Apa yang dimaksud dengan pembangunan pertanian?


Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selau menambah produksi pertanian untuk menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan.

image

Pembangunan pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan, produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah jumlah modal dan skill, untuk memperbesar turut campur tangannya manusia didalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Dalam konteks pertanian berkelanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap mempertahankan basis sumber daya. Atribut modern sebagai wawasan kemajuan pertanian, modern adalah predikat yang menunjuk kepada adanya sikap rasional, orientasi pasar, jaringan kelembagaan impersonal, orientasi masa depan dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai piranti untuk melaksanakan pekerjaan dan mencapai tujuan.

Selanjutnya dikatakan oleh A. T. Mosher di dalam bukunya “GETTING AGRICULTURE MOVING”, bahwa pembangunan pertanian adalah merupakan suatu bagian integral dari pada pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Pembangunan pertanian memberikan sumbangan kepadanya serta menjamin bahwa pembangunan menyeluruh akan benar-benar bersifat umum yang bidang geraknya mencakup penduduk yang hidup dengan bertani yang besar jumlahnya dan yang untuk tahun-tahun mendatang untuk di berbagai Negara, akan terus hidup dengan bertani.

Ketahanan sektor pertanian dalam menghadapi krisis menyebabkan terjadinya perubahan pola pikir dari para perencana pembangunan di Negara-negara yang sedang berkembang. Jika semula industrialisasi diandalkan sebagai suatu model pembangunan yang akan mampu memecahkan masalah keterbelakangan Negara-negara tersebut, pembangunan sektor pertanian kemudian menjadi harapan baru dalam pembangunan di Negara dunia ketiga.

Sejarah Perkembangan Pertanian


Sejarah pertanian pada umumnya dimulai sejak manusia mulai beralih dari kegiatan berburu yang berpindah-pindah ke kegiatan yang lebih bersifat mantap. Saat lahan masih cukup tersedia, pertanian belum dilakukan secara menetap! Petani segera berpindah saat hasil taninya mulai menurun. Penduduk padang pasir bisaanya berpindah-pindah sambil membawa serta ternaknya untuk mencari padang rumput sebagai sumber pakan ternak. Penduduk hutan tropis membakar hutan untuk bertanam selama satu sampai dua tahun lalu berpindah lagi ke areal lain dari hutan.

Setelah manusia menemukan cara untuk bertanam dan memelihara ternak, proses peningkatan kemampuan tumbuh sejalan dengan proses kesadaran akan kemampuan khusus yang dimiliki oleh seseorang terhadap sesuatu aktivitas tertentu disamping kesadaran akan beragamnya bebutuhan hidup. Hal ini dikenal sebagai spesialisasi – spesialisasi dalam pengusahaan komoditas yang pada awalnya terutama disebabkan oleh kesesuaian agroklimat (kondisi alam), namun kemudian berkembang sehingga lebih ditentukan oleh kemampuan kerja individu manusia. Kemampuan budidaya yang meningkat tersebut kemudian menghasilkan produk-produk yang melebihi kebutuhan sendiri. Ini pada pikirannya kemudian mendorong terjadinya pertukaran akibat adanya kebutuhan yang beragam.

Barter sebagai mekanisme transaksi yang paling awal cikal bakal mekanisme pasar memang lahir dari pertukaran kebutuhan hidup paling mendasar dari manusia, yaitu pangan dan papan. Setelah tatanan social masyarakat berkembang terutama akibat pertambahan penduduk mekanisme barter menjadi terlalu menyulitkan dan tidak efisien dan lahirlah system uang sebagai alat tukar. Monetralisasi kegiatan pertanian dengan adanya uang kemudian merubah sama sekali arah perkembangannya. Mulailah berkembang kegiatan-kegiatan pertanian yang tidak berorientasi pada sekedar pemenuhan kebutuhan sendiri atau masyarakat sekitar tetapi berorientasi pada pencapaian keuntungan dan motif komersial pada umumnya. Pada saat inilah aspek bisnis mulai memasuki dunia pertanian.

