenan Sedangkan menurut Ramus dan Nevid (Yogaryjantono, 1991) “to assert” berarti meminta seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara yang akan menambah penghargaan atau mengurangi aversi (rasa enggan).

Perilaku asertif merupakan terjemahan dari assertif behavior yang mengandung arti suatu tindakan atau perilaku yang dinyatakaan dengan sopan dan bermaksud untuk meminta seseorang berbuat sesuatu agar melakukan apa yang dikehendaki, meminta sesuatu pada orang lain disertai dengan sikap yang sopan, sesuai dengan norma, tenang, dewasa, dan masuk akal.

Definisi-definisi perilaku asertif atau asertivitas berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut,

  • Davis (1981), perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya.

  • Mulvani (1989) perilaku asertif adalah perilaku pribadi menyangkut emosi yang tepat, jujur, relatif terus terang, tanpa perasaan cemas pada orang lain.

  • Menurut Calhoun (1990) asertivitas berarti bertahan pada hak-hak pribadi dan mengekspresikan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan keyakinan secara langsung, lujur, dan tepat.

  • Weaver (Susanto, 1997) mengartikan asertivitas sebagai kemampuan untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan dengan yakin. Perilaku asertif seseorang pada hakekatnya mencakup tiga klasifikasi umum perilaku, yaitu tepat dalam cara menolak permintaan orang lain, ekspresi yang tepat dari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan serta ekspresi yang tepat dari keinginan-keinginan yang dimiliki (Wood dan Mallinekrodt dalam Prabana, 1997).

  • Kelley (Prabana, 1997) mengatakan bahwa asertif adalah sikap seseorang dalam mengekspresikan dirinya dengan landasan hak pribadinya sendiri ianpa menyakiti atau menyinggung hak pribadi orang lain Perilaku asertif merupakan ekspresi yang tepat dari beberapa emosi selain kecemasan kepada orang lain (Wolpe dalam Yogaryjantono, 1991).

Di dalam perilaku asertif terkandung perilaku kesanggupan untuk bermasyarakat, berempati, dan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal (Arsanti, 1985). Jadi terbentuknya perilaku asertif diperkuat dengan adanya hubungan timbal-balik antar siswa, masyarakat, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah.

Menurut Rathus (Retaaningsih, 1992) menggambarkan perilaku asertif sebagai perilaku yang mengandung keberanian dalam mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya, berani membela hak-hak asasi serta berani menolak permintaan-permintaan yang tidak beralasan keinginan, dan kebutuhan individu pada orang lain serta untuk mendapatkan penghargaan lebih khusus lagi, Kanfer dan Goldstein (Syarani, 1995) menyatakan bahwa orang yang asertif akan dapat membela diri ketika diperlakukan secara tidak adil, memberi tanggapan terhadap masalah yang mempengaruhi kehidupannya, dan mampu menyatakan cintanya terhadap orang yang berarti dalam kehidupannya.

Ciri-ciri Orang Asertif


Kanfer dan Goldstein (Syarani, 1995) menyatakan bahwa orang yang asertif akan dapat membela diri ketika diperlakukan secara tidak adil, memberi tanggapan terhadap masalah yang mempengaruhi kehidupannya, dan mampu menyatakan cintanya terhadap orang yang berarti dalam kehidupannya.

Domikus (1988) menyebutkan bahwa orang yang mempunyai percaya diri yang baik akan lebih dapat berperilaku asertif. Menurut Rimm dan Master (Susanto, 1997) perilaku asertif yaitu suatu perilaku interpersonal yang berupa pernyataan perasaan yang bersifat jujur dan relatif langsung. Asertivitas seseorang secara tidak langsung akan membuat orang lain merasa dituntut untuk menghargai atau tidak meremehkan keberadaannya.

Orang yang asertif tidak mengabaikan hak-haknya dan tidak membiarkan orang lain melanggar hak-haknya tersebut Dengan sikap asertif seseorang memandang keinginan, kebutuhan, dan hak-haknya sama dengan keinginan, kebutuhan, dan hak-hak orang lain (Lloyd dalam Syarani, 1991).

Orang yang asertif akan memberikan respon yang lebih bersifat terbuka, jujur, penuh penghargaan serta pertimbangan terhadap orang lain (Agustin dalam Syarani, 1993) karena respon asertif lebih bersifat akomodatif daripada respon pasif maupun respon agresif di dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.

