Apa yang dimaksud dengan Percaya diri (self-confidence)?

Percaya  diri

Percaya diri (self-confidence) adalah kemampuan individu untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya.

Orang yang percaya diri biasanya mempunyai inisiatif, kreatif, dan optimis terhadap masa depan, mampu menyadari kelemahan dan kelebihan diri sendiri, berpikir positif, menganggap semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya.

Orang yang tidak percaya diri ditandai dengan sikap-sikap yang cenderung melemahkan semangat hidupnya, seperti minder, pesimis, pasif, apatis dan cenderung apriori.

Apa yang dimaksud dengan Percaya diri (self-confidence) ?

percaya diri

Percaya diri adalah yakin pada kemampuan-kemampuan sendiri, yakin pada tujuan hidupnya, dan percaya bahwa dengan akal budi orang akan mampu melaksanakan apa yang mereka inginkan. Orang yang percaya diri mempunyai harapan-harapan yang realistis, dan mampu menerima diri serta tetap positif meskipun sebagian dari harapan-harapan itu tidak terpenuhi.

Pendapat di atas diperkuat dengan definisi rasa percaya diri yang dikemukakan oleh Barbara, yaitu sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan. Dalam pengertian ini rasa percaya diri karena kemampuan dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu.

Rasa percaya diri baru muncul setelah seseorang melakukan suatu pekerjaan secara mahir dan melakukannya dengan cara yang memuaskan hatinya. Oleh sebab itu, menurut Barbara, rasa percaya diri bersumber dari hati nurani, bukan dibuat-buat.

Rasa percaya diri berasal dari tekad dari diri sendiri untuk melakukan segala yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup seseorang yang terbina dari keyakinan diri sendiri.

Menurut seorang psikolog Miskell mendefinisikan percaya diri, menurutnya percaya diri adalah penilaian yang relatif tetap tentang diri sendiri, mengenai kemampuan, bakat, kepemimpinan, inisiatif dan sifat-sifat lain, serta kondisi-kondisi yang mewarnai perasaan manusia. Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat.

Rini mengatakan bahwa rasa percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

Menurut Martini dan Adiyati percaya diri diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan. Apabila seseorang tidak memiliki kepercayaan diri maka banyak masalah akan timbul karena kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian dari seseorang yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.

Percaya diri adalah satu aspek kepribadian yang terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungannya.

Menurut George dan Cristian kepercayaan pada diri sendiri adalah kemampuan berfikir rasional (Rational belief) berupa keyakinan-keyakinan, ide-ide dan proses berfikir yang tidak mengandung unsur keharusan yang menuntut individu sehingga menghambat proses perkembangan dan ketika menghadapi problem atau persoalan mampu berfikir , menilai, menimbang, menganalisa, memutuskan dan melakukan.

Rasa Percaya diri (Self-confidence) adalah dimensi evaluative yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri. Percayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri.

Percaya diri adalah kepercayaan terhadap kemampuan, kapasitas serta pengambilan keputusan (judgement) yang terdapat dalam dirinya sendiri. Berdasar definisi-definisi yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan percaya diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan.

Rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri. Sebagai contoh, seorang remaja bisa mengerti bahwa dia tidak hanya seseorang, tetapi ia juga seseorang yang baik. Tentu saja tidak semua remaja memiliki gambaran positif yang menyeluruh tentang diri mereka.

Menurut Aswi percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Pada dasarnya, percaya diri adalah keyakinan akan kemampuan seseorang untuk berhasil. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa bisa untuk melakukan dan mendapatkan yang terbaik, kepercayaan diri adalah keyakinan pada kemampuan individu untuk sampai pada kemampuan sendiri.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Chungliang Huang dan Jerry Lynch (2006) pada atlet olahraga menunjukkan bahwa tingkat tinggi kepercayaan diri, serta kemampuan untuk mempertahankan tingkat tinggi dari waktu ke waktu, merupakan faktor penting yang harus yang mereka miliki.

Bertentangan dengan apa yang kebanyakan orang berpikir, orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi kadang-kadang meragukan diri mereka sendiri atau kemampuan mereka, dari penelitian tersebut para atlet menyatakan perasaan ketakutan dan tekanan sebelum kompetisi tapi masih bekerja dengan baik.

Menjadi percaya diri tidak berarti tidak adanya pikiran atau perasaan negatif. Sebaliknya, percaya diri percaya pada kemampuan mereka untuk melakukan dengan baik meskipun perasaan seperti ketakutan atau keraguan.

Misalnya, ketika pada saat latihan berlangsung dan hasilnya buruk atau bahkan menunjukkan hasil dibawah rata-rata, mereka masih memiliki rasa percaya diri dan percaya pada kemampuan mereka untuk dapat melakukan
yang lebih baik.

