Apa yang dimaksud dengan Perawatan ortodontik preventif (Preventive Orthodontics)?

Ilmu ortodonti pencegahan adalah ilmu yang mempelajari segala macam usaha untuk mencegah terjadinya kelainan oklusi (maloklusi)

Ilmu ortodonti pencegahan merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi pencegahan (Preventive Dentistry)

Apa yang dimaksud dengan Perawatan ortodontik preventif (Preventive Orthodontics) ?

Ortodonti pencegahan berarti tindakan yang dinamis, terus menerus dan disiplin bagi dokter gigi dan pasiennya. Ortodonti pencegahan memerlukan perawatan yang lama, terus menerus mengikuti waktu pertumbuhan dan perkembangan dentofasial.

Tujuan ortodonti pencegahan adalah untuk mempertahankan oklusi normal.

CARA MEMPERTAHANKAN OKLUSI NORMAL

Hal-hal yang diperlukan untuk mempertahankan oklusi normal adalah :

  1. Hubungan yang baik antara dokter gigi dan pasien Hubungan dimulai dari saat visite pertama pasien dan orang tua ke dokter gigi. Melalui penyuluhan yang dilengkapi dengan ilustrasi dan model gigi, orang tua dan pasien akan mengetahui dengan jelas bahwa oklusi normal itu tidak terjadi begitu saja. Mereka harus mengetahui bahwa banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya penyimpangan dari oklusi normal, kerumitan perkembangan gigi. Harus mengetahui bahwa jauh lebih mudah mencegah atau menghambat terjadinya maloklusi daripada merawatnya.

  2. Catatan diagnostik Anak seharusnya dibawa ke dokter gigi seawal mungkin.

    • Pada umur 2,5 tahun Ini tidak berarti harus dirawat, cukup diperkenalkan dengan alat-alat pemeriksaan, pemeriksaan klinik sederhana dan catatan keadaan kesehatan gigi dan mulutnya.

    • Pada umur 5 tahun Dokter gigi sudah mulai menentukan jadwal pemeriksaan gigi bagi anak secara rutin untuk memulai catatan diagnostik jangka panjang.

  3. Pengambilan foto Ro-Bite-wing 2 kali setahun -Periapikal 1 kali setahun -Lengkap setiap 2 tahun 1 kali cukup -OPG (Oral Panoramic Radiografi)

  4. Model studi

    • Selama tahun-tahun kritis, yaitu umur 6 – 12 tahun pengambilan model studi perlu dilakukan setiap 1 tahun sekali. Model studi tidak perlu dibuat dengan basis yang rapi dan dipolis tetapi cukup bagian lengkung gigi dan rahang.

    • Kegunaan model studi untuk :

      • Menjelaskan keadaan oklusi gigi pasien kepada pasien dan orang tuanya.
      • Menentukan diagnostik kasus dan cara mempertahankan oklusi normal.
      • Pembuatan model studi sangat penting terutama apabila pengambilan foto Ro” tidak mungkin dilakukan.

ALTERNATIF MEMPERTAHANKAN OKLUSI NORMAL

Dokter gigi dapat memilih satu diantara tiga alternatif, yaitu :

  1. Mencegah terjadinya maloklusi
  2. Menghambat perkembangannya maloklusi
  3. Mengoreksi maloklusi yang telah terjadi

Alternatif yang pertama (mencegah terjadinya maloklusi) jelas merupakan pilihan yang terbaik bagi para dokter gigi yang belum memiliki spesialisasi ortodontis.

INDENTIFIKASI PERMASALAHAN ORTODONTIK DI MASA DATANG

Dari pemeriksaan, sepintas akan dapat segera diketahui maloklusi yang akan terjadi, yaitu :

  1. Gigitan terbuka anterior
  2. Tumpang gigit yang berlebihan
  3. Jarak gigit yang besar
  4. Gigitan silang
  5. Malrelasi rahang atas dan bawah
  6. Dan lain-lain

Prosedur intersepetif atau preventif kadang-kadang dikaitkan dengan perawatan pasien dengan masalah-masalah tersebut diatas, tetapi keputusan mengenai ketepatan waktu perawatan dan cara perawatan sebaiknya ditentukan oleh spesialis ortodonti, mengingat mereka mempunyai tanggung jawab melakukan perawatan.