Alberti dan Emmons, dkk (Retnaningsih, 1992) menyatakan bahwa orang asertif diasumsikan memiliki konsep diri yang positif yaitu salah satu cirinya adalah harga diri mereka tinggi. Bloom, dkk (Yogaryjantono, 1991) mengemukakan bahwa perilaku asertif merupakan tengah-tengah antara perilaku agresif di salah satu sisi dan perilaku pasif di sisi lain

Kelley (Syarani, 1993) menyatakan bahwa orang yang asertif mampu mengekspresikan emosi secara tepat tanpa adanya kecemasan terhadap orang lain. Orang yang asertif sebagai orang yang dapat mewujudkan perasaannya yang asli, menegakkan hak-hak pribadi masingmasing, dan menolak permintaan-permintaan dari orang lain yang tidak termasuk akal dengan cara yang tidak menghina, tidak mengancam, dan tidak meremehkan orang lain (Rathus dalam Reputrawati, 1996).

Albert dan Emmons (dalam Rosita, tt) mengemukakan bahwa individu yang bersikap asertif adalah individu yang tegas menyatakan perasaan mereka, meminta apa yang mereka inginkan dan mampu mengatakan “ tidak (ada)” tentang suatu hal. Individu tersebut bertindak dengan tegas, mereka bertindak yang terbaik dan berpihak kepada hak atau kebenaran.

Atkinson (1997) menyatakan bahwa menjadi asertif mensyaratkan apa hak-hak anda, atau apa yang diinginkan dari suatu situasi dan mempertahankannya sekaligus tidak melanggar hak orang lain. Keasertifan adalah keadaan pikiran-pikiran juga mempunyai keterampilan komunikasi verbal dan non verbal tertentu. Keasertifan juga tentang mempunyai pikiran, dan menjalankan pikiran itu. Keasertifan adalah mampu menyatakan bahwa anda tidak memilih untuk mengklain hak anda di dalam semua situasi, karena anda tahu jika anda mau atau perlu melakukannya, anda dapat melakukannya.

Maksud perilaku asertif adalah perilaku untuk berkomunikasi secara langsung dan terbuka, sedangkan perilaku agresif adalah untuk rnendominasi, untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dengan mengorbankan orang lain. Sedangkan perilaku pasif merupakan perilaku yang tidak menyatakan perasaan, gagasan, dan kebutuhannya dengan tepat serta mengabaikan hak-haknya sendiri. Perilaku pasif ini biasanya bersifat emosional, tidak jujur dan tidak langsung, terhambat dan menolak diri sendiri. Individu yang pasif akan membiarkan orang lain menentukan apa yang harus dilakukannya dengan sering berakhir dengan perasaan cemas, kecewa terhadap diri sendiri, bahkan kemungkinan akan berakhir dengan kemarahan dan perasaan tersinggung.

Sedangkan asertivitas menurut Graham, Rees, dan Townend (Reputrawati, 1996) adalah perilaku kontinum yang berada di antara perilaku agresif dan perilaku pasif.

  • Perilaku agresif merupakan perilaku yang ekspresif tetapi umumnya bersifat defensive, merusak diri dan orang lain yang sering berakhir dengan rasa ftustasi dan kesepian

  • Perilaku pasif adalah perilaku atau sikap menghargai konflik dengan orang lain dengan cara mendapatkan keinginan - keinginannya sendiri di bawah keinginan-keinginan orang lain atau lebih mendahulukan keinginan dan kebutuhan orang lain serta mengorbankan keinginan sendiri karena takut dan kurang percaya diri. Selain diwujudkan dengan komunikasi langsung, asertivitas juga dapat diwujudkan dengan komunikasi non verbal atau body language yang rneliputi mimik, gerak tubuh,postur, nada, dan tekanan suara, (Bloom dkk dalam Retnaningsih, 1992).

Kontak mata langsung yang menunujukkan ekspresi sungguh-sungguh, postur tubuh yang tegap dan menghadap lawan bicara akan menambah pengaruh pesan yang disampaikan, gerakan isyarat yang tepat, ekspresi wajah serta tekanan dan volume suara yang dimodulasi yang akan rnenimbulkan kesan yang meyakinkan, semua itu contoh dari asertivitas non verbal.

