Pembelajaran berbasis ramah otak sering juga disebut juga pembelajaran berbasis cara kerja otak atau pembelajaran berbasis kemampuan otak.
Pembelajaran ramah otak adalah pembelajaran dimana guru dapat mengelola kelasnya dengan baik sehingga siswa merasa aman dan nyaman serta antusias menerima pelajaran. Selain itu, guru akan mengarahkan dan menyemaikan keyakinan bahwa seluruh materi pelajaran adalah mudah (Mahfudz, 2012).
Jensen dalam Rudi, (2015) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis kemampuan otak adalah pembelajaran yang diselaraskan dengan cara kerja otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Sehingga, pembelajaran berbasis otak ini merupakan salah satu upaya dalam mempertimbangkan bagaimana otak belajar dengan optimal.
Menurut Mahfudz (2012), terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran tergolong mendidik yang ramah otak, diantaranya yaitu :
-
Kondisi dalam keadaan alpha zone
Kondisi yang siap menerima pelajaran itulah yang dimaksud dengan kondisi alpha. Kondisi alpha merupakan kondisi tersenyum, kondisi dimana siswa merasa rileks dan bergairah untuk menerima pelajaran. -
Menyapa dengan tulus
Hal ini diperlukan agar guru mengetahui kondisi siswa sebelum pembelajaran dimulai. -
Penyampaian penemuan-penemuan baru
Mengawali pelajaran dengan sebuah crita lucu yang membuat siswa tertawa, dapat membantu siswa berimajinasi. -
Sugesti diri
Guru yang ramah otak akan mengarahkan siswa untuk meyakini bahwa dirinya adalah siswa yang cerdas. -
Melibatkan emosi
Keterlibatan emosi kedalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan mendorong para siswa untuk mereflesikan perasaan siswa. -
Mengatur ritme konsentrasi
Sudah seharusnya guru memberikan waktu jeda setiap 20 menit sekali selama beberapa saat saja, kurang lebih 1 sampai 2 menit. Waktu jeda, dapat diisi oleh siswa untuk minum atau makan makanan kecil, brain gym, bercerita, humor, dsb. Jeda merupakan salah satu strategi untuk mengembalikan konsentrasi siswa pada saat pembelajaran. Mengatur waktu jeda dapat menaikkan daya serap siswa. Karena otak mengalami dehidrasi setiap 20 sampai 30 menit sekali. -
Mengiringi belajar dengan musik
Musik melepaskan dominasi otak kiri yang sifatnya lebih logis dan kritis. Msik juga menyeimbangkan cara kerja otak kanan. Sehingga, kedua belahan otak sama-sama bekerja. Musik yang diperuntukkan untuk belajar adalah musik klasik. -
Melayani seluruh tipe belajar siswa
Berikut merupakan beberapa tipe belajar yang dimiliki siswa:-
Visual learners
Gaya belajar melalui penjelasan, melihat. Dalam gaya belajar visual learners, siswa sulit untuk mengikuti anjuran secara lisan. -
Audiotory learners
Gaya belajar yang mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami dan mengingat informasi. -
Kinesthetic learners
Gaya belajar mengandalkan sentuhan untuk memberikan informasi tertentu agar bisa mengingat informasi.
-
-
Melakukan brain gym
Senam otak membantu memaksimalkan kerja otak kanan dan otak kiri. Senam otak (brain gym) adalah serangakaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan. Brain gym juga dapat membantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dan sebagainya.
Kagan (2014) mengatakan bahwa pembelajaran ramah otak (brain friendly) adalah “teaching aligned with how brains best function with how brains best attend to, process, retain, and recall information” .
Sebuah pengajaran yang bertujuan untuk mengoptimalkan kerja otak yang selaras atau sesuai dengan bagaimana fungsi otak pada mestinya, yaitu untuk memproses, menyimpan atau mempertahankan dan mengingat kembali informasi). Kagan menyebutkan terdapat enam prinsip dalam brain fiendly teaching yaitu: Nourishment , safety, social, emotion, attention, dan stimuli.