Jadi salah satu bentuk pencegahan maloklusi yang dilakukan oleh para dokter gigi jelas, yaitu : merujuk pasien kepada konsultan ortodonti apabila ada kelainan mengenai perkembangan oklusi.

Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua maloklusi “Surface Evident” prosentase yang besar dari maloklusi kelas 1 Angle terjadi karena apa yang terjadi selama tahun-tahun kritis, adalah karena aktivitas yang terjadi dibawah permukaan.

Oleh karena itu pengambilan foto Ro” secara periodik sangat penting dan pemeriksaan gigi secara periodik paling sedikit 1 tahun setelah gigi insisivus sentral permanen erupsi.

Indentifikasi yang paling bagus mengenai permasalahan ortodontik di masa datang adalah :

  1. Pola resorpsi gigi-geligi sulung
  2. Siklus erusi gigi-geligi permanen

POLA RESORPSI YANG ABNORMAL

Gigi kaninus sulung ( c ) dan gigi molar kedua sulung (m2 ) cenderung mengalami pola resorpsi yang abnormal

Urutan pergantian gigi yang ideal, yaitu :

  • Gigi insisivus sentral kanan dan kiri tanggal pada waktu yang kira-kira sama
  • Gigi insisivus lateral kanan kiri goyah dan tanggal kira-kira pada waktu yang sama
  • Semua gigi-gigi kaninus goyah dan tanggal pada jangka waktu yang pendek (singkat)
  • Jika satu gigi kaninus tanggal premature secara spontan, sebaiknya dilihat pada foto Ro” dan diamati penyebabnya, apakah jelas abnormal atau suatu usaha alami untuk mendapatkan ruang guna mengatasi maslah panjang lengkung yang akan terjadi.

PERAN GIGI m2

Regio m2 merupakan area kritis sebab ukuran lebar mesio-distal gigi m2 lebih besar daripada gigi permanen penggantinya (P2). Jika gigi m2 resorpsinya abnormal dan persistensi maka dapat menyebabkan terjadinya maloklusi.

Gigi kaninus ( C ) yang sedang erupsi dapat terdorong ke bukal atau lingual atau bahkan terhambat erupsinya disebabkan oleh persistensi gigi m2.

Persistensi gigi m2 bawah dapat menyebabkan masalah yang cukup kritis, karena panjang lengkung perimeter rahang bawah akan terganggu sehingga terjadi ketidakteraturan letak gigi insisivus bawah

Resorpsi abnormal dari setiap gigi sulung dapat menyebabkan gangguan jalannya erupsi gigi permanen penggantinya.

PERIODE KRITIS PERGANTIAN GIGI

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam usaha mencegah terjadinya maloklusi pada periode kritis yaitu :

  1. Pola erupsi gigi sulung yang abnormal
  2. Persistensi sisa akar gigi sulung
  3. Gigi supernumerary
  4. Gigi sulung ankylosis
  5. Crypte tulang yang tidak teresopsi
  6. Jaringan lunak yang menghalangi
  7. Tambalan gigi sulung yang berlebihan

Hal tersebut akan mengganggu urutan waktu pergantian gigi. Untuk menyakinkan agar dokter gigi siap memberi pelayanan yang terbaik pada waktu memulai praktek, dimeja tulis ditempelkan daftar faktor-faktor tersebut, dan daftar urutan erupsi gigi permanen.

Urutan gigi erupsi permanen

7 3 5 4 2 1 6
6 1 2 4 5 3 7

7 5 4 3 2 1 6
6 1 2 3 4 5 7

Jika harus dipasangi space maintainer, macam apakah yang dipilih ?

Syarat space maintainer

  1. Harus dapat mempertahankan ukuran lebar mesio distal gigi yang tanggal
  2. Harus dapat berfungsi untuk mencegah over erupsi gigi antagonisnya.
  3. Sederhana dan kuat
  4. Tidak memberi tekanan yang berlebihan bagi gigi yang masih ada
  5. Mudah dibersihkan
  6. Konstruksinya sederhana sehingga tidak menggangu fungsi gigi dan mulut

Prosedur ortodontik pencegahan

  1. Perawatan caries gigi sulung
  2. Menghilangkan kebiasaan mulut yang jelek
  3. Penyesuaian oklusi (occlusal adjusment)
  4. Pengamatan diastema insisivi atas (central diatema)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB CENTRAL DIASTEMA

Faktor-faktor penyebab central diastema adalah :

  1. Labial frenum
  2. Microdontia
  3. Macrognathia
  4. Mesiodens
  5. Malformasi gigi I lateral (kerucut)
  6. I lateral agenese
  7. Relasi oklusi gigi anterior
  8. Cyste di midline
  9. Oral habits

Ortodontik pencegahan (Preventive Orthodontics) adalah segala tindakan yang menghindarkan segala pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan yang normal agar tidak terjadi malposisi gigi dan hubungan rahang yang abnormal.