Referensi :
  • Davies, Philippa. 2004. Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Jogjakarta: Torrent Books.
  • Barbara. 2005. Percaya Diri. Jakarta: PT. Gramedia.
  • Rini, Jasinta F, 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri.
  • Alsa, Asmadi. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik. Semarang. Jurnal Psikologi.
  • Afiatin, Tina & Budi Andayani.1996. Konsep Diri, Harga Diri, Dan Kepercayaan Diri Remaja.
  • Jurnal Psikologi Universitas Gajah Mada.
  • Santrock. John. W. 2003 Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga,
  • Jurjis, Malak. 2004. Cara Mengatasi Gejolak Emosi Anak (Panduan Islam Dalam Mendidik Anak Supaya Percaya Diri), Jakarta: PT Mizan Publika,
  • Santrock. W. Jhon. 2003 Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga,
  • Aswi. Mastuti. Indari. 2008. 50 Kiat Percaya Diri, Jakarta: Hi-Fest Publishing.
  • Shelley H. Carson & Ellen J. Langer (2006). Mindfulness And Self-Acceptance. Harvard University, USA.
  • Hurlock.E. Adolescent Development, (4th ed.), (Internal Student Edition).1979.

Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tanpa adanya kepercayaan diri akan menimbulkan masalah pada diri individu. Kepercayaan diri diperlukan baik oleh anak-anak maupun orang tua, individu maupun kelompok.

Berikut adalah pengertian percaya diri menurut beberapa ahli :

  • Menurut Pradipta Sarastika (2014) percaya diri dapat diartikan bahwa suatu kepercayaan akan kemampuan diri sendiri yang memadai dan menyadari bahwa kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara tepat.

  • Menurut Feri Ermaningsih (2013), percaya diri adalah suatu keyakinan dalam jiwa manusia untuk berbuat sesuatu bahwa dirinya memiliki kemampuan sehingga dapat mencapai tujuannya.
    Pendapat kedua ahli di atas menjelaskan bahwa kepercayaan diri membuat individu merasa yakin akan kemampuan dirinya dan dapat memanfaatkannya secara tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

  • Menurut Savitri Ramadhani (2008) bahwa kepercayaan diri merupakan keyakinan dan kemampuan diri sendiri untuk mencapai suatu yang dicita-citakan.

  • Menurut Santrock (2003), kepercayaan diri juga dapat meyakinkan diri sendiri bahwa dirinya dapat menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang positif.

  • Menurut M. N. Ghufron & Rini Risnawita S. (2010) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggungjawab, rasional, dan realistis.

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, dapat disimpulkan kepercayaan diri adalah kepercayaan yang ada pada diri individu bahwa dirinya memiliki kemampuan yang dapat dimanfaatkan secara tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Individu yang memiliki kepercayaan diri akan terlihat lebih tenang, tidak merasa takut, dan mampu memperlihatkan kepercayaan dirinya setiap saat. Menurut M. N. Ghufron & Rini Risnawita S. (2010) bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri memiliki aspek-aspek keyakinan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional, dan realistis.

Aspek-aspek kepercayaan diri yang diungkapkan oleh Lautser memiliki kesamaan dengan aspek-aspek kepercayaan diri yang diungkapkan oleh M. N. Ghufron & Rini Risnawita S. yang secara garis besar dapat dipaparkan sebagai berikut:

  • Memiliki rasa aman
    Perasaan aman adalah terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang di sekelilingnya.

  • Yakin pada kemampuan diri sendiri
    Perasaan yakin pada kemampuan diri sendiri adalah merasa tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

  • Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran
    Aspek kepercayaan diri yang tidak mementingkan diri sendiri dan toleran adalah mengerti kekurangan yang ada pada dirinya serta dapat menerima pandangan dari orang lain.

  • Ambisi normal
    Ambisi yang normal adalah ambisi yang disesuaikan dengan kemampuan, tidak ada kompensasi dari ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik, dan bertanggungjawab.

  • Mandiri
    Mandiri adalah tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu.

  • Optimis
    Optimis adalah memiliki pandangan dan harapan yang positif mengenai diri dan masa depannya.

Menurut Peale, mengungkapkan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri individu meliputi aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial.

  • Aspek Fisik
    Keadaan fisik seperti kegemukan, kurang tinggi, cacat anggota tubuh atau rusaknya salah satu indera, kekurangan yang jelas terlihat oleh orang lain, dan menimbulkan perasaan tidak berharga terhadap keadaan fisiknya, karena individu amat merasakan kekurangan yang ada pada dirinya jika dibandingkan dengan orang lain. Hal tersebut membuat individu tidak dapat bereaksi secara positif dan memunculkan rasa minder yang berkembang menjadi rasa tidak percaya diri.

  • Aspek Psikis
    Individu akan percaya diri karena mempunyai kemampuan yang tinggi meliputi perasaan, keahlian khusus yang dimiliki, dan sikap individu terhadap diri sendiri.

  • Aspek Sosial
    Kepercayaan diri terbentuk melalui dukungan sosial yakni dukungan dari orang tua dan orang yang ada di sekitarnya. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan hidup utama dalam kehidupan seseorang.

Kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang. Kepercayaan diri dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal diri dalam individu sendiri. Norma dan pengalaman keluarga, tradisi kebiasaan dan lingkungan sosial atau kelompok dimana keluarga itu berasal.

Kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain.

Berikut adalah pengertian dari percaya diri menurut beberapa ahli :

  • Hakim berpendapat, rasa percaya diri secara sederhana bisa dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.