-
Nourishment (makanan)
Memelihara otak dengan menjaga dan memperhatikan asupan makanan atau nutrisi, karena otak yang baik membuat aktifitas belajar menjadi lebih baik. -
Safety (keselamatan/keamanan)
Dengan terciptanya lingkungan kelas yang aman akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif. -
Social (sosial)
Otak adalah organ sosial dimana otak akan terlibat dan lebih berperan aktif saat kita berinteraksi yang kooperatif. -
Emotion (emosi)
Emosi dapat memfasilitasi dan menghambat belajar. Dikatakan mampu memfasilitasi yaitu ketika otak berada dalam keadaan good maka hal ini dapat memfasilitasi/mendorong pemikiran, dan kreativitas, sementara dikatakan menghambat yaitu apabila otak berada dalam keadaan bad maka hal ini dapat mematikan kemampuan untuk berpikir dan berkreasi. -
Attention (perhatian)
Dengan adanya perhatian, berarti memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang yang telah disampaikan. -
Stimuli (rangsangan)
Dengan adanya atau diberikannya suatu rangsangan, itu akan menjadikan otak lebih berperan aktif, otak akan mencari, mempertahankan beberapa jenis informasi yang jauh lebih baik.
Mujiono (2013) mengemukakan pembelajaran ramah otak merupakan model pembelajaran yang mengoptimasi lingkungan sebagai kunci dalam menciptakan kelas yang ramah. Aktifitas belajar yang terjadi melibatkan subjek belajar secara langsung, mengoptimasi semua sumber belajar, dan memberi peluang untuk mengeksplorasi secara luas. Pembelajaran ini tidak terlalu membebani otak dengan konsep dan prinsip yang terfragmentasi.
Jadi, pembelajaran ramah otak merupakan serangkaian kegiatan dimana guru dapat mengelola kelasnya dengan baik, melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran serta memberikan peluang untuk mengeksplorasi pemahaman serta pengetahuannya secara luas. Kegiatan pembelajaran ini telah diseting sebagaimana fungsi otak yang memiliki peran untuk memproses, menyimpan atau mempertahankan serta mengingat kembali informasi yang sudah didapat, sehingga setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilalui akan mempunyai/memberikan makna/nilai, karena kegiatan di kelas bukan hanya sekedar duduk, mendengarkan dan mengerjakan soal-soal latihan.
Guru yang ramah otak akan menumbuhkan rasa aman dan nyaman pada diri setiap peserta didiknya dikarenakan kegiatan pembelajaran ini tidak akan membebani otak, sehingga otak akan bekerja secara optimal yang pada akhirnya selain kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, materi tersampaikan maka tujuan pembelajaran pun akan tercapai.
Jensen mendefinisikan pembelajaran ramah otak adalah keterlibatan strategi yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang berasal dari satu pemahaman tentang otak. Pembelajaran ramah otak adalah belajar sesuai dengan cara otak dirancang secara alamiah untuk belajar. Pembelajaran ramah otak juga merupakan cara berfikir dan mempertimbangkan bagaimana otak belajar dengan optimal.
Pemikiran-pemikiran yang dikemukakan di atas, menjadi dasar untuk pengembangan model pembelajaran ramah otak pada mata pelajaran, Barbara menjelaskan pembelajaran ramah otak sebagaimana yang diuraikan berikut ini: pembelajaran emosional, pembelajaran sosial, pembelajaran kognitif, pembelajaran fisik, dan pembelajaran reflektif. Secara jelas dapat digambarkan seperti berikut;
Pembelajaran ramah otak adalah pembelajaran yang dirancang untuk disesuaikan dengan cara kerja otak secara alamiah untuk belajar. Adapun konsep dasarnya adalah sebagai berikut: mensinergikan cara kerja otak = belahan otak kanan, belahan otak kiri, gaya belajar, multiple intelligence, remembering ( how to memorize ), emotional brain, reducing stress dan pengharapan guru ( teacher expectations ). Hal serupa di jelaskan oleh Gagne bahwa a particular situation may motivate one individual because of prior learning, experience, or expectations.
