Apa yang dimaksud dengan Psikologi Kognitif?

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.

Apa yang dimaksud dengan pendekatan kognitif dalam ilmu psikologi?

Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf.

Menurut Ahmad Susanto, kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Kemampuan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar.

Husdarta dan Nurlan berpendapat bahwa perkembangan kognitif adalah suatu proses terus menerus, namun hasilnya tidak merupakan sambungan (kelanjutan) dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya.

Menurut Sternberg (2008) Psikologi kognitif adalah sebuah bidang studi tentang bagaimana manusia memahami, belajar, mengingat dan berfikir tentang suatu informasi. Neisser menunjukkan dengan tepat istilah kognitif mengacu pada seluruh proses dimana input sensorik diubah, dikurangi, dimaknai, disimpan, diambil kembali dan digunakan.

Terdapat definisi lain yang dapat difahami dari pengertian psikologi kognitif yaitu berkaitan dengan bagaimana kita memperoleh informasi mengenai dunia, bagaimana informasi tersebut direpresentasikan dan ditransformasikan sebagai pengetahuan, bagaimana informasi disimpan dan bagaimana pula pengetahuan tersebut digunakan untuk mengarahkan perhatian dan perilaku organisme.

Psikologi kognitif mencakup keseluruhan proses psikologis dari sensasi ke persepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, memori, formasi konsep, berfikir, imajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi dan bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) (Solso, 2008).

Psikologi kognitif memiliki kawasan lingkup studi atau pembahasan pembelajaran yang sangat luas, dimulai dari proses kognitif paling sederhana hingga proses kognitif yang sangat kompleks. Lingkup studi kognitif meliputi beberapa hal seperti persepsi, pencatatan sensori, pengenalan pola, dan perhatin, ingatan dan pembentukan konsep, bahasa, perkembangan kognitif, penalaran, pemecahan masalah dan kreativitas, pembuatan keputusanintelegensi manusia, dan intelegensi buatan, hubungan antara emosi atau suasana hati (mood) dengan proses kognitif manusia. Konsep tersebut dicetuskan oleh ilmuan MS. Suharnan pada tahun 2005.

Berikut merupakan pembahasan mengenai tiga belas lingkup studi dalam psikologi kognitif.

  1. Persepsi (Perseption)
    Persepsi merupakan sebuah proses untuk mendeteksi dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh alat indera yang dimiliki manusia. Persepsi ini melibatkan pengunaan pengetahuan yang telah disimpan di dalam ingatan seorang manusia. Persepsi merupakan proses yang paling awal dalam didalm keseluruhan pemrosesan informasi yang dilakukan oleh manusia.

  2. Pengambilan pola (Pattern Recognition)
    Pengambilan pola dalam konteks psikologi kognitif adalah proses yang awal mengenali stimulus yang tersusun secara kompleks yang diterima melalui system alat indera manusia, misalnya penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecap.

  3. Perhatian (Attention)
    Perhatian dalam ilmu psikologi kognitif merupakan pemusatan pikiran terhadap suatu obyek atau tugas tertentu dan pada saat yang sama mengabaikan obyek atau tugas yang lain.

  4. Ingatan (Memory)
    Ingatan atau memori adalah penyimpanan pengetahuan di dalam system pikiran dan otak manusia, ingatan manusia ini berlangsung mulai dari beberapa detik sampai dengan jangka waktu sepanjang hidup.

  5. Imajeri (Imagery)
    Imanginari atau iamjinasi merupakan proses membayangkan kembali di dalam pikiran mengenai obyek atau peristiwa yang telah dipersepsi, hal ini bisa juga diseubut sebagai sebuah fiksi yang dialami oleh otak dan pikiran manusia.

  6. Bahasa (Language)
    Bahasa adalah kata yang ditulis atau diucapkan melalui lisan. Bahasa merupakan cara universal untuk menyampaikan informasi baik itu dalam bentuk lisan maupun tulisan seperti pada buku, surat kabar, dan majalah.

  7. Penalaran (Reasoning)
    Penalaran atau reasoning merupakan sistem penarikan kesimpulan menurut aturan logika, penalaran biasanya formal dibedakan menjadi dua macam penalaran yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif, sistem penarikan kesimpulan yang bermula dari hal khusus menjadi umum disebut induktif dan sistem penarikan kesimpulan yang bermula dari hal umum menuju ke khusus disebut dedutif.

  8. Pengambilan keputusan (Decision Making)
    Pengambilan keputusan dalam lingkup psikologi kognitif artinya adalah suatu proses ketika seseorang sedang memilih diantara dua alternatif atau lebih, menaksir frekuensi suatu kejadian atau memprediksi situasi didepan berdasarkan informasi yang terbatas.

  9. Pemecahan masalah (Problem Solving)
    Pemecahan masalah dalam hal ini maksudnya adalah proses mencari dan menemukan jalan keluar terhadap suatu masalah dan kesulitan.