  • Kepercayaan diri menurut Zakiah Darajat adalah percaya kepada diri sendiri yang ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang dilalui sejak kecil. Orang yang percaya pada diri sendiri dapat mengatais segala faktor-faktor dan situasi, bahkan mungkin frustasi, bahkan mungkin frustasi ringan tidak akan terasa sama sekali. Tapi sebaliknya orang yang kurang percaya diri akan sangat peka terhadap bermacam-macam situasi yang menekan.

  • Menurut Psikolog W.H. Miskell (1939), “Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat."

  • Anthony (1992) berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berfikir psoitif, memiliki kemandirian, mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.6

  • Menurut Inge, Rasa percaya diri ( self confidence ) adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perlaku tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Dengan kata lain, kepercayaan diri adalah bagaimana merasakan tentang diri sendiri, dan perilaku akan merefleksikan tanpa disadari.

  • Menurut Lauster (1992), kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, dan tanggung jawab.

Maslow menyatakan bahwa percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.

Lauster (1992) menambahkan bahwa kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu yang baik. Anggapan seperti ini membuat individu tidak pernah menjadi orang yang mempunyai kepercayaan diri yang sejati. Bagaimanpun kemampuan manusia terbatas pada sejumlah hal yang dapat dilakukan dengan baik dan sejumlah kemampuan yang dikuasai.

Aspek Aspek Kepercayaan Diri


Menurut Rini (2006) orang yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan mampu bergaul secara fleksibel, mempunyai toleransi yang cukup baik, tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak serta mampu menentukan langkah-langkah pasti dalam kehidupannya. Individu yang mempunyai kepercayaan tinggi akan terlihat lebih tenang, tidak memiliki rasa takut, dan mampu mempelihatkan kepercayaan dirinya setiap saat.

Terdapat beberapa aspek kepercayaan diri positif yang dimiliki seseorang seperti yang diungkapkan oleh Lauster (1992) sebagai berikut:

  1. Keyakinan akan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh sungguh akan apa yang dilakukannya.

  2. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuannya.

  3. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.

  4. Bertanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

  5. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian dengan mengunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Proses Pembentukan Kepercayaan Diri


Menurut Hakim (2002) percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang terdapat proses tertentu di dalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Secara garis besar terbentuknya rasa percaya diri yang kuat pada seseorang terjadi melalui empat proses antara lain :

  1. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu

  2. Pemahanam seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya yang melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.

  3. Pemahaman dan reaksi-reaksi positif seseorang tehadap kelemahan- kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri.

  4. Pengalaman dalam menjalani berbgai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

Pada dasarnya, proses pembentuan kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkembang sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan, pemahaman kelebihan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri yang kuat pula untuk menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.

Referensi
  • Ghufron, Nur, dan Risnawita, Rini. Teori-Teori Psikologi . (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011).
  • Alsa, Asmadi dkk. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik . Semarang. Jurnal psikologi. No.1. 47-58.
  • Drajat zakiah. 1995. Kesehatan mental. Jakarta. Cv. Haji masagung.
  • Inge Pudjiastuti Adywibowo. 2010. Memperkuat Kepercayaan Diri Anak melalui Percakapan Referensial. Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010. Jakarta.
  • Sokolova, Irina V. dkk. Kepribadian Anak, Sehatkah Kepribadian Anak Anda?. (Yogyakarta: Kata Hati. 2008).
  • Hakim. T. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. (Jakarta: Purwa Swara, 2002).

Pengertian Percaya Diri

Kepercayaan diri memiliki peran yang penting dalam proses belajar, karena dengan memiliki kepercayaan diri yang kuat maka seseorang akan mencurahkan segenap kemampuanya serta upaya yang diperlukan untuk mempelajari metode yang tepat untuk mencapai tujuanya. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama dengan manusia yang lain. Hal ini tercantum dalam firman Allah SWT QS Al-Imran :139

Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

Dalam buku Adolescence perkembangan remaja karangan John Santrock, kepercayaan diri diartikan sebagai dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Kehidupan sosial pada jenjang sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya tentang keberadaanya tentang dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk bagaimana orang lain percaya tentang keberadaan dirinya. Pada diri seorang remaja mereka sering berada dalam kebimbangan, tidak begitu percaya diri sendiri, dan selalu cemas untuk melakukan sesuatu yang benar dan yang bisa diterima dalam hubungan mereka dengan orang lain.

Menurut Hakim “kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap segala kelebihan aspek yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa untuk mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya.” Individu yang percaya diri akan merasa yakin terhadap dirinya sendiri. Individu juga merasa optimis dalam melakukan segala aktivitas sehingga dapat mengoptimalkan kelebihan-kelebihannya serta dapat membuat tujuan hidup yang realistis bagi dirinya, artinya individu itu menetapkan tujuan hidupnya maka individu tersebut mampu untuk melakukan sesuatu dalam dirinya sendiri.

