Apa yang dimaksud dengan pembelajaran dengan Metode Discovery Learning?

Belajar

Belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian yang ternyata pada adanya pola sambutan baru, yang dapat meningkatkan perbuatan atau didapatkannya kemampuan atau pengertian baru.

Menurut Djamarah (2008) Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran yang tidak berbentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.

Secara garis besar prosedurnya adalah sebagai berikut :

  1. Simulation. Guru bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.

  2. Problem statement. Anak didik diberi kesempatan mengidebtifikasi berbagai permasalahan.

  3. Data collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi kesenpatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan.

  4. Data processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu,

  5. Verification atau pembuktian. Berdasarkan hasih pemngolahan dan pembuktian, hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu kemudian dicek.

  6. Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan.

Pandangan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan obyek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai denagn kemampuan yang dimilikinya. Proses belajar harus dipandang sebagai stimulus yang dapat memantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peran guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah dengan bimbingan guru.

Pemecahan masalah adalah metode yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabanya (discovery) tanpa bantuan khusus. Dengan pemecahan masalah pelajar menemuakan aturan baru yang lebuh tinggi tarafnya sekalipun ia mungkin tidak dapat merumuskan secara verbal.

Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini:

  1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif;

  2. Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa;

  3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain;

  4. Dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri;

  5. Siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.

Metode penemuan telah berkembang dari berbagai gerakan pendidikan dan pemikiran yang mutakir, misalnya :

  1. Gerakan pendidikan progresif, yang terutama tidak puas dengan keformilan yang kosong dari isi sebagian besar pendidikan. Metode yang sering dipakai pada saat itu adalah hafalan diluar kepala, sehingga timbul budaya membeo. Reaksi terhadap keadaan ini adalah tumbuhnya apa yang diasa disebut belajar untuk dan memecahkan masalah.

  2. Pendekatan yang berpusat pada anak. Pendekatan ini menekankan pentingnya menyusun kurikulum dalam istilah sifat anak dan partisipasinya dalam proses pendidikan.

Dengan menggunakan metode Discovery Learning pembelajaran akan lebih bermakna mengena kepada siswa. Sebab siswa disini tidak hanya sebagai pendengar setia, namun dalam metode pembelajaran ini siswa dituntut aktif dalam pembelajaran.

Langkah-langkah


Langkah-langkah metode pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

  1. identifikasi kebutuhan siswa;

  2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;

  3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;

  4. membantu dan memperjelas (tugas/ problema yang akan dipelajari, peranan masing-masing siswa).

  5. mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.

  6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas–tugas siswa.

  7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.

  8. membantu siswa dengan informasi/data jika diperlukan oleh siswa.

  9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses.

  10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa.

  11. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.

  12. membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

Kelebihan dan kelemahan metode Discovery Learning


Kelebihan metode Discovery Learning

  • Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan; jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu.

  • Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; retensi, dan transfer.

  • Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemuk an keberhasilan dan kadang–kadang kegagalan.

  • Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.

  • Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit dapa suatu proyek penemuan khusus.

  • Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.

  • Strategi ini berpusat pada siswa, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabannya belum diketahui sebelumnya.

  • Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

Kelemahan metode Discovery Learning

  • Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya, siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal–hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subjek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustrasi pada siswa yang lain.

  • Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori–teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata–kata tertentu.

  • Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanan dan pengajaran secara tradisional.

  • Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional social secara keseluruhan.

  • Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.

  • Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau berfikir kreatif, kalau pengertian– pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian proses–proses dibawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. Penemuan masalah dapat bersifat membosankan mekanisasi, formalitas dan pasif seperti bentuk terburuk dan metode ekspositories verbal. (Suryosubroto, 2009).

Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014) discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014) mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.

Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan (2014) bahwa discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan.

Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Wilcox (dalam Hosnan, 2014) menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan yang harus diselesaikan.

Jadi siswa memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri. Bruner (dalam Kemendikbud, 2013) mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.

Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery, siswa menemukan informasi sendiri.

Sardiman (dalam Kemendikbud, 2013) mengungkapkan bahwa dalam mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.

Menindaklanjuti beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa model discovery learning adalah suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya.

Strategi pembelajaran discovery sering juga dinamakan heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Pembelajaran discovery menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik dalam strategi pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing peserta didik untuk belajar.

Menurut Jerome Bruner, discovery learning adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman Wilcolx juga berpendapat bahwa pembelajaran discovery (penemuan) peserta didik didorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong peserta didik untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Menurut Bell (1978) dalam Hosnan mengatakan belajar discovery (penemuan) adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru.

Hanafiah berpendapat bahwa discovery learning adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning merupakan suatu model pembelajaran untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dan setia dalam ingatan serta tidak akan mudah dilupakan oleh peserta didik.

Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Discovery Learning

Beberapa prinsip penggunaan strategi discovery learning adalah sebagai berikut:

  • Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi pembelajaran discovery adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

  • Prinsip interaksi

Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, melainkan sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

  • Prinsip bertanya

Dalam menggunakan strategi ini guru berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

  • Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya sekedar mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga merupakan proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

  • Prinsip keterbukaan

Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya, karena pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.

Tujuan Pembelajaran Discovery Learning

Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran discovery (penemuan) yaitu:

  1. Dalam kegiatan penyelidikan dan penemuan peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
  2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, peserta didik juga banyak meramalkan informasi tambahan yang diberikan.
  3. Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
  4. Pembelajaran dengan penemuan dapat membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
  5. Ada beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui belajar penemuan lebih bermakna.
  6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.