Apa yang dimaksud dengan perencanaan laba (profit planning)?

Perencanaan Laba adalah analisis yang sistematis terhadap pendapatan dan biaya dan setiap unit di suatu perusahaan yang diharapkan dapat menghasilkan keuntungan (untung) atau laba dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.

Apa yang dimaksud dengan perencanaan laba (profit planning) ?

Carter dan Usry ( 2005) menyatakan bahwa:

"Planning profit is the development of a operating plans to achieve the goals and objectives of the company. Profit is important in planning for the main purpose of a plan is satisfactory profit ".

Berdasarkan teori diatas dapat diketahui bahwa perencanaan laba adalah pengembangan dari suatu rencana kerja untuk mencapai tujuan perusahaan dalam perolehan laba yang diharapkan.

Keuntungan Perencanaan Laba

Carter dan Usry (2005) menyatakan bahwa Perencanaan laba memiliki manfaat dan keuntungan sebagai berikut:

  1. Menyediakan suatu pendekatan yang disiplin atas identifikasi dan penyelesaian masalah.
  2. Menyediakan pengarahan ke semua tingkatan manajemen.
  3. Meningkatkan koordinasi
  4. Menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide dan kerja sama dari semua tingkatan manajemen.

Manajemen memerlukan alat dalam membuat perencanaan laba itu sendiri agar tujuan pencapaian laba yang telah ditargetkan dapat dioptimalkan. Seperti dinyatakan oleh Munawir (2004) bahwa:

“ Untuk dapat mencapai laba yang besar ( dalam perencanaan laba maupun realisasinya ) manajemen dapat melakukan berbagai langkah, misalnya:

  1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan
  2. Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
  3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin ” .

Berdasarkan uraian tersebut, maka perencanaan laba memberikan manfaat bagi perusahaan diantaranya meningkatkan koordinasi, pendekatan yang disiplin atas identifikasi pemecahan masalah, alat manajemen untuk menetapkan keputusan dan langkah-langkah yang tepat untuk dapat meningkatkan laba perusahaan.

Laba Kontribusi

Mulyadi (2001) dalam buku Akuntansi Manajemen menyatakan bahwa:
“ Laba Kontribusi merupakan kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel ”.

Laba Kontribusi dikenal juga dengan istilah Margin Kontribusi. Garrison dan Noreen (2006) menjelaskan:

“ Margin Kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel “.

Dalam buku Akuntansi Biaya, Horngren (2008) menjelaskan bahwa:

“ Margin Kontribusi adalah selisih antara pendapatan total dan biaya variabel ”.

Maka dapat di simpulkan bahwa laba kontribusi atau Margin Kontribusi adalah jumlah pendapatan penjualan setelah di kurangi biaya variabel dari produk tersebut. Margin Kontribusi sebagai persentase penjualan disebut Rasio Margin Kontribusi.

Rasio margin Kontribusi = 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 / 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan cermat dimana implikasi keuangannya dinyatakan dalam bentuk proyeksi perhitungan rugi laba, neraca, kas dan modal kerja untuk jangka panjang dan jangka pendek. Carter Usry (2002)

Perencanaan laba ditujukan kepada sasaran akhir organisasi dan bermanfaat sebagai pedoman untuk mempertahankan arah kegiatan yang pasti.

Perencanaan laba yang baik tidaklah mudah karena ada kekuatan-kekuatan eksternal mempengaruhi bisnis. Kekuatan-kekuatan tersebut meliputi perubahan dalam teknologi, tindakan pesaing, ekonomi, demografi,selera serta pilihan pelanggan, perilaku sosial, serta faktor-faktor politik. Kekuatan-kekuatan tersebut umumnya berada diluar kendali manajemen, dan besar serta arah perubahan seringkali sulit untuk diprediksi. Untuk mengatasi hal tersebut para manajer harus didorong agar berusaha keras untuk menetapkan sasaran pribadi yang sejalan dengan sasaran perusahaan.

Menurut Carter Usry ( 2002) dalam menetapkan sasaran laba ada tiga prosedur yang dapat digunakan yaitu :

  1. Metode priori, tujuan laba mendominasi perencanaan. Pertama-tama manajemen menentukan tingkat pengembalian yang diinginkan dan berusaha untuk merealisasikan melalui perencanaan.

  2. Metode posteriori, tujuan laba berada dibawah perencanaan dan diidentifikasi sebagai hasil dari perencanaan

  3. Metode pragmatis, manajemen menggunakan suatu standar laba yang telah diuji dan dibuktikan melalui pengalaman.

Dalam menentukan sasaran atau tujuan laba, manajemen sebaiknya mempertimbangkan faktor-faktor berikut:( carter Usry 2002)

  1. laba atau rugi yang diakibatkan dari volume penjualan tertentu
  2. volume penjulan yang diperlukan untuk menutup semua biaya plus menghasilkan laba yang mencukupi untuk membayar deviden serta menyediakan kebutuhan bisnis masa depan
    3.titik impas
    4.volume penjualan yang dapat dicapai dengan kapasitas operasi sekarang
    5.kapasitas operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan laba
    6.pengembalian atas modal yang digunakan

Manfaat dan keterbatasan perencanaan laba

Perencanaan laba memiliki manfaat atau keuntungan (Carter Usry 2002) yaitu:

  1. Perencanaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin atas identifikasi dan penyelesaian masalah.
  2. Perencanaan laba menyediakan pengarahan ke seuma tingkatan manajemen.
  3. Perencanaan laba meningkatkan koordinasi antar sesama manajer.
  4. Perencanaan laba menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide dan kerja sama dari setiap tingkatan manajemen.
  5. Anggaran menyediakan suatu tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja aktual dan meningkatkan kemampuan dari individu-individu.

Sementara keuntungan atau manfaat dari perencanaan laba tidak diragukan lagi bersifat impresif dan berwawasan luas, tetapi perencanaan juga memiliki keterbatasan dan kekurangan berikut ini (Carter Usry 2002) :

  1. Prediksi bukanlah suatu ilmu pasti; ada sejumlah pertimbangan dan estimasi. Karena suatu anggaran harus didasarkan pada prediksi atau kejadian masa depan, maka revisi atau modifikasi dari anggaran sebaiknya dilakukan ketika variasi dari estimasi membenarkan adanya perubahan dalam rencana.

  2. Anggaran dapat memfokuskan perhatian manajemen dalam cita-cita (seperti tingkat produksi yang tinggi atau tingkat penjualan kredit yang tinggi) yang tidak selalu sesuai dengan tujuan keseluruhan dari organisasi.

  3. Perencanaan laba harus memperoleh komitmen dari manajemen puncak dan kerja sama dari semua anggota manajemen.

  4. Penggunaan anggaran secara berlebihan sebagai alat evaluasi dapat menyebabkan perilaku disfungsional. Manajer mungkin mencoba menggunakan anggaran untuk mencapai anggaran pribadi

  5. Perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peran administrasi.

  6. Penyusunannya memakan waktu.