Apa yang dimaksud dengan pengkajian sastra?

Istilah pengkajian sering disejajarkan dengan istilah analysis (analisis) dalam bahasa Inggris, atau lebih dekat dengan telaah, yang berarti melakukan pendalaman, mempelajari dan/atau mengkaji secara serius. Pengkajian juga terkadang disetarakan dengan istilah study (studi) yang berarti melakukan kajian atau kupasan tetapi istilah pengkajian lebih tepat disejajarkan dengan analisis atau telaah.

Moody (1979) menjelaskan bahwa telaah karya sastra pada dasarnya memiliki banyak manfaat. Manfaat yang utama adalah:

  • membantu pembaca sastra memiliki keterampilan berbahasa
  • meningkatkan pengetahuan budaya
  • mengembangkan daya cipta dan rasa
  • menunjang pembentukan watak.

Dalam konteks ini, dengan membaca dan menikmati karya sastra, seseorang akan memperoleh nilai-nilai kehidupan yang dapat memperkaya khasanah batin dan memperluas waasannya di samping memperoleh kesenangan dan kenikmatan.

Dalam hal ini Philip Sidney menyatakan bahwa telaah sastra harus dapat memberikan fungsi to teach (memberikan ajaran) dan delight (memberi kenikmatan) bagi pembaca. Adapun bagi Richard McKeon, kajian sastra dapat memberikan cheers (kepuasan) dan applause (kekaguman) bagi pembaca

Pendekatan dalam Pengkajian Sastra


Untuk menemukan nilai-nilai, pesan moral, atau tepatnya gagasan-gagasan yang terkandung dalam karya sastra tentu diperlukan seperangkat teori. Ada banyak teori ataupun cara untuk dapat dimanfaatkan dalam menemukan nilai-nilai dalam karya sastra yang penting bagi kehidupan manusia.

Pada dasarnya, setiap karya sastra akan cocok untuk dipahami dengan menggunakan pendekatan tertentu, sesuai dengan karakteristik masing-masing. Dari berbagai pendekatan yang ada dalam memahami karya sastra, berikut ini dikemukakan beberapa pendekatan yang dimungkinkan dapat diterapkan dalam sastra karya sastra.

Abrams (1979), mengemukakan empat macam model pendekatan dalam pengkajian sastra. Pendekatan tersebut adalah:

  • Pendekatan objektif (objective), yaitu pendekatan yang melihat karya sastra sebagai sebuah struktur yang otonom
  • Pendekatan ekspresif (expressive), yaitu pendekatan yang melihat pengarang sebagai pencipta sastra
  • Pendekatan mimetik (mimetics), yaitu pendekatan yang melihat pada aspek referensial dunia nyata atau aspek realitas sosial budaya
  • Pendekatan pragmatik (pragmatics), yaitu pendekatan yang melihat berbagai peran pembaca sebagai pemberi makna

Pendekatan objektif menekankan nilai pada karya sastra itu sendiri, sebagai karya yang otonom dengan menjadikan karya sastra sebagai sumber informasi objektif. Tegasnya, pendekatan ini mengutamakan kajian terhadap karya sastra itu sendiri tanpa menghubung- kan dengan faktor-faktor sosiohistoris di luar sastra tersebut. Pendekatan objektif dapat dikatakan sebagai pendekatan instrinsik, yang serupa dengan pendekatan struktural.

Dalam aplikasinya, pendekatan objektif dapat dilaksanakan dengan cara mengkaji struktur atau unsur-unsur karya sastra, misalnya: tema (theme), fakta cerita --yang meliputi penokohan dan perwatakan (characters), latar (setting), dan alur cerita (plot)–, dan sarana sastra yang terdiri atas sudut pandang (point of view), gaya bahasa (style) pada fiksi (Stanton, 1967); atau tema, nada dan suasana (tone), imaji/ citraan (imagery), simbol (symbols), musikalitas: rima, irama, dan metrum, dan gaya bahasa (style) pada puisi; tema, alur cerita, latar, penokohan, cakapan (dialog, monolog, dan solilokui), konflik dramatik, dan gaya bahasa (style) pada drama.

Pendekatan ekspresif mengungkapkan makna karya dengan menekankan pengkajian pada faktor pengarang dan latar sosial budayanya, yakni menjadikan sastrawan sebagai sumber informasi ekspresif. Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan dalam analisis karya sastra dengan menekankan telaah karya sastra itu dalam hubungannya dengan penulisnya.

Pendekatan yang menekankan nilai atau makna pada hubungan referensial antara teks sastra dengan dunia nyata atau kesemestaan (universe) disebut pendekatan mimetik. Pendekatan mimetik memfokuskan telaah karya sastra dalam kaitannya dengan kesemestaan. Dalam aplikasinya, pendekatan mimetik dilaksanakan dengan menelaah hubungan antara karya sastra dengan masyarakat lingkungan sosialnya. Pendekatan mimetik berpandangan bahwa karya sastra pada hakikatnya merupakan gambaran atau refleksi atas realitas lingkungan sosiokultural.

Adapun pendekatan pragmatik atau sering disebut juga pendekatan resepsi (reception theory) lebih menekankan makna karya pada tanggapan atau hasil penerimaan atau penghayatan pembacanya, yakni dengan menjadikan pembaca sebagai sumber informasi yang utama. Tegasnya, pendekatan pragmatik menitikberatkan pada peran pembaca sebagai apresiator atau penanggap/penerima sastra dalam pengungkapan makna sastra.

Telaah karya sastra yang hanya menekankan pada salah satu komponen kehidupan sastra mengakibatkan kepincangan dalam penilaian karya sastra. Hal itu dapat dipahami karena keempat komponen kehidupan sastra tersebut –objektif, ekspresif, mimetik, dan pragmatik-- saling bertautan erat dan saling mendukung dalam menentukan makna karya sastra. Jadi, eksistensi keempatnya tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan lainnya dan sebagai sumber nilai yang harus dianalisis secara utuh dalam mengungkapkan makna karya sastra. Pandangan demikian merupakan sintesis yang memadukan keempat komponen dalam kesatuan makna karya sastra. Itulah esensi pendekatan dalam analisis karya sastra model Abrams.