Menurut Alberti dan Emmons (2002) perilaku asertif adalah perilaku yangmembuat seseorang dapat bertindak demi kebaikan dirinya, mempertahankan haknya tanpacemas,mengekspresikan perasaan secara nyaman, dan menjalankan haknya tanpa melanggar hak-hak orang lain.

Perilaku asertif menurut Rakos (1991) merupakan perilaku interpersonal yang melibatkan ekspresi secara langsung yang jujur dan terus terang dari pemikiran dan perasaan yang sesuai secara sosial dimana perasaan dan kesejahterahan orang lain juga dipentingkan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Humphrey & Green dalam Amalia (2014) asertif adalah suatu cara untuk mengkomunikasikan ideide, kebutuhan, keinginan dan niat dengan cara yang jelas dan percaya diri, dan untuk melakukan hal ini, sesuatu yang dilakukan tanpa bermusuhan atau terlalu menuntut.

Aspek-aspek Asertivitas

Alberti dan Emmons (Stewart, 2002) menjelaskan aspek asertivitas yang meliputi:

  1. Mampu menjadikan lawan bicara pada kedudukan yang sama dengan dirinya, sehingga kedua belah pihak memiliki kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan tidak ada yang merasa kalah.

  2. Mampu membuat dan percaya pada keputusan sendiri terkait dengan karir, hubungan, gaya hidup dan jadwal kegiatan.

  3. Inisiatif dalam berinteraksi, termasuk menghindari kemungkinan terjadinya kekerasan.

  4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain.

  5. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat tanpa ada perasaan cemas yang berlebihan

  6. Merespon perilaku yang melanggar hak dirinya sendiri ataupun orang lain.

  7. Mengungkapkan ekspresi personal tanpa kritik yang tidak adil pada orang lain, menyakiti orang lain ataupun mengontrol orang lain atas dirinya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertivitas

Menurut Rathus dan Nevid (1983), terdapat 6 faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif yaitu:

1. Jenis Kelamin

Wanita pada umumnya lebih sulit bersikap asertif seperti mengungkapkan perasaan dan pikiran dibandingkan dengan laki-laki.

2. Self esteem

Keyakinan seseorang turut mempengaruhi kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki kekuatiran sosial yang rendah sehingga mampu mengungkapkan pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.

3. Kebudayaan

Tuntutan lingkungan menentukan batas-vatas perilaku, dimana batas-batas perilaku itu sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan status sosial seseorang

4. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas wawasan berpikir sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih terbuka.

5. Tipe Kepribadian

Dalam situasi yang sama tidak semua individu memberikan respon yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang.

6. Situasi tertentu Lingkungan sekitarnya

Dalam berperilaku seseorang akan melihat kondisi dan situasi dalam arti luas, misalnya posisi kerja antara atasan dan bawahan.

Ciri-ciri Perilaku Asertif

Beberapa ciri dari individu yang memiliki asertivitas menurut Lange dan Jakubowski(1978) adalah sebagai berikut:

1. Menghormati hak-hak orang lain dan diri sendiri

Menghormati orang lain berarti menghormati hak-hak yang mereka miliki, tetapi tidak berarti menyerah atau selalu menyetujui apa yang diinginkan orang lain. Artinya, individu tidak harus menurut dan takut mengungkapkan pendapatnya kepada seseorang karena orang tersebut lebih tua dari dirinya atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi.

2. Berani mengemukakan pendapat secara langsung

Perilaku asertif memungkinkan individu mengkomunikasikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan lainnya secara langsung dan jujur.

3. Kejujuran

Bertindak jujur berarti mengekspresikan diri secara tepat agar dapat mengkomunikasikan perasaan, pendapat atau pilihan tanpa merugikan diri sendiri atau orang lain.

4. Memperhatikan situasi dan kondisi

Semua jenis komunikasi melibatkan setidaknya dua orang dan terjadi dalam konteks tertentu. Dalam bertindak asertif, seseorang harus dapat memperhatikan lokasi, waktu, frekuensi, intensitas komunikasi dan kualitas hubungan.

5. Bahasa tubuh

Dalam bertindak asertif yang terpenting bukanlah apa yang dikatakan tetapi bagaimana menyatakannya. Bahasa tubuh yang menghambat komunikasi.