Pembangunan Pertanian Merupakan bagian Pembangunan Ekonomi


Jika pertanian merupakan kegiatan turut campur tangannya manusia di dalam pembangunan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan supaya dapat lebih baik memenuhi kebutuhan, maka didalam pembangunan pertanian, penambahan jumlah modal dan skill dimaksudkan untuk memperbesar turut campur tangan tersebut. Jadi pembangunan pertanian adalah suatu proses yang ditunjukkan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan, produksivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah jumlah modal dan skill, untuk memperbesar turut campur tangannya manusia didalam perkembangan tumbuhtumbuhan dan hewan.

Dikatakan selalu, maksudnya bertambahnya produksi, pendapatan dan produktivitas dapat berlangsung untuk waktu yang tidak terbatas. Jadi tidak hanya sekedar memberikan kenaikan produksi, pendapatan dan produktivitas di dalam setahun atau beberapa tahun saja.

Pembangunan pertanian di zaman sekarang berfokus pada pembangunan pertanian yang berkelanjutan dimana pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Banyak orang menggunakan definisi yang lebih luas dan menilai pertanian bisa dikatakan pertanian berkelanjutan jika mencakup hal-hal berikut ini :

  • Mantap secara ekologis, yang berarti bahwa kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan Kedua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis. Sumberdaya local dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, bio massa, dan energy bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran. Tekanannya adalah pada penggunaan sumberdaya yang bisa diperbarui.

  • Bisa berkelanjutan secara ekonomis, yang berarti bahwa petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan atau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya dalam hal produk usahatani yang langsung, namun juga dalam fungsi melestarikan sumberdaya alam dan meminimalkan risiko.

  • Adil, yang berarti bahwa sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan terpenuhi, modal yang memadai, disertai bantuan teknis serta peluang pemasaran yang terjamin. Semua orang memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan, baik di lapangan maupun di dalam masyarakat.

  • Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan dan manusia) dihargai. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati, dan hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar, seperti kepercayaan, kejujuran, hargadiri, kerjasama dan rasa saying. Integritas budaya dan spiritual masyarakat dijaga dan dipelihara.

  • Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usahatani yang berlangsung terus, misalnya pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar dan lain-lain.

Pembangunan pertanian akan membentuk suatu agroekosistem yang terdiri dari kompleksitas organisme pada daerah pertanian atau dalam daerah yang ditanami dan diubah oleh berbagai macam aktivitas manusia untuk kepentingan sektor pertanian, industri dan aktivitas lainnya. Komponen utamanya meliputi tanaman pertanian, tanah dan biota yang esensiil, lingkungan fisik dan kimia (alam dan buatan), energi matahari dan manusia. Unsur yang bersifat sementara, seperti spesies gulma, patogen penyakit tumbuhan atau serangga dapat menjadi unsur yang dominan di dalam sistem itu.

Ciri- cirinya adalah sebagai berikut :

  • Memberi kemungkinan pada kelangsungan hidup dengan jalan melestarikan fungsi dan kemampuan eko sistem yang mendukungnya.
  • Pembangunan Tanaman Berkelanjutan Memanfaatkan sumberdaya alam sejauh alam dan teknologi pengelolaannya mampu menghasilkan produk secara lestari.
  • Memberi kesempatan kepada sektor lain untuk berkembang secara berkesinambungan.
  • Meningkatkan dan melestarikan kemampuan dan fungsi ekosistem untuk memasok sumberdaya alam dan sekaligus melindungi dan mendukung perikehidupan secara berkesinambungan.
  • Menggunakan prosedur dan tatacara yang memperlihatkan kelestarian fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukung perikehidupan, baik kini maupun di masa yang akan datang.

Pembangunan pertanian atau lebih tepat perkembangan dari kemajuan pertanian pada dasarnya adalah suatu rangkaian panjang dari perubahan atau peningkatan kapasitas, kualitas, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja pertanian, disertai dengan penataan dan pengembangan lingkungan fisik dan sosialnya, sebagai manifestasi dari akumulasi modal dan kekayaan material serta organisasi dan managemen. Dengan demikian maka pembangunan pertanian dapat dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kebudayaan dari masyarakat (khususnya di pedesaan) untuk meningkatkan kapasitas, kualitas, profesionalitas dan produktivitas dirinya, sehingga mereka mampu secara dinamik memanfaatkan peluang dan mengatasi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merupakan kendala bagi mereka untuk meraih kesejahteraan yang diidamkannya.

