Apa yang dimaksud dengan penyulaman?

image
Penyulaman adalah suatu kegiatan penggantian tanaman yang mati baik mati akibat hama dan penyakit artau organisme. Waktu penyulaman tidak boleh terlalu jauh dari waktu penanaman karena hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman sulaman karena sudah tertinggal pertumbuhannya dan tidak dapat bersaing.

Apa yang dimaksud Penyulaman?

Kegiatan budidaya tanaman merupakan usaha dalam menyediakan bahan pangan baik untuk rumah tangga maupun industri. Kegiatan budidaya tanaman dimulai dari pembibitan hingga panen. Dalam pemeliharaannya ada beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu pemupukan, penyulaman, penyiangan gulma, pemangkasan cabang, pewiwilan, penjarangan dan pengendalian hama dan penyakit.

Penerapan Pengendalian Hama Terpadu untuk meminimalisir hama dengan pendekatan ekologis memiliki 4 prinsip, diantaranya adalah budidaya tanaman sehat. Saat tanaman sehat, imunitas atau daya tahan tanaman juga akan baik sehingga mampu merecover ketika diserang oleh hama ataupun penyakit. Oleh karena itu, perawatan yang dilakukan saat budidaya juga harus optimal agar tanaman menjadi sehat.

Perawatan yang akan dibahas lebih lanjut adalah penyulaman. Istilah ini terdengar akrab bagi para praktisi pertanian. Pengertian penyulaman sendiri adalah kegiatan penanaman kembali tanaman yang rusak atau mati sehingga jumlah tanaman sesuai dengan perencanaan sebelumnya, yang didasarkan pada luas lahan dan jarak tanam (Oktaviani et al ., 2017). Pengertian penyulaman lainnya menurut Wahyudi et al ., (2010) adalah mengganti bibit tanaman yang mati dengan tanaman yang baru. Dari beberapa definisi tersebut pengertian singkat mengenai penyulaman adalah penanaman bibit kembali dengan mengganti tanaman yang rusak dengan bibit yang baru.

Tujuan dari penyulaman adalah untuk meningkatkan presentase jumlah tanaman pada suatu lahan sehingga penggunaan lahan menjadi lebih optimal. Apabila saat tanam sudah berumur 7-14 hari dan ditemukan tanaman yang rusak atau mati, sebaiknya dilakukan penyulaman. Agar jumlah tanaman dalam lahan tersebut tetap sama. Jika penyulaman tidak dilakukan akan terlihat suatu area dalam lahan yang kosong dan hasil produksi pun akan berkurang dibanding dengan dilakukan penyulaman.

Umumnya, penyulaman dilakukan padal awal-awal masa tanam (sekitar 7-14 hari setelah tanam). Hal ini dilakukan agar variasi tanaman yang tumbuh dapat seragam. Keterlambatan penyulaman mengakibatkan adanya tegakan tanaman yang beragam. Oleh karena itu, pengamatan rutin sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi aktual tanaman. Penyulaman dilakukan dengan menyiapkan bibit terlebih dahulu kemudian mencabut tanaman yang rusak atau mati dan menggantinya dengan bibit yang telah disiapkan.

Tanaman yang rusak atau mati pada suatu lahan bisa disebabkan karena faktor teknik penanaman, faktor eksternal lainnya seperti lingkungan, dan ketahanan tanaman itu sendiri. Budi (2006) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tanaman yang rusak atau mati di lapangan, yaitu:

  • Teknik menanam.
  • Kondisi lingkungan (suhu, curah hujan, kelembaban, dsb) yang berubah setelah penanaman
  • Kondisi tanaman yang rusak pada bagian tertentu (akar, daun, batang, dsb)
  • Kondisi tanah yang kurang mendukung (tergenang)
  • Serangga dan binatang lainnya yang berpotensi merusak tanaman
  • Gulma.

Oleh karena itu, perlu disiapkan dengan baik segala keperluan terkait penanaman sebelum dilakukan penanaman. Hal ini meliputi pemilihan benih/bibit yang bagus, pengolahan tanah, waktu tanam, dan sebagainya. Persiapan yang baik diharapkan mampu meminimalisir tanaman yang rusak atau mati di lapang.

Bibit yang digunakan dalam penyulaman harus yang sehat dan ukurannya hampir sama dengan tanaman yang sudah ditanam sebelumnya. Hal ini dilakukan agar bibit yang disulam tidak rusak atau mati lagi serta perkembangannya mampu seragam dengan tanaman sebelumnya. Perawatan selanjutnya disamakan dengan tanaman sebelumnya.

Penyulaman merupakan bagian dari pemeliharaan tanaman. Meskipun tidak berdampak secara langsung pada tanaman lain, kegiatan ini juga merupakan hal yang penting. Penyulaman juga dilakukan pada tanaman yang rusak akibat serangan hama atau penyakit. Sehingga pada saat ditemukan tanaman dengan gejala hama dan penyakit pada awal tanam harus dimusnahkan dan diganti dengan bibit yang baru. Hal ini dilakukan untuk, 1) Meminimalisir penyebaran hama dan penyakit. 2) Mengoptimalkan area lahan yang ada.