Model pembelajaran berbasis cara kerja otak adalah pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. pembelajaran mensinergiskan kebutuhan otak, mulai dengan keadaan emosional yang baik, hubungan (sosial) yang menantang, kognitif yang bisa memproses informasi yang dibutuhkan dan kebutuhan untuk melakukan (fisik) serta kebutuhan untuk merefleksi.
Strategi utama yang dapat dikembangkan dalam implementasi pembelajaran berbasis cara kerja otak adalah menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa, menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa.
Pembelajaran Emosional
Sistem pembelajaran emosional otak adalah sistem penuntut. Sistem ini harus nyaman sebelum pikiran bisa terlibat dalam pembelajaran kognitif. Namun, egoisme tidak boleh dibiarkan menguasai individu. Sistem pembelajaran emosional harus menjaga keseimbangan antara emosi dan egoisme. Ia juga harus menjaga keseimbangan dengan keempat sistem lain untuk memperoleh kenyamanan dan kesejahteraan diri secara menyeluruh.
Ketika emosi positif, guru dan murid merasa nyaman tentang sekolah. Mereka akan bertanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran, tetap tekun sampai tugas terselesaikan, mengakui standar pembelajaran sebagai tantangan yang selalui ada dan mengatasinya dengan penuh semangat. Dengan melakukan itu, mereka menciptakan lingkungan pembelajaran sosial yang harmonis, yang di dalamnya pembelajaran cerdas bisa berlangsung dan mereka merasa bebas untuk mengungkapkan diri sesuai dengan kepribadian.
Dalam hal ini Buzan menyarankankan bahwa dalam mengembangkan kecerdasan dan kekuatan emosional, kasih sayang menjadi kata sandinya. Dalam hal ini guru sebagai orang tua kedua di sekolah seharusnya menebarkan kasih sayang kepada setiap siswa sehingga pembelajaran emosional dapat berjalan secara optimal. Jika guru tidak menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar secara afektif dan bisa sepenuhnya menolak pendidikan. Guru yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi peserta didik dengan menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak didik; dengan membantu peserta didik menemukan hasrat untuk belajar.
Dengan membimbing peserta didik dapat mewujudkan target pribadi yang masuk akal dan dengan mendukung mareka dalam upaya untuk menjadi apapun yang bisa mereka capai. Untuk itu pembelajaran perlu menarik, menantang, relevan, berkaiatan dengan yang diketahui peserta didik, dan bisa dicapai atau berada pada zona perkembangan proksimal. Peserta didik dapat meyelesaikan tugas secara mandiri dengan mempelajari kemampuan tersebut dibantu oleh guru, sesame peserta didik atau orang tua. Jika pembelajaran memenuhi semua kriteria ini, kecemasan akademis diperkecil peserta didik akan siap untuk belajar.
Pembelajaran sosial
Sistem pembelajaran sosial otak menginginkan afiliasi dan berharap untuk dihormati dan diakui oleh semua anggota kelompok. Sistem ini berjuang untuk memperoleh pujian dari orang lain yang dianggap penting dan menikmati pembelajaran sambil berhubugan dengan mereka yang memiliki pemikiran serupa. Kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok merupakan kebutuhan terbesar sistem ini. Jika sistem pembelajaran sosial mendukung individu, rasa percaya diri muncul, yang bergantung pada setujuan teman. Sistem sosial yang sehat memungkinkan persahabatan dengan orang berbagai usia berkembang nyaman. Semua siswa terutama mereka yang memiliki kecakapan terbatas dalam pembelajaran sosial, membutuhkan guru sebagai kolaborator untuk membantu mereka untuk mengembangkan kekuatan sosial, seperti belajar mengatasi masalah secara interaktif dengan guru dan siswa lain.
Kecenderungan alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk menjadi bagian dari kelompok, untuk dihormati, dan untuk menikmati perhatian dari yang lain. Jika system emosional bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka sistem sosial berfokus pada interaksi dengan orang lain atau pengalaman interpersonal.