Kendala Pembangunan Pertanian


Salah satu faktor keberhasilan pembangunan pertanian adalah Sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki komitmen membangun sektor pertanian. Namun, pembangunan pertanian menghadapi permasalahan cukup serius, yaitu jumlah petani muda terus mengalami penurunan, baik secara absolut maupun relatif, sementara petani usia tua semakin meningkat. Peran tenaga kerja pertanian Indonesia dalam penyerapan tenaga kerja nasional tidak terbantahkan memiliki kontribusi terbesar, sekitar 35,3% (Kementerian Pertanian 2015b), namun sampai saat ini masih terdapat permasalahan serius di bidang ketenagakerjaan pertanian.

Permasalahan utama yaitu perubahan struktur demografi yang kurang menguntungkan bagi sektor pertanian, yaitu petani berusia tua (lebih dari 55 tahun) jumlahnya semakin meningkat, sementara tenaga kerja usia muda semakin berkurang.

Berbagai alasan penyebab menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor pertanian terutama adalah citra sektor pertanian yang kurang bergengsi dan kurang bisa memberikan imbalan memadai. Hal ini berpangkal dari relatif sempitnya rata-rata penguasaan lahan usaha tani. Alasan lain adalah cara pandang dan way of life tenaga kerja muda telah berubah di era perkembangan masyarakat postmodern seperti sekarang. Bagi anak-anak muda di perdesaan, sektor pertanian makin kehilangan daya tarik. Bukan sekedar karena secara ekonomi sektor pertanian makin tidak menjanjikan, tetapi keengganan anak-anak muda untuk bertani sesungguhnya juga dipengaruhi oleh subkultur baru yang berkembang di era digital seperti sekarang.

Krisis petani muda di sektor pertanian dan dominannya petani tua memiliki konsekuensi terhadap pembangunan sektor pertanian berkelanjutan, khususnya terhadap produktivitas pertanian, daya saing pasar, kapasitas ekonomi perdesaan, dan lebih lanjut hal itu akan mengancam ketahanan pangan serta keberlanjutan sektor pertanian.

Menurunnya persentase tenaga kerja muda, sebaliknya meningkatnya persentase tenaga kerja usia tua, secara implisit juga menunjukkan bahwa ada mismatch antara jenis kesempatan kerja yang diinginkan oleh tenaga kerja muda di perdesaan dengan kesempatan kerja yang tersedia. Ketidakcocokan keterampilan diterjemahkan sebagai tenaga kerja dengan tingkat pendidikan atau keterampilan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari apa yang dibutuhkan oleh pekerjaan tertentu. Kaitannya dengan kualitas pendidikan tenaga kerja muda di sektor pertanian, semakin tinggi pendidikan tenaga kerja muda di perdesaan, maka mereka akan semakin selektif dalam memanfaatkan kesempatan kerja di perdesaan.

Sepanjang sektor pertanian belum mampu menumbuhkan image bahwa pekerjaan di sektor pertanian juga dapat memberikan kebanggaan dan prospek pendapatan yang baik, maka semakin membaiknya tingkat pendidikan tenaga kerja muda tidak akan berpengaruh banyak bagi kualitas tenaga kerja pertanian. Sektor pertanian akan tetap ditinggalkan oleh tenaga kerja muda yang berpendidikan tinggi. Pengurangan serapan tenaga kerja pertanian memang merupakan proses yang dikehendaki dalam menghadapi perubahan struktur ekonomi nasional menuju industrialisasi. Dengan pengurangan penyerapan tenaga kerja pertanian, maka beban sektor pertanian yang selama ini berperan sebagai bumper nasional untuk penyerapan tenaga kerja juga akan berkurang. Dengan demikian, diharapkan akan meningkatkan produktivitas pertanian.