Rasa percaya diri ( self confidence ) adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Dengan kata lain, kepercayaan diri adalah bagaimana kita merasakan tentang diri kita sendiri, dan perilaku manusia akan merefleksikannya tanpa disadari. Percaya diri merupakan sikap yang harus dimiliki oleh orang-orang yang ingin mendapat kesuksesan, karena tanpa percaya diri mustahil seseorang mampu menghadapi masalah yang dihadapinya. Kepercayaan terhadap dirinya juga gambaran kemampuan dan kebenaran dalam mengambil kesimpulan tentang apa yang terbaik untuk berhasil sesuai apa yang diharapkannya, apabila memilki keyakinan dan kepercayaan yang teguh akan dirinya sendiri walaupun mempunyai kekurangan-kekurangan akan dirinya sendiri.

Dari beberapa pendapat dapat diatas dapat disimpulkan. kepercayaan diri (Self confidence) adalah keyakinan pada diri individu bahwa individu tersebut mampu melakukan sesuatu hal dengan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki oleh individu tersebut. Kepercayaan diri merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil.

Proses Terbentuknya Percaya Diri


Rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang melainkan dari proses tertentu di dalam pribadinya. Menurut Hakim secara garis besar “proses terbentuknya rasa percaya diri yang kuat melalui proses :

  1. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

  2. Pemahaman-pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan yang besar untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.

  3. Pemahaman dan reaksi positif terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit percaya diri.

  4. Pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala sesuatu yang ada pada dirinya”.

Proses terbentuknya rasa percaya diri bila mengalami kekurangan akan mengakibatkan sesorang mengalami hambatan untuk memperoleh rasa percaya diri. Individu dalam meningkatkan kepercayaan diri harus dapat memenuhi seluruh proses. Menurut Angelis “rasa percaya diri lahir dari kesadaran pada diri sendiri dan tekad untuk melakukan segala sesuatu sampai tujuan yang diinginkan tercapai. ” Kepercayaan diri bersumber dari hati nurani dan dari keyakinan diri sendiri.

Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya percaya diri adalah yang pertama terbentuknya kepribadian sesuai dengan tahap perkembangannya, yang kedua pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya, yang ketiga yaitu melalui pengalaman-pengalaman yang telah dilaluinya dan yang terakhir adalah keyakinan dan tekad untuk melakukan suatu usaha agar tujuan hidupnya tercapai.

Jenis-Jenis Kepercayaan Diri


Menurut Angelis dalam bukunya Self Confident menjelaskan bahwasannya kepercayaan diri itu berkenaan dengan tiga hal, yaitu :

  • Tingkah laku, kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan melakukan segala sesuatu sendiri. Dengan tiga ciri penting, yaitu:

    1. Keyakinan atas kemauan sendiri untuk melakukan sesuatu.
    2. Keyakinan atas kemampuan untuk menindak lanjuti segala prakarsa sendiri secara konsekuen.
    3. Keyakinan atas kemampuan pribadi dalam menanggulangi segala kendala.
  • Emosi, adalah kepercayaan diri untuk yakin dan mampu menguasai emosi, ada empat ciri penting, yaitu :

    1. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengetahui perasaan diri sendiri.
    2. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengungkapkan perasaan dengan baik.
    3. Keyakinan untuk dapat bersosialisasi dengan baik.
    4. Keyakinan untuk mengetahui manfaat apa yang bisa disumbangkan pada orang lain.
  • Spiritual, kepercayaan diri spiritual merupakan kepercayaan diri yang terpenting, karena tidak mungkin kita dapat mengembangkan kedua jenis kepercayaan diri yang lain jika kepercayaan diri spiritual tidak kita dapatkan. Yaitu menegaskan kedudukan dalam hubunganya dengan keberadaan seluruh alam semesta ini. Ada tiga hal yang menjadi ciriny a:

    1. Keyakinan bahwa semesta ini adalah suatu misteri yang terus berubah, dan bahwa setiap perubahan dalam kemestaan itu merupakan bagian dari suatu perubahan yang lebih besar lagi.

    2. Kepercayaan atas adanya kodrat alami, sehingga segala yang terjadi tidak lebih dari kewajaran belaka.

    3. Keyakinan pada diri sendiri dan pada adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi, Yang Maha Tahu atau apapun ungkapan rohani kita pada Maha Pencipta semesta ini.40

Aspek-Aspek Percaya Diri


Individu yang memiliki rasa percaya diri itu akan terlihat lebih tenang, tidak memiliki rasa takut, dan mampu memperlihatkan rasa kepercayaan dirinya disetiap saat. Adapun aspek-aspek percaya diri menurut Leuster sebagai berikut :

1. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya merupakan keyakinan kemampuan diri. Seseorang mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.

2. Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya.

3. Objektif
Seseorang yang memandang permasalahan sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut dirinya.

4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

5. Rasional dan realistis
Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek percaya diri adalah keyakinan kemampuan diri, optimis, obyektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis. Dan dapat dijadikan indikator dalam istrumen kuisioner percaya diri. Adapun indikator-indikator tersebut adalah :

  • Kemampuan diri,
  • Optimis
  • Obyektif
  • Bertanggung jawab
  • Rasional dan realistis

Pengertian Kepercayaan Diri


Percaya diri merupakan bagian dari alam bawah sadar yang hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan (Aryani, dkk., 2009). Percaya diri adalah keberanian yang datang dari kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan kita (Goleman, 2001). Anthony (dalam Ruwaida, dkk., 2006) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.