Nurfalah (2020) dalam penelitiannya mengenai cabai merah terdapat pemeliharaan tanaman berupa penyiraman, penyulaman, pemasangan ajir, pewiwilan, pemupukan susulan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Pada kegiatan penyulaman dilakukan apabila ada tanaman cabai yang ditanam mati. Penyulaman dilakukan pada waktu pagi hari. Bibit sisa penanaman awal digunakan sebagai pengganti tanaman yang telah mati, bibit yang digunakan untuk menyulam juga dipilih bibit yang sama agar pertumbuhannya dapat seragam. Penyulaman dilakukan paling lambat adalah 2 minggu setelah tanam. Adapun maksud dari penyulaman sendiri adalah untuk mengganti tanaman cabai yang telah mati agar tanaman cabai yang ditanam dapat seragam baik umur ataupun waktu panennya. Setelah bibit baru ditanam, bibit tersebut disiram agar bibit tidak layu dan mati.

Penyulaman yang dilakukan pada pagi hari untuk menghindari tanaman stress karena adaptasi lingkungan. Penyulaman pada siang hari membuat bibit stress karena intensitas cahaya matahari secara langsung yang cukup tinggi. Karena hal ini, pertumbuhan bibit baru akan kurang optimal. Opsi lain waktu tanam yang direkomendasikan adalah pada sore hari. Matahari pada sore hari intensitas nya hampir sama dengan matahari pada pagi hari.

Pada tanaman tahunan, penyulaman bisa dilakukan maksimal pada saat 3 bulan setelah tanam. Umumnya dilakukan sekali pada saat periode tanam. Budi (2006) menyatakan beberapa klasifikasi intensitas tanaman hutan (tahunan).

Tabel 1. Intensitas Penyulaman Tanaman Tahunan

Presentase Tanaman Jadi Klasifikasi Keberhasilan Intensitas Penyulaman
100 % Baik sekali Tidak perlu disulam
80 -100 Baik Sulaman ringan maksimal pada tahun pertama 20 , dan tahun kedua 4 .
60 -80 Cukup Sulaman pada tahun pertama 40 , dan tahun kedua 16 .
Dibawah 60 % Kurang Penanaman diulang

Klasifikasi ini dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan penyulaman. Sehingga pemeliharaan tanaman menjadi optimal.

Permasalahan lainnya mengenai tanaman adalah tanaman kerdil atau pertumbuhannya lambat. Ada beberapa solusi lain yang bisa dilakukan selain penyulaman. Umumnya, tanaman yang pertumbuhannya lambat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

  • Kesalahan dalam memilih benih sebagai bahan tanam. Kualitas dan mutu benih sangat penting dalam kegiatan budidaya. Hal ini berkaitan dengan toleran atau tidaknya pada lingkungan tertentu.
  • Kekurangan hara. Umumnya, permasalahan hara disebabkan oleh kondisi tanah yang jelek, erosi permukaan tanah yang mengakibatkan pencucian hara.
  • Tidak adanya mikroorganisme simbiotik yang berguna, seperti mikoriza ataupun rhizobium.
  • Penyiangan gulma kurang optimal dilaksanakan.

Solusi yang dapat dilakukan saat tanaman tidak tumbuh normal selain penyulaman adalah dengan mengontrol kompetisi dengan vegetasi lain seperti rumput teki, dan sebagainya. oleh karena itu, penting sekali melakukan perbersihan gulma (penyiangan). Identifikasi lanjutan masih diperlukan untuk mengetahui kadar hara dalam tanah tersebut. apabila permasalahannya adalah kekurangan hara, maka solusi nya adalah pemupukan. Kondisi fisik lahan juga sangat berpengaruh. Oleh karena itu pengolahan lahan sebelum tanam sangat penting. Pengolahan lahan yang dilakukan setelah penanaman akan lebih sulit dan cenderung tidak memungkinkan.

Setiawan et al ., (2020) dalam penelitiannya mengenai pemeliharaan tanaman hutan, terdapat kegiatan penyulaman yang dilakukan oleh petani. Teknik penyulaman yang dilakukan oleh petani adalah dengan menanam bibit langsung pada tempat tanaman yang rusak atau mati. Ukuran lubang tanam yang dibuat masing-masing petani bervariasi, yaitu 30 cm x 30 cm x 40 cm, dan sebagainya. selain itu, waktu pelaksanaan penyuman juga beragam, beberapa melaksanakannya pada musim penghujan sedangkan beberapa lainnya melakukan penyulaman tanpa memperhatikan musim, entah itu musim penghujan maupun musim kemarau (tergantung kapan matinya tanaman).