Kebijakan untuk menarik tenaga kerja muda ke sektor pertanian

  1. Mengubah Persepsi Generasi Muda terhadap Pertanian
    Persepsi negatif generasi muda ke pertanian bahwa kegiatan pertanian identik dengan kondisi lingkungan yang tidak menarik, tidak bergengsi, dan tidak memberikan penghasilan yang memadai harus diubah menjadi persepsi positif.

  2. Pengembangan Agroindustri
    Pengembangan agroindustri melalui penggunaan teknologi industri yang menciptakan nilai tambah, menunjukkan bahwa pertanian tidak semata-mata kegiatan on farm untuk memproduksi bahan-bahan mentah/ bahan baku produksi. Kaitannya dengan teknologi industri, Daryanto (2009) mengemukakan, branding yang merupakan bagian dari aktivitas teknologi industri, merupakan ekonomi kreatif yang biasanya disukai oleh generasi muda. Dalam branding termasuk di dalamnya adalah packing dan processing. Industri tersebut dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Citra pertanian melalui agroindustri akan dapat diperbaiki di mata pemuda karena mereka tidak harus berkutat di lahan pertanian on farm.

  3. Inovasi Teknologi
    Inovasi teknologi sangat terkait dengan generasi muda, yakni menggugah ketertarikan pemuda di sektor pertanian. Karakteristik kaum muda adalah pada kekuatannya, rasa ingin tahunya, kesediaan untuk mengambil risiko dan mencoba-coba peluang baru. Salah satu contoh untuk meningkatkan citra pertanian di mata pemuda adalah melalui inovasi urban farming.

  4. Insentif
    Insentif perlu diberikan khususnya kepada petani muda atau petani pemula yang berusaha untuk menarik minat mereka berusaha di sektor pertanian. Berbagai program insentif di bidang fiskal melalui kebijakan subsidi input dan subsidi suku bunga kredit selama ini memang telah diberikan oleh Pemerintah Indonesia, namun tidak secara khusus ditujukan untuk pemuda atau petani pemula agar tertarik bekerja di sektor pertanian.

  5. Pertanian Modern
    Salah satu alasan tenaga kerja muda tidak suka bekerja di pertanian adalah persepsi bahwa pertanian merupakan kegiatan on farm dengan teknologi sederhana, jauh dari kesan prestise. Persepsi inilah yang akan diubah melalui kebijakan pengembangan pertanian modern, yaitu melalui penggunaan mekanisasi pertanian secara penuh.

  6. Pemberdayaan Petani Muda
    Program pemberdayaan petani sudah banyak dilakukan baik oleh Kementerian dan lembaga-lembaga swasta baik dalam negeri maupun internasional serta LSM. Salah satu contoh program pemberdayaan adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat atau yang lebih dikenal dengan program PNPM Mandiri. PNPM Mandiri memiliki banyak program pendukung, di antaranya adalah PNPM Mandiri Perdesaan, yang memfasilitasi pemberdayaan masyarakat, kelembagaan lokal, pendampingan masyarakat, pelatihan masyarakat, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM).

  7. Memperkenalkan Pertanian kepada Generasi Muda Sejak Dini
    Langkah operasional Kementerian Pertanian dalam penumbuhan minat generasi muda terhadap sektor pertanian adalah melalui program kewirausahaan mahasiswa pertanian. Program ini bekerja sama dengan Perguruan Tinggi dan bertujuan untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan mahasiswa di bidang pertanian (agripreneur), meningkatkan peluang bisnis bagi lulusan sehingga mampu menjadi job creator di sektor pertanian, mendorong pertumbuhan dan perkembangan kapasitas Institusi Pendidikan Tinggi Pertanian sebagai center of agripreneur development berbasiskan inovasi agribisnis (BPPSDMP 2016b.

REFERENSI

Sudalmi,Endang Sri.2010.Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol.9, No. 2, September 2010 (15 -28 ).

Susilowati,Sri Hery.2016. Fenomena Penuaan Petani Dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda Serta Implikasinya Bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

1 Like