Maanfaat Bersikap Asertif

Sikap asertif membuka banyak kemungkinan baru dan dapat memperoleh banyak teman serta dapat mempengaruhi orang lain. Hal tersebut dapat membuat hubungan semakin akrab dan lebih jujur terhadap orang lain. Pada saat bersikap asertif, bahkan dalam situasi yang sulit dan tidak menyenangkan, orang lain akan merasa dihargai dan diterima, bukan diremehkan (Stein dan Howard, 2003).

Mengembangkan Perilaku Asertif yang Positif

Perilaku asertif bersifat aktif, langsung, dan jujur. Perilaku itu mengkomunikasikan kesan respect kepada diri sendiri dan orang lain. Dengan bersikap asertif, berarti memandang keinginan, kebutuhan, dan hak diri sendiri sama dengan keinginan, kebutuhan, dan hak orang lain.

Pengertian Asertivitas

Menurut Sharp & Cowie (1994) asertivitas adalah kemampuan seseorang untuk dapat berespon dengan tegas dalam mempertahankan hak pribadinya tanpa melanggar hak-hak orang lain. Seseorang yang asertif akan merespon perilaku bullying dari pelaku dengan menyatakan niat mereka, keinginan dan perasaan dengan jelas dan langsung. Mereka akan bertahan terhadap taktik manipulatif atau perilaku agresif dari pelaku tanpa membalas dengan agresif sehingga memiliki kedudukan yang sama. Tanggapan tegas tidak hanya mengandalkan pesan verbal tetapi juga pada kontak mata dan bahasa tubuh sebagai penyampai pesan. Pada tahun 1995, Alberti & Emmons mengembangkan teori Sharp & Cowie dengan membuat indikator-indikator perilaku yang dapat mengukur asertivitas seseorang.

Selain itu, asertivitas juga merupakan cara berkomunikasi dengan jelas, spesifik, dan tidak ambigu, dimana pada waktu yang bersamaan menjadi lebih sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan perlakuan orang lain dalam situasi tertekan (Stein & Book, 2006; Pipas & Jaradat, 2010; Sharp & Cowie, 2004). Rees & Graham (1991) juga menyatakan bahwa menjadi asertif berarti bahwa seseorang mampu mengekspresikan diri dengan jelas, langsung, dan sesuai, menghargai pikiran dan perasaan pribadi, serta mengenali kekuatan dan kelemahan diri. Asertif yaitu percaya bahwa pendapat, pemikiran, kepercayaan, dan perasaan yang dimiliki sama pentingnya dengan yang orang lain miliki. Menjadi asertif berarti bahwa seseorang bertanggung jawab atas kehidupan dan pilihan-pilihan yang ia ambil, yaitu harus mengambil keputusan sendiri, bukan mengikuti pilihan orang lain. Dengan demikian, tidak akan menyalahkan orang lain atau situasi atas apa yang terjadi pada dirinya. Jika bertanggung jawab atas kehidupan yang dimiliki, maka akan dapat mengubah bagian yang tidak diinginkan. Akan tetapi jika menyalahkan situasi, maka akan tidak berdaya untuk mengubahnya (Rees & Graham, 1991).

Berdasarkan uraian di atas, asertivitas adalah kemampuan seseorang berespon dengan tegas dalam mempertahankan hak pribadinya tanpa melanggar hak-hak orang lain denga cara berkomunikasi yang jelas, spesifik, dan tidak ambigu, dimana pada waktu yang bersamaan menjadi lebih sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan perlakuan orang lain dalam situasi tertekan.

Indikator-indikator Asertivitas

Indikator-indikator Asertivitas Menurut Alberti dan Emmons (1995 dalam Stewart, 2002) asertivitas seseorang dapat diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut:

  1. Mampu menjadikan lawan bicara pada kedudukan yang sama dengan dirinya, sehingga kedua belah pihak memiliki kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan tidak ada yang merasa kalah.

  2. Mampu membuat dan percaya pada keputusan sendiri terkait dengan karir, hubungan, gaya hidup dan jadwal kegiatan.

  3. Inisiatif dalam berinteraksi, termasuk menghindari kemungkinan terjadinya kekerasan.

  4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain.

  5. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat tanpa ada perasaan cemas yang berlebihan.

  6. Merespon secara tepat perilaku yang melanggar hak dirinya sendiri ataupun orang lain.

Referensi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65360/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y