Penelitian tersebut berbasis wawancara pada petani yang memiliki usaha budidaya tanaman tahunan. Diantara tanaman tahunan tersebut adalah jenis pohon MPTS ( Multy Purpose Tree Species ) dan kopi. Jenis pohon MPTS yan dimaksud adalah durian, manga, jambu biji, sawo, aren, dan cengkeh. Pada pohon rimba tidak dilakukan penyulaman, karena menurut beberapa petani perlakukan penyulaman tersebut tidak memberikan keuntungan ekonomi secara langsung. Namun, pendapat ini kurang didukung dengan penjelasan ilmiah dari penulis.

Pelaksanaan penyulaman pada tanaman semusim dan tahunan memang cenderung berbeda. Hal ini dikarenakan umur tanaman tahunan lebih lama, jadi batas dilakukannya penyulaman pun lebih lama dibanding tanaman semusim yang sekitar 7-14 hari setelah tanam. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, bahwa umumnya maksimal tanaman tahunan dilakukan penyulaman pada 3 bulan setelah tanam.

Studi kasus selanjutnya adalah mengenai teknik budidaya tanaman bawang merah. Primilestari (2018) menyatakan penyulaman bawang merah umumnya dilakukan sekitar 1 hingga 2 minggu setelah tanam. Umumnya dilakukan pada sebelum aplikasi pupuk susulan. Hal ini dilakukan agar pada pemupukan susulan juga dilakukan pada tanaman yang baru. Sehingga tidak perlu kerja 2 kali saat pemupukan susulan.

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa penyulaman merupakan bagian dari perawatan tanaman yang cukup penting. Penyulaman menjadikan pemanfaatan lahan yang ada menjadi lebih optimal setelah terdapat tanaman yang rusak ataupun mati. Teknik penyulaman didasarkan pada pengalaman atau pengetahuan dari petani masing-masing. Namun, alangkah lebih baik petani juga dibantu oleh balai pertanian terdekat, akademisi, atau peneliti untuk diberi semacam edukasi sehingga pengetahuan dari petani juga sesuai dengan praktik pertanian yang benar.

Saat bibit dipindah tanam, tidak semua akan mampu tumbuh dengan optimal. Beberapa bibit mungkin akan rusak atau mati. Ada beberapa factor yang mempengaruhi, yaitu dari teknik penanaman, jenis bibit, serta lingkungan. Beberapa factor tersebut dapat dikendalikan secara preventif, seperti penentuan waktu tanam yang tepat, jenis bibit yang toleran terhadap cekaman lingkungan, serta modifikasi lingkungan yang sesuai dengan komoditas yang akan ditanam. Disinilah pentingnya pengalaman dan pengetahuan dari praktisi atau petani. Saat petani mempunyai dasar-dasar langkah preventif tersebut, presentase tanaman yang hidup kemungkinan akan lebih tinggi.

Pada dasarnya praktek budidaya tanaman adalah saling berkesinambungan. Baik dari tanaman, lingkungan serta petani sebagai manajer. Tanaman yang sehat berawal dari benih yang bagus, lingkungan yang mendukung, serta teknik budidaya yang dijalankan. Saat tanaman mampu berproduksi secara optimal, maka petani akan mendapat keuntungan ekonomi yang cukup. Dalam penerapannya, pertanian di Indonesia haruslah didukung oleh berbagai stakeholder sehingga kebutuhan pangan Indonesia mampu tercukupi secara mandiri. Inovasi-inovasi dari peneliti dan akademisi, dukungan atau support dari pemerintah serta kontribusi dari petani merupakan pondasi penting bagi kemajuan pertanian di Indonesia.

Referensi

Primilestari, Suci. 2018. Budidaya Tanaman Bawang Merah pada Lahan Pekarangan. BPTP Jambi.

Setiawan, Bayu; Indriyanto; Afif Bintoro. 2020. Pemeliharaan Tegakan Hutan oleh Petani Hutan Kemasyarakatan Beringin Jaya, KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung) Kota Agung Utara, Tanggamus. Jurnal Silva Tropika 4 (1): 241-253.

Budi, Sri . 2006. Modul Pelatihan Pemeliharaan Tanaman Hutan. ITTO Training Proceeding. Faculty of Forestry IPB

Nurfalah, Devi. 2020. Budidaya Tanaman Cabai Merah ( Capsicum annum L.). Tugas Akhir D III Agribisnis Minat Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Oktaviyani, Endang; Indriyanto; Surnayanti. 2017. Identifikasi Jenis Tanaman Hutan Rakyat dan Pemeliharaannya di Hutan Rakyat Desa Kelungu Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus. Jurnal Sylva Lestari 5 (2): 63-77.

Abdi Mahyudi Ichlas Al zaqie Tim Reforestasi KFCP. 2010. Panduan Penanaman Pohon Program Reforestasi. Publikasi Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP).

1 Like