Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Penguatan Positif (Positive Reinforcement)?

Pendekatan penguatan

Pendekatan Penguatan Positif (positive reinforcement) berarti ada pemberian tanggapan positif ketika seorang individu menunjukkan perilaku positif yang dibutuhkan. Misalnya memuji karyawan untuk datang lebih awal. Ini akan meningkatkan kemungkinan perilaku yang akan terjadi lagi. Reward adalah positif untuk memperkuat, tapi belum tentu demikian, jika dan hanya jika perilaku karyawan membaik, hadiah dapat dikatakan sebagai dorongan yang positif. Penguatan positif merangsang terjadinya perilaku.

Apa yang dimaksud dengan pendekatan penguatan positif?

Menurut Baharuddin (2008), positive reinforcement adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku yang positif. Sehingga, untuk memperbaiki tingkah laku seseorang dan menguatkan perilaku tersebut maka perlu adanya penghargaan atau positive reinforcement.

Lebih lanjut Martin dan Pear dalam Purwanta (2005) berpendapat bahwa kata “positive reinforcement” sering disama artikan dengan kata “hadiah” (reward). Hal ini sejalan dengan pendapat Fahrozin, dkk (2004) yang mendefinisikan positive reinforcement yaitu stimulus yang pemberiannya terhadap operan behavior menyebabkan perilaku tersebut akan semakin diperkuat atau dipersering kemunculannya.

Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, Dalyono (2009) mengartikan positive reinforcement sebagai sebuah penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon. Sedangkan Pidarta (2007) mendefinisikan positive reinforcement adalah setiap stimulus yang dapat memantapkan respon pada pengkondisian instrumental dan setiap hadiah yang dapat memantapkan respon pada pengkondisian perilaku.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa positive reinforcement adalah sebuah stimulus dan atau hadiah yang diberikan guna meningkatkan dan memantapkan perilaku semakin diperkuat dan semakin sering dimunculkan.

Martin dan Pear (Edi Purwanta, 2005) berpendapat bahwa kata “positive reinforcement” sering disamaartikan dengan kata “hadiah” (reward). Muhamad Fahrozin, dkk (2004) mendefinisikan positive reinforcement yaitu stimulus yang pemberiannya terhadap operan behavior menyebabkan perilaku tersebut akan semakin diperkuat atau dipersering kemunculannya.

Sejalan dengan pendapat di atas, Dalyono (2009) mengartikan positive reinforcement sebagai penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon. Sedangkan Made Pidarta (2007) mendefinisikan positive reinforcement ialah setiap stimulus yang dapat memantapkan respon pada pengkondisian instrumental dan setiap hadiah yang dapat memantapkan respon pada pengkondisian perilaku.

Soetarlinah Sukadji (Edi Purwanta, 2005) menyatakan apabila suatu stimulus berupa benda atau kejadian itu dihadirkan (yang terjadi sebagai akibat atau konsekuensi suatu perilaku) secara berulang-ulang, sehingga keseringan munculnya perilaku tersebut meningkat atau terpelihara, maka peristiwa itu disebut positive reinforcement.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa positive reinforcement adalah suatu stimulus atau rangsangan berupa benda, atau peristiwa yang dihadirkan dengan segera terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan frekuensi munculnya perilaku tersebut.

Tujuan positive reinforcement

Syaiful Bahri Djamarah (2005: 118) mengemukakan lima tujuan positive reinforcement dalam interaksi edukatif sebagai berikut.

  1. Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar apabila pemberian penguatan digunakan secara selektif.
  2. Memberi motivasi pada siswa dalam proses pembelajaran.
  3. Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar produktif.
  4. Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.
  5. Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang divergen (berbeda) dalam pengambilan inisiatif yang bebas.

Prinsip penggunaan positive reinforcement

Empat prinsip penggunaan positive reinforcement yang harus diperhatikan oleh guru adalah hangat dan antusias, hindari penggunaan penguatan negatif, penggunaan bervariasi, dan bermakna. Syaiful Bahri Djamarah (2005) menjabarkan prinsip-prinsip penggunaan positive reinforcement adalah sebagai berikut.

a. Hangat dan Antusias

Kehangatan dan keantusiasan guru dalam memberikan penguatan kepada siswa memiliki aspek penting dalam tingkah laku dan hasil belajar siswa. Kehangatan dan keantusiasan adalah bagian yang tampak dari interaksi guru dan siswa.

b. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif

Pemberian hukuman atau kritik efektif untuk mengubah motivasi, penampilan, dan tingkah laku siswa. Namun pemberian itu membawa dampak yang sangat kompleks dan secara psikologis agak kontroversial, karena itu sebaiknya dihindari.

c. Penggunaan Bervariasi

Pemberian penguatan sebaiknya bervariasi baik komponen maupun caranya. Penggunaan komponen dan cara penguatan yang sama dan berulang-ulang akan mengurangi efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga akan bermanfaat apabila arah pemberiannya bervariasi atau sebaiknya tidak berurutan.

d. Bermakna

Supaya pemberian penguatan menjadi efektif seharusnya dilaksanakan pada situasi di mana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat itu sangat bermanfaat bagi siswa.