Kebutuhan sosial peserta didik memaksa guru untuk mengelola sekolah menjadi komunitas pelajar, tempat guru dan peserta didik bekerjasama dalam tugas pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang nyata. Di dalam komunitas pelajar, guru dan peserta didik saling berhubungan sebagai satu struktur mirip keluarga, dan peserta didik menerima penghargaan dan perhatian untuk kelebihan mereka, apapun kelebihan itu. Dengan berfokus pada kelebihan peserta didik dalam konteks kelas, maka guru menerima perbedaan sebagai berkah individual untuk dihormati dan bukan sebagai kekurangan untuk diperbaiki. Cara ini memaksimalkan perkembangan sosial melalui kerja sama tulus antar individu. Perbedaan di antara mereka justru menciptakan petualangan kreatif dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran Kognitif
Sistem pembelajaran kognitif adalah sistem pemprosesan informasi pada otak. Sistem ini menyerap masukan dari dunia luar dan semua sistem lain, menginterpretasikan masukan tersebut, serta memandu pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Tugas paling berat sistem kognitif adalah menilai sensasi emosional dan situasi sosial, kemudian mengambil tindakan berdasarkan penilaian tersebut.
Perhatian pada system kognitif menempatkan guru pada peran fasilitator pembelajaran dan peserta didik pada peran pemecahan masalah dan pengambilan keputusan nyata. Seorang fasilitator menyiapkan panggung untuk pembelajaran. Seorang faslitator tidak mengatakan atau mengaku bahwa ia mengetahui semua jawaban, tetapi melengkapi kelas dengan masalah yang dipecahkan untuk dipecahkan dan menyusun materi pendukung untuk solusi, sementara peserta didik memenuhi kebutuhan mereka untuk mengetahui.
Tujuan sistem pembelajaran kognitif otak pada individu adalah mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru. Sistem ini juga sengaja merencanakan dan bersiap-siap untuk mewujudkan hasrat dari sistem pembelajaran emosional dan visi yang dihasilkan dari interaksi budaya.
Pembelajaran Fisik
Sistem pembelajaran fisik otak melibatkan proses interaksi dengan lingkungan untuk mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru, atau untuk mengungkapkan beragam emosi atau konsep. Menggunakan sistem pembelajaran fisik untuk mempelajari informasi baru, memahami konsep yang sulit, dan mengembangkan kecakapan baru sama pentingnya dengan menunjukkan apa yang sudah dipelajari dengan meniru atau melalui ungkapan kreatif.
Pembelajaran juga sangat bergantung pada kebutuhan sistem pembelajaran fisik untuk melakukan banyak hal, serta kecenderungan peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Meskipun sejumlah peserta didik menghindari pembelajaran tactual (partisipasi aktif) dan kinestetik (berorientasi pada gerakan atau aksi), peserta didik lain bisa menikmati pembelajaran hanya jika modalitas ini dilibatkan.
Sistem pembelajaran fisik menyukai tugas akademis menantang yang mirip olah raga, dengan guru melatih, mengilhami, dan mendukung partisipasi aktif untuk meraih sukses. System pembelajaran fisik perlu terlibat aktif, karena system ini tidak bisa memproses informasi secara pasif untuk kemudian dimuntahkan kembali dalam tujuan ujian.
Pembelajaran Reflektif
Pembelajaran reflektif merupakan sistem yang memantau dan mengatur aktivitas semua sistem otak lainnya. Sistem pembelajaran reflektif memiliki kebutuhan kuat untuk melakukan ujicoba dan ekslorasi dan guru yang memandu eksplorasi itu membantu siswa merenungkan emosi, interaksi, pemikiran, gagasan dan prilaku masa lalu, dan memikirkan kaitan semua itu dengan apa yang sedang terjadi saat ini.
Sistem pembelajaran reflektif menuntut peserta didik untuk memahami diri sendiri, dan ini bisa dikembangkan melalui uji-coba dengan perbagai cara pembelajaran. Sebagai contoh, menyimpan catatan prestasi dan interpretasi kemajuan peserta didik bisa menjadi petunjuk tentang system dan subsistem pembelajaran yang paling efektif untuk anak tertentu.