  10. Pembentukan konsep (Concept Formastion or Learning)
    Pembentukan konsep atau concept formation or learning adalah penggunaan aturan tertentu. Digunakan untuk mengkategorikan obyek yang memiliki kemiripan di dalam struktur dan fungsinya.

  11. Perkembangan kognitif (Cognitive Develoment)
    Perkembangan kognitif merupakan suatu tahap perkembengan kognitif manusia mulai dari usia anak hingga dewasa, mulai dari berfikir secara konkrit atau melibatkan konsep konkrit sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep yang abstrak dan logis.

12.Inteligensi manusia (Human Intelligence)
Inteligensi manusia adalah kemampuan manusia dalam memahami bahasa secara umum, mengikuti instruksi, mengubah deskripsi verbal dalam tindakan nyata, dan berprilaku menurut aturan budaya. Sementara inteligensi buatan atau artificial intellegence adalah suatu program computer yang memiliki kemampuan melakukan tugas kognitif sebagaimana manusia melakukannya misalnya robot dan permainan yang bersifat stimulasi.

  1. Emosi dan proses kognitif (Emotion and Cognitive Processes)
    Emosi dan proses kognitif adalah suatu topik yang mempelajari peran atau pengaruh emosi dan suasana hati terhadap efektivitas pikiran manusia ketika memproses informasi atau mengerjakan tugas kognitif yang lain.

Apa itu Pendekatan Kognisi ?

Kognisi mengacu pada aktivitas mental termasuk berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Ketika kita menerapkan pendekatan kognitif untuk belajar dan mengajar, kita fokus pada pemahaman informasi dan konsep. Jika kita dapat memahami koneksi antara konsep, memecah informasi dan membangun kembali dengan koneksi logis, maka perhatian kita pada materi dan pemahaman akan meningkat. Ketika kita menyadari tindakan mental ini, memantaunya dan mengendalikan proses belajar kita itu disebut metakognisi

Pendekatan psikologis lainnya fokus pada komponen berbeda dari aktivitas manusia. Behavioris fokus pada pemeriksaan dan analisis peristiwa perilaku obyektif diamati dan kuantitatif. Mereka yang menyukai pendekatan humantistik fokus pada individu dalam hubungannya dengan lingkungan mereka sendiri. Kesejahteraan manusia, nilai-nilai, dan komponen haram martabat dari teori ini.

Proses pemikiran telah dipelajari oleh para filsuf selama berabad-abad. Namun, studi psikologis kognisi adalah bidang studi yang relatif baru dengan asal-usulnya pada 1950-an. Studi metakognisi lebih baru, banyak pekerjaan di bidang ini berasal pada tahun 1970-an.

Menolak pendekatan stimulus-respons murni dari behavioris, psikologi kognitif mengambil banyak dari kaum Suci yang berfokus pada wawasan dan mendefinisikannya sebagai “persepsi tiba-tiba dari hubungan antara unsur-unsur situasi masalah”. (LeFrancois, 1972). Teori kognitif melihat pembelajaran sebagai proses pengakuan. Pelajar memahami hubungan baru di antara bagian-bagian dari suatu masalah.

Peneliti yang berkontribusi signifikan terhadap perkembangan kognitif kognitif termasuk Jerome Bruner, mengembangkan teori pembelajaran berdasarkan katerisasi, dan David Ausubel, yang berusaha menjelaskan pembelajaran verbal yang bermakna sebagai sebuah fenomena kesadaran daripada fenomena perilaku.

Teori kognitif menyatakan bahwa cara berpikir seseorang sangat menentukan bagaimana perasaan dan perilaku seseorang. Ini berkaitan dengan dan menggabungkan semua bentuk pengetahuan, termasuk ingatan, psikolinguistik, pemikiran, pemahaman, motivasi, dan persepsi.

Memori adalah komponen penting dari teori ini. Banyak materi yang dipelajari di sekolah bergantung pada rotememorisasi pengetahuan deklaratif atau facutal. Baru-baru ini upaya telah dilakukan untuk mengembangkan metode pengajaran yang didasarkan pada integrasi materi yang bermakna dan penguasaan pengetahuan prosedural. Berpikir, yang bervariasi dari situasi ke situasi, akan sangat mempengaruhi bagaimana individu berperilaku dalam situasi tertentu. Pemahaman bahasa, atau psikolinguistik, penting untuk pemahaman kita tentang pengetahuan cetak dan lisan. Pemahaman dan persepsi akan memungkinkan individu untuk menafsirkan informasi. Terakhir, motivasi keseluruhan pelajar akan menentukan seberapa efektif informasi tersebut disimpan atau diproses.