Menurut Lauster (dalam Yulianto dan Nashori, 2006) kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas melakukan hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang dan memiliki dorongan untuk berprestasi. Adapun menurut Setyobroto (dalam Yulianto dan Nashori, 2006) percaya diri adalah rasa percaya bahwa ia sanggup dan mampu untuk mencapai prestasi tertentu; apabila prestasinya sudah tinggi maka individu yang bersangkutan akan lebih percaya diri.

Berdasar uraian di atas, maka yang dimaksud kepercayaan diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri, merasa sanggup dan mampu untuk mencapai prestasi tertentu sehingga orang yang bersangkutan tidak cemas, bebas melakukan hal yang disukai serta bertanggung jawab atas perbuatannya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri


Menurut Ruwaida, dkk. (2006) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya kepercayaan diri antara lain:

  1. Konsep diri dan harga diri.
    Terbentuknya kepercayaan diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang didapat melalui pergaulan dalam suatu kelompok, dimana hasil interaksi yang terjalin di antara mereka akan membentuk suatu konsep diri. Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif terhadap dirinya, maka orang tersebut akan dapat menghargai dirinya. Harga diri yang tinggi merupakan dasar untuk meningkatkan kepercayaan diri.

  2. Kondisi fisik.
    Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan rasa percaya diri seseorang.

  3. Kegagalan dan kesuksesan.
    Seseorang yang mengalami kegagalan hidup, cenderung merasa kurang percaya diri, sehingga timbul perasaan tidak mampu dalam dirinya. Sebaliknya, seseorang yang selalu berhasil atau sukses dalam hidupnya mereka akan menampakkan kepercayaan diri yang tinggi. Oleh karena itu, mereka merasa dirinya mampu.

  4. Pengalaman hidup.
    Pemenuhan akan kasih sayang, rasa aman, harga diri adalah tiga macam kebutuhan yang cukup dominan, sehingga apabila tidak terpenuhi akan berakibat fatal bagi pertumbuhan dan perkembangan mental.

  5. Pendidikan.
    Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan seseorang menjadi tergantung dan berada di bawah kekuasaan orang lain yang lebih baik darinya. Begitu sebaliknya, orang akan mampu memenuhi tantangan hidup dengan penuh kepercayaan diri dan kekuatan serta memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.

  6. Peran lingkungan keluarga terhadap terbentuknya kepercayaan diri.
    Keluarga merupakan lingkungan terkecil dimana pada tahap perkembangan, lingkungan sangat berpengaruh pada psikologi seseorang, dimana pengaruh ini bisa secara langsung atau tidak. Menurut Afiatin dan Martaniah (1998) kepercayaan diri berkembang melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan psikologis dan sosiologis yang kondusif akan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Lingkungan psikologis dan sosiologis yang kondusif adalah lingkungan dengan suasana demokratis, yaitu adanya suasana penuh penerimaan, kepercayaan, rasa aman dan kesempatan untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan. Lingkungan psikologis dan sosiologis yang tidak kondusif adalah lingkungan dengan suasana penuh tuntutan, tidak menghargai pendapat orang lain dan tidak ada kesempatan untuk mengekspresikan ide dan perasaan.

Berdasar uraian di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah konsep diri dan harga diri, kondisi fisik, kegagalan dan kesuksesan, pengalaman hidup, pendidikan, peran lingkungan keluarga terhadap terbentuknya kepercayaan diri, lingkungan psikologis, dan lingkungan sosiologis.

Ciri-ciri Individu yang Mempunyai Kepercayaan Diri


Goleman (2001) mengartikan kepercayaan diri sebagai kesadaran yang kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri. Orang dengan kecakapan ini:

  1. Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan “keberadaannya”.
  2. Berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran.
  3. Tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan.

Seseorang yang percaya pada diri sendiri tidaklah hati-hati secara berlebihan; dia yakin akan ketergantungan dirinya. Karena percaya pada diri sendiri tidak menjadi terlalu egois, dia lebih toleran, karena dia tidak langsung melihat dirinya sedang mempersoalkan, dan cita-citanya normal karena tidak ada perlunya bagi dia untuk menutupi kekurangpercayaan pada diri sendiri dengan cita-cita yang berlebihan (exaggregate ambition) (Lauster, 2002).

Orang yang memiliki rasa percaya diri umumnya memandang diri sendiri sebagai orang yang produktif, mampu menghadapi tantangan dan mudah menguasai pekerjaan atau ketrampilan diri. Mereka mempercayai diri sendiri sebagai katalisator, penggerak, dan pelopor, serta merasa bahwa kemampuankemampuan mereka lebih unggul dibanding kebanyakan orang lain (Goleman, 2001).