Tanda-tanda permasalahan gigi pada anak umur 7 tahun
Gambar Tanda-tanda permasalahan gigi pada anak umur 7 tahun

Tindakan-tindakan yang diperlukan misalnya :

  • Pada waktu anak masih dalam kandungan, ibu harus mendapatkan makanan yang cukup nilai gizinya untuk kepentingan pertumbuhan janin. Ibu harus cukup mendapat kalsium, fosfor, fluor dan vitamin- vitamin A, C dan D untuk mencukupi kebutuhan janin akan zat-zat tersebut.

  • Setelah bayi lahir, nutrisi anak juga harus dijaga agar pertumbuhan dan perkembangan badannya normal, dan harus dijaga dari penyakit- penyakit yang dapat mengganggu jalannya pertumbuhan. Penyakit rhinitis, rakhitis, sifilis, TBC tulang atau avitaminosis dapat menimbulkan deformasi tulang termasuk gigi-gigi dan jaringan pendukungnya. Gangguan pada kelenjar endokrin misalnya glandula hipofise, glandula tyroida, dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan mengakibatkan adanya anomali pada gigi-giginya. Juga harus dijaga adanya luka pada saat kelahiran. Kerusakan yang terjadi pada rahang akibat pemakaian tang-tang obstetri dapat mengakibatkan anomali yang berat pada gigi-gigi.

  • Setelah anak mempunyai gigi, maka harus dijaga agar gigi ini tetap sehat sampai pada saatnya akan digantikan oleh gigi permanen. Kebersihan mulut harus dijaga, harus diajarkan cara-cara menggosok gigi yang benar, tiga kali sehari setiap selesai makan dan menjelang tidur. Secara teratur si anak diperiksakan ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk melihat keadaan gigi-giginya. Jika terdapat karies harus segera ditambal. Dilakukan tindakan preventif agar gigi-giginya tidak mudah terserang karies, misalnya topikal aplikasi NaF, mouth rinsing dan plak kontrol.

    Fungsi pengunyahan harus dijaga agar tetap baik. Pada masa pergantian gigi harus dijaga agar gigi desidui tidak dicabut atau hilang terlalu awal (premature axtraction atau premature loss), ataupun terlambat dicabut sehingga gigi permanen penggantinya telah tumbuh (terjadi persistensi atau prolong retention gigi desidui). Jika gigi desidui harus dicabut jauh sebelum waktu tanggalnya, harus dibuatkan space maintainer untuk menjaga agar ruangan bekas gigi desidui tadi tidak menutup.

    Kebiasaan menghisap ibu jari (thumb sucking), menggigit bibir (lips biting), meletakkan lidah diantara gigi-giginya (tongue biting), mendorong lidah pada gigi-gigi depannya (tongue thrusting), cara berbicara yang salah, cara penelanan yang salah, adalah merupakan kebiasaan jelek yang apabila dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan dilakukan pada masa pertumbuhan aktif, akan mengakibatkan timbulnya anomali pada gigi-giginya. Oleh karena itu tindakan menghilangkan kebiasaan jelek sedini mungkin merupakan suatu tindakan preventif terhadap timbulnya anomali. Anak yang mempunyai tonsil yang membesar akan mengalami gangguan dalam pernafasannya sehingga anak tersebut akan bernafas melalui mulutnya. Kebiasaan ini juga akan menimbulkan kelainan pada lengkung rahang dan giginya.

    Sikap tubuh yang salah, misalnya selalu membungkuk, miring kanan atau kiri, juga merupakan kebiasaan jelek yang dapat menimbulkan kelainan. Seorang dokter gigi harus mengetahui seawal mungkin adanya penyimpangan dan faktor predisposisi suatu kelainan. Kalau perlu dokter gigi segera mengirimkan pasien ke ahli ortodonsi atau ahli lainnya untuk perawatan penyakit sistemik dengan kelainan dentofasial atau adanya celah pada rahang atau bibirnya yang membutuhkan perawatan lebih kompleks.