Menurut Kate McGilly (1996), siswa tidak belajar untuk potensi penuh mereka karena fakta bahwa lebih sering daripada tidak, mereka menggunakan memorote prosedur di kelas. Dengan meningkatnya persaingan dalam angkatan kerja dan pekerjaan menjadi lebih menuntut, siswa perlu lebih siap untuk belajar lebih tinggi dan pasar kerja dengan keterampilan yang berkembang dari teori kognitif. Keterampilan ini, termasuk keterampilan belajar, keterampilan sosial, pemecahan masalah, dan keterampilan organisasi untuk beberapa nama.

Dalam pendekatan kognitif mengasumsikan bahwa:

  • Pikiran secara aktif memproses informasi dari indera kita (sentuhan, rasa, dll.).
  • Antara stimulus dan respons adalah proses mental yang kompleks, yang dapat dipelajari secara ilmiah.
  • Manusia dapat dilihat sebagai sistem pemrosesan data.
  • Cara kerja komputer dan pikiran manusia adalah sama - mereka menyandikan dan menyimpan informasi, dan mereka memiliki keluaran.

Studi tentang Proses Mental Internal

Menggunakan metode penelitian eksperimental, pendekatan kognitif mempelajari proses mental internal seperti perhatian, memori dan pengambilan keputusan. Sebagai contoh, suatu investigasi dapat membandingkan kemampuan kelompok untuk menghafal daftar kata, menyajikannya secara verbal atau visual untuk menyimpulkan jenis informasi sensorik mana yang paling mudah untuk diproses, dan dapat menyelidiki lebih lanjut apakah ini berubah dengan jenis kata yang berbeda atau tidak. individu.

Model teoritis dan komputer diusulkan untuk mencoba menjelaskan dan menyimpulkan informasi tentang proses mental. Sebagai contoh, Model Pemrosesan Informasi (Gambar 1) menggambarkan pikiran seolah-olah komputer, dalam hal hubungan antara informasi yang masuk untuk dikodekan (dari indera), memanipulasi ini secara mental (misalnya penyimpanan, keputusan), dan akibatnya mengarahkan output (misalnya perilaku, emosi). Contohnya mungkin seorang seniman yang melihat pemandangan yang indah, memutuskan warna cat mana yang sesuai dengan area tertentu, sebelum menyikat warna yang dipilih ke kanvas.
image
Gambar 1: Diagram alir yang menyoroti peran pemrosesan mental yang didefinisikan oleh Model Pemrosesan Informasi

Dalam beberapa dekade terakhir, model-model baru termasuk model Computational dan Connectionist telah mengambil perhatian dari analogi pemrosesan informasi yang sebelumnya dominan:

  • Model komputasi juga membandingkan dengan komputer, tetapi lebih berfokus pada bagaimana kita menyusun proses untuk mencapai keluaran perilaku (yaitu tujuan, strategi dan tindakan yang diambil), tanpa menentukan kapan / berapa banyak informasi yang ditangani.
  • Model Connectionist mengambil garis pemikiran saraf; ia memandang pikiran sebagai jaringan neuron yang kompleks, yang aktif dalam konfigurasi reguler yang mencirikan hubungan yang diketahui antara rangsangan.

Peran Skema

Konsep kunci untuk pendekatan ini adalah skema, ‘skrip’ internal untuk cara bertindak atau apa yang diharapkan dari situasi tertentu. Misalnya, skema gender mengasumsikan bagaimana laki-laki / perempuan berperilaku dan cara terbaik untuk merespons sesuai, mis. seorang anak dapat berasumsi bahwa semua anak laki-laki menikmati bermain sepakbola. Skema seperti stereotip, dan mengubah pemrosesan mental informasi yang masuk; peran mereka dalam kesaksian saksi mata bisa negatif, karena apa yang diharapkan seseorang dapat merusak ingatan mereka sebenarnya disaksikan.

Munculnya Neuroscience kognitif

Bidang terkait ini menjadi lazim selama paruh kedua abad kedua puluh, menggabungkan teknik neuroscience seperti pemindaian otak untuk mempelajari dampak struktur otak pada proses kognitif.

Evaluasi(Kelebihan dan kekeurangan) pendekatan kognitif

Kelebihan Pendekatan kognitif :

  • Model telah menyajikan cara yang berguna untuk membantu menjelaskan proses mental interna
  • Pendekatan ini memberikan fokus yang kuat pada proses mental internal, yang sebelumnya tidak dilakukan oleh behavioris.
  • Metode eksperimental yang digunakan oleh pendekatan ini dianggap ilmiah.

Kelemahan pendekatan kognitif:

  • Dapat dikatakan bahwa model kognitif terlalu menyederhanakan penjelasan untuk proses mental yang kompleks.
  • Data yang mendukung teori-teori kognitif sering berasal dari tugas-tugas tidak realistis yang digunakan dalam eksperimen laboratorium, yang mempertanyakan validitas ekologis teori (mis. Apakah mereka benar-benar mewakili pola kognitif normal kita).
  • Membandingkan pikiran manusia dengan mesin atau komputer adalah analogi yang tidak canggih.