Guilford, dkk. (dalam Afiatin dan Martaniah, 1998) menyebutkan bahwa seorang individu yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Individu merasa kuat terhadap tindakan yang dilakukan. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Ia merasa optimis, cukup ambisius, tidak selalu memerlukan bantuan orang lain, sanggup bekerja keras, mampu menghadapi tugas dengan baik dan bekerja secara efektif serta bertanggung jawab atas keputusan dan perbuatannya.
  2. Individu merasa diterima oleh kelompoknya. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kemampuannya dalam berhubungan sosial. Ia merasa bahwa kelompoknya atau orang lain menyukainya, aktif menghadapi keadaan lingkungan, berani mengemukakan kehendak atau ide-idenya secara bertanggung jawab dan tidak mementingkan diri sendiri.
  3. Individu percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan sikap. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan dan kemampuannya. Ia bersikap tenang, tidak mudah gugup, cukup toleran terhadap berbagai macam situasi.

Berdasar uraian di atas, maka ciri-ciri seseorang yang memiliki kepercayaan diri adalah berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran, tegas, lebih toleran, memandang diri sendiri sebagai orang yang produktif, mampu menghadapi tantangan dan mudah menguasai pekerjaan atau keterampilan diri, mempercayai diri sendiri sebagai katalisator, penggerak, dan pelopor, serta merasa bahwa kemampuan-kemampuan mereka lebih unggul dibanding kebanyakan orang lain, merasa adekuat terhadap tindakan yang dilakukan, merasa diterima oleh kelompoknya, dan memiliki ketenangan sikap.

Pengertian Penyesuaian Sosial


Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial (Sunarto dan Hartono, 2002). Penyesuaian adalah suatu proses yang terdiri dari belajar dan memahami diri sendiri dan lingkungan (sosial dan fisik), menggunakan pemahaman untuk mengatur tujuan yang nyata, menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk mengontrol lingkungan dan nasib sehingga dapat mencapai tujuan, serta peka terhadap kebutuhan dan perhatian yang lain sehingga kita juga dapat memberi kontribusi positif pada kehidupan orang lain (Worchel dan Goethals, 1985).

Penyesuaian sosial memiliki beberapa definisi. Menurut Agustiani (2006) penyesuaian sosial merupakan penyesuaian yang dilakukan individu terhadap lingkungan di luar dirinya, seperti lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. Menurut Hurlock (1997), penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Menurut Schneiders (dalam Agustiani, 2006) penyesuaian sosial merupakan suatu kapasitas atau kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan relasi sosial, sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat terpenuhi dengan cara-cara yang dapat diterima dan memuaskan.

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Vermaes, dkk., 2007), penyesuaian sosial dapat didefinisikan sebagai cara di mana seorang individu memenuhi perannya dalam hubungan sosial. Adapun Vanden Boss (2007) menyebutkan bahwa penyesuaian sosial adalah penyesuaian terhadap tuntutan-tuntutan, larangan, dan adat istiadat masyarakat, termasuk kemampuan untuk hidup dan bekerja dengan orang lain secara harmonis dan memuaskan untuk terlibat dalam interaksi sosial dan hubungan.

Berdasar uraian di atas, maka yang dimaksud penyesuaian sosial adalah kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar dirinya dengan cara-cara yang dapat diterima, sehingga mampu berinteraksi secara memuaskan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Sosial Menurut Agustiani (2006), faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial adalah:

  1. Faktor kondisi fisik, yang meliputi faktor keturunan, kesehatan, bentuk tubuh dan hal-hal lain yang berkaitan dengan fisik.

  2. Faktor perkembangan dan kematangan, yang meliputi perkembangan intelektual, sosial, moral, dan kematangan emosional.

  3. Faktor psikologis, yaitu faktor-faktor pengalaman individu, frustrasi dan konflik yang dialami, dan kondisi-kondisi psikologis seseorang dalam penyesuaian diri.

  4. Faktor lingkungan, yaitu kondisi yang ada pada lingkungan, seperti kondisi keluarga, kondisi rumah, dan sebagainya.

  5. Faktor budaya, termasuk adat-istiadat dan agama yang turut mempengaruhi penyesuaian diri seseorang.

Menurut Hurlock (1997), kondisi yang menimbulkan kesulitan bagi anak untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik adalah:

  1. Jika pola perilaku sosial yang buruk dikembangkan di rumah, anak akan menemui kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosial yang baik di luar rumah, meskipun dia diberi motivasi kuat untuk melakukannya.

  2. Jika rumah kurang memberikan model perlu untuk ditiru, anak akan mengalami hambatan serius dalam penyesuaian sosialnya di luar rumah.

  3. Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering timbul dari pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan – di rumah atau di luar rumah.

  4. Meskipun memiliki motivasi kuat untuk belajar melakukan penyesuaian sosial yang baik, anak tidak mendapatkan bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar ini.

Menurut Sunarto dan Hartono (2002), faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri adalah:

  1. Kondisi-kondisi fisik, termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan syaraf, kelenjar, dan sistem otot, kesehatan, penyakit, dan sebagainya.
  2. Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, sosial, moral, dan emosional.
  3. Penentu psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman belajarnya, pengkondisian, penentuan diri (self-determination), frustrasi, dan konflik.
  4. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.
  5. Penentu kultural, termasuk agama.

Menurut Berndt dan Keefe (dalam Chandola dan Bhanot, 2008) dukungan orangtua untuk interaksi sosial mempengaruhi penyesuaian sosial secara total dan signifikan.

Berdasar uraian di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial adalah kondisi fisik, perkembangan dan kematangan (intelektual, sosial, moral, dan emosional), penentu psikologis (pengalaman, pengkondisian, penentuan diri, frustrasi, dan konflik), kondisi lingkungan, budaya (adat-istiadat dan agama), serta kehidupan dalam keluarga (pola perilaku di rumah dan dukungan orangtua).

Aspek-aspek Penyesuaian Sosial


Menurut Hurlock (1997) aspek penyesuaian sosial adalah:

  1. Penampilan nyata. Jika perilaku sosial anak, seperti yang dinilai berdasarkan standar kelompok, dia akan menjadi anggota yang diterima kelompok.

  2. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok. Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok – baik kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasa – secara sosial dianggap sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik.

  3. Sikap sosial. Anak harus menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, terhadap partisipasi sosial, dan terhadap perannya dalam kelompok sosial, bila ingin dinilai sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial.

  4. Kepuasan pribadi. Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, anak harus merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota

Menurut Schneiders (dalam Kusuma dan Gusniati, 2008) aspek-aspek penyesuaian diri sosial adalah:

  1. Penyesuaian diri terhadap keluarga. Penyesuaian diri yang baik terhadap lingkungan keluarga memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    • Adanya hubungan yang sehat antar anggota keluarga, tidak ada penolakan (rejection) orang tua terhadap anak-anaknya, tidak ada permusuhan, rasa benci atau iri hati antar anggota keluarga.
    • Adanya penerimaan otoritas orang tua, hal ini penting untuk kestabilan rumah tangga dan anak wajib menerima disiplin orang tua secara logis.
    • Kemampuan untuk mengemban tangung jawab dan penerimaan terhadap pembatasan atau larangan yang ada di dalam peraturan keluarga.
    • Adanya kemauan saling membantu antara anggota keluarga baik secara perorangan maupun kelompok.
    • Kebebasan dari ikatan secara emosional secara bertahap dan menumbuhkan rasa mandiri.
  2. Penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah. Penyesuaian diri yang baik terhadap lingkungan sekolah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    • Adanya perhatian, penerimaan, minat dan partisipasi terhadap fungsi dan aktivitas sekolah.
    • Adanya hubungan yang baik dengan komponen sekolah seperti guru dan teman sebaya.
  3. Penyesuaian diri terhadap lingkungan masyarakat. Penyesuaian diri yang baik terhadap lingkungan masyarakat memiliki ciriciri mengenal dan menghormati orang lain serta mampu mengembangkan sifat bersahabat, mempunyai perhatian dan mampu bersimpati dengan orang lain, bersikap hormat terhadap hukum, tradisi, dan adat-istiadat. Berdasar uraian di atas, maka aspek-aspek penyesuaian sosial adalah penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, dan kepuasan pribadi.

Ciri-ciri Individu yang Mempunyai Penyesuaian Sosial yang Baik


Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain – baik teman maupun orang yang tidak dikenal – sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Biasanya orang yang berhasil melakukan penyesuaian sosial dengan baik mengembangkan sikap sosial yang menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang lain, meskipun mereka sendiri mengalami kesulitan. Mereka tidak terikat pada diri sendiri (Hurlock, 1997).

Menurut Sunarto dan Hartono (2002), karakteristik penyesuaian diri yang positif adalah:

  1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional.
  2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
  3. Tidak menunjukkan adanya frustrasi pribadi.
  4. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
  5. Mampu dalam belajar.
  6. Menghargai pengalaman.
  7. Bersikap realistik dan objektif.

Menurut Kartini Kartono (2000), bentuk penyesuaian sosial yang baik adalah:

  1. Ada kesanggupan untuk mereaksi secara efektif dan harmonis terhadap realitas sosial dan situasi sosial, dan bisa mengadakan relasi sosial yang sehat.

  2. Bisa menghargai pribadi lain dan menghargai hak-hak sendiri di dalam masyarakat.

  3. Bisa bergaul dengan orang lain dengan jalan membina persahabatan yang kekal.

  4. Bersimpati terhadap pribadi orang lain dan kesejahteraan orang lain.

Berdasar uraian di atas, maka ciri-ciri orang yang memiliki penyesuaian sosial yang baik adalah mengembangkan sikap sosial yang menyenangkan, tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional, tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis, tidak menunjukkan adanya frustrasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu dalam belajar, menghargai pengalaman, bersikap realistik dan objektif, sanggup untuk mereaksi secara efektif dan harmonis terhadap realitas sosial dan situasi sosial, bisa menghargai pribadi lain dan menghargai hak-hak sendiri di dalam masyarakat, bisa bergaul dengan orang lain dengan jalan membina persahabatan yang kekal, serta bersimpati terhadap pribadi orang lain dan kesejahteraan orang lain.

Pengertian Percaya Diri

Pendidikan diharapkan bisa menjadikan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Sehingga ia dapat mkewujudkan dirinya dan memfungsikan sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadi dan lingkungannya. Pendidikan juga sebagai upaya dalam menciptakan manusia dewasa dalam arti bahwa peserta didik dapat menjadi manusia dewasa yang kompleks yaitu dengan menentukan sebuah keajaiban memecahkan masalah dan bertanggung jawab atas segala keputusannya untuk menuju itu maka harus ada kepercayaan. Hal inilah yang kemudian disebut dengan self confident (kepercayaan diri).

Menurut Tarsis Tasmudji syarat utama agar anak didik bisa mandiri dalam segala tindakan yaitu jika anak didik percaya pada kemampuan dan kekuatan dirinya. Bahwa apa yang mereka lakukan itu baik dan benar. Tanpa kepercayaan diri maka timbul keraguan dalam segala tindakannya. Bahkan kadang-kadang dapat menyebabkan tidak berani berbuat apapun termasuk dalam menyelasaikan suatu tugas tanpa mengharapkan bantuan orang lain. Dari uraian diatas maka definisi dari rasa Percaya Diri (Self Confidence) menurut Gael Lindenfield adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Sedangkan kepercayaan diri adalah sikap positif seorang induvidu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

Percaya diri merupakan modal dasar seorang anak manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Ketika baru dilahirkan, seorang anak sangat bergantung pada orang dewasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam proses selanjutnya anak berhasil bertahan hidup dan makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan pada orang dewasa dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Menurut Anita Lie Kehidupaan keluarga yang hangat dan hubungan antar keluarga yang erat akan memberikan rasa aman. Selanjutnya rasa aman ini memungkinkan anak akan memperoleh modal dasar percaya diri. Dengan percaya diri anak akan tumbuh dalam pengalaman dan kemampuan dan akhirnya menjadi pribadi yang sehat dan mandiri.

Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa rasa percaya diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan yakin pada kekuatan dan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pendidik untuk diselesaikan tanpa mengharap bantuan dari orang lain atau temannya dan didasari dengan memiliki konpetensi yaitu mampu dan percaya dia bisa menyelesaikan tugas tersebut. Dengan rasa percaya diri anak didik akan bersikap tenang dalam berbagai situasi termasuk dalam menyelesaikan tugas dan tidak akan takut untuk berprestasi di sekolah, mereka juga tidak akan merasa rendah diri karena minder dan tidak akan ragu dalam bertindak walaupun itu penuh resiko sebab ia yakin akan kemampuan dirinya sendiri.

Referensi

http://digilib.uinsby.ac.id/5622/5/Bab%202.pdf

Konsep percaya diri pada dasarnya merupakan suatu keyakinan untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan pilihan dan membuat keputusan sendiri pada diri sendiri bahwa ia mampu untuk melakukan sesuatu. Artinya keyakinan dan percaya diri hanya timbul pada saat seseorang mengerjakan sesuatu yang memang mampu dilakukannya.

Selain itu, menurut Al Uqshari (2005) percaya diri adalah salah satu kunci kesuksesan hidup individu. Karena tanpa adanya rasa percaya diri, individu tidak akan sukses dalam berinteraksi dengan orang lain. Di samping itu, tanpa adanya rasa percaya diri, individu niscaya tidak akan bisa mencapai keinginan yang diidam – idamkan.

Enung Fatimah mengartikan kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, tetapi rasa percaya diri hanya merujuk pada adanya perasaan yakin mampu, memiliki kompetensi dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Menurut Barbara De Angelis (1997), percaya diri adalah sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan. Percaya diri atau keyakinan diri diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap individu dalam kehidupannya, serta bagaimana individu tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri.

Thursam Hakim mengartikan percaya diri sebagai keyakinan individu terhadap segala aspek kelebihan dan kompetensi yang dimiliki dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai semua tujuan dalam hidupnya.

Jenis-Jenis Rasa Percaya Diri

Barbara De Angelis (2003) menyebutkan bahwa ada tiga jenis kepercayaan diri yang perlu dikembangkan pada individu, yaitu berkenaan dengan tingkah laku, emosi, dan spiritualitas. Pertama kepercayaan diri tingkah laku, yaitu kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangan maupun tugas sederhana lainnya seperti mengembalikan barang yang dipinjam tepat waktu, hingga melakukan sesuatu untuk meraih cita-cita.

Kedua kepercayaan diri emosional, yaitu kepercayaan diri untuk mampu menguasai segenap sisi emosi individu, untuk memahami segala yang dirasakan, menggunakan emosi untuk memilih secara tepat, melindungi diri dari sakit hati, atau mengetahui cara bergaul dengan orang lain secara sehat dan langgeng.

Terkahir kepercayaan diri spiritual yang menurut Angelis adalah kepercayaan diri terpenting dari ketiganya. Kepercayaan diri spiritual mencakup keyakinan kepada adanya Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta alam semesta, keyakinan terhadap adanya takdir, keyakinan bahwa hidup ini memiliki tujuan yang positif, dan keyakinan bahwa keberadaan seseorang mempunyai mempunyai makna.

Karakteristik Rasa Percaya Diri

Menurut Lauster orang yang memiliki rasa percaya diri yang positif memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa dia mengerti sungguh sungguh akan apa yang dilakukannya.
  2. Optimis, yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuannya.
  3. Obyektif, yaitu memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.
  4. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
  5. Rasional dan realistis, yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, maupun sesuatu kejadian dengan mengunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.