Menurut MLM Leaders (2007), Multi Level Marketing ( MLM ) adalah metode pendistribusian barang atau jasa dengan sistem penjualan langsung melalui program pemasaran berbentuk jaringan. Dimana para distributornya akan mendapatkan pendapatan dari penjualan langsung yang dilakukan sendiri dan pendapatan dari total omzet jaringan atau kelompok dari organisasi yang telah dibangunnya.
Menurut Odop (2007), Multi Level Marketing merupakan sebuah cara memasarkan produk dari produsen ke customer melalui agen atau distributor tunggal mandiri. Agen atau distributor mandiri ini mendapatkan kompensasi bonus yang diberikan oleh perusahaan atas jasanya menjual dan memperkenalkan produk.
Sedangkan menurut Poe (2000), pemasaran berjenjang ( MLM ) adalah suatu sistem yang memungkinkan para wiraniaga bekerja dari rumah, merekrut wiraniaga lain, dan memperoleh komisi dari hasil penjualan yang dilakukan wiraniaga yang telah direkrutnya ( dan juga dari wiraniaga yang kemudian direkrut oleh wiraniaga yang baru direkrut tadi dan seterusnya).
Karakteristik Bisnis MLM
Menurut MLM Leaders (2007), beberapa karakteristik dari bisnis MLM :
1. Modal Rendah
Modal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis MLM tidaklah tinggi, hanya berkisar pada puluhan ribu rupiah. Rendahnya modal awal ini disebabkan karena :
-
Sebagai distributor / agen, perusahaan MLM tidak harus menyediakan tempat seperti ketika membuka toko atau kantor, untuk jenis usaha lainnya. Seseorang bisa menggunakan rumah sebagai tempat usaha. Bahkan, ada perusahaan MLM yang menyediakan tempat / kantor sebagai pusat kegiatan para agen / distributornya.
-
Sebagai distributor / agen tidak perlu memiliki persediaan / stok barang yang banyak cukup hanya sebagai contoh produk saja.
Kalaupun ingin memiliki persediaan produk, persediaan itu hanya bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan transaksi. Ketika terjadi transaksi di rumah konsumen atau prospek, tidak perlu membuang waktu untuk perjalanan pulang pergi dari rumah konsumen ke kantor perwakilan perusahaan hanya untuk membeli satu atau dua produk. Persediaan atau stok barang yang besar dilakukan oleh pihak perusahaan, ataupun pihak yang telah ditunjuk oleh perusahaan sebagai perwakilan di wilayah tersebut. Hal inilah yang membuat distributor / agen sebuah perusahaan MLM tidak membutuhkan modal yang besar.
-
Sebagai distributor / agen tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menggaji manajemen. Perusahaan MLM biasanya telah menyiapkan manajemen untuk menangani bidang administrasi serta seluruh kegiatan operasional lainnya. Dengan demikian, para distributor / agen cukup hanya memfokuskan diri pada bidang pemasaran dan pembentukan jaringan rekan kerja ( networking ).
Selain itu, modal awal yang dikeluarkan sebenarnya hanya digunakan untuk mengganti biaya cetak dari:
- Lembaran brosur yang mengulas tentang profil perusahaan
- Lembaran brosur yang berisi keterangan mengenai produk - produk yang dimiliki perusahaan.
- Lembaran informasi yang berisi rencana bisnis perusahaan.
Informasi yang diberikan meliputi jumlah pendapatan yang bisa diterima, cara memperoleh pendapatan yang lebih besar lagi, serta langkah-langkah, atau persyaratan yang harus dipenuhi baik dalam volume penjualan maupun banyaknya jumlah rekan kerja yang berhasil dibentuk.
2. Pengarahan dan Bimbingan
Bisnis MLM menjadi sebuah bisnis dambaan. Setiap orang yang ingin memiliki sebuah bisnis pasti menginginkan adanya bimbingan dari seseorang yang lebih memiliki pengalaman dalam bisnis, atau usaha tersebut. Dalam bisnis MLM, setiap orang akan mendapatkan bimbingan yang berasal dari upline dan support system. Tidak adanya pengarahan dan bimbingan akan mempersulit, bahkan menghambat seseorang dalam membangun sebuah bisnis.
3. Resiko kecil
Bisnis MLM memiliki resiko yang sangat kecil, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada. Kecilnya resiko dalam bisnis ini disebabkan oleh :
-
Modal usaha yang kecil. Ketika terjadi sesuatu yang sangat buruk, dan seseorang harus berhenti menjalankan bisnis ini, orang itu tidak akan kehilangan modal atau uang dalam jumlah besar. Bandingkan dengan kerugian yang dialami ketika seseorang berhenti menjalankan bisnis lain yang dibuka dan dijalankan sendiri.
-
Sistem transaksi cash and carry. Semua pembayaran dilakukan secara tunai oleh setiap rekan kerja. Hal ini membuat seseorang yang menjalankan bisnis ini tidak memiliki piutang tak tertagih, seperti yang biasanya ada pada bidang bisnis lainnya.
-
Tanggung jawab terpisah. Masing-masing orang memiliki tanggung jawab dan kewajiban sendiri-sendiri.
4. Pendapatan tidak terbatas / besar
Bisnis jaringan adalah sebuah bisnis yang memiliki potensi pendapatan yang sangat besar, bahkan bisa dikatakan tidak terbatas. Hal ini disebabkan karena dalam jaringan bisnis seseorang tidak ada pembatasan jumlah rekan kerja yang boleh dimiliki.
5. Perluasan wilayah / ekspansi usaha
Ekspansi usaha adalah salah satu cara untuk memperbesar pendapatan dan juga memperkecil resiko kehilangan pendapatan. Perluasan wilayah menjadi satu hal yang penting untuk dilakukan karena kita tidak pernah tahu kapan akan terjadi sesuatu pada salah satu wilayah usaha kita. Hal-hal yang bisa terjadi pada sebuah wilayah:
- Bencana alam
- Kerusuhan
- Keadaan ekonomi yang memburuk
- Perubahan kebijakan
- Kestabilan keamanan dan politik satu wilayah yang bisa berubah sewaktu-waktu
Kemudahan dalam melakukan perluasan wilayah bisnis MLM disebabkan oleh:
- Kegiatan bisnis MLM tidak membutuhkan tempat, atau outlet khusus. Kegiatan dari bisnis ini bisa dilakukan dimana saja, bahkan di rumah sekalipun.
- Perluasan wilayah bisnis tidak membutuhkan persediaan barang yang terlalu banyak.
- Perluasan wilayah bisnis tidak membutuhkan pengurusan ijin untuk menjalankan usaha.
- Distributor MLM tidak membutuhkan karyawan untuk menjalankan usahanya.
- Rekan kerja yang dibutuhkan pada suatu wilayah baru bisa dibentuk dari siapapun, bahkan orang yang baru dikenal di wilayah tersebut.
Alasan Pendistribusian Secara MLM
Menurut Prana ( 2007 ), ada beberapa alasan mengapa perusahaan memilih MLM untuk mendistribusikan produknya, diantaranya :
1. Biaya overhead distribusi yang rendah
Typical distribusi melalui retail melibatkan serangkaian regional, negara, kota, dan retailer lokal untuk mendistribusikan barang - barang. Masing - masing perlu mendapatkan keuntungan dan melakukan mark up harga dari barang.
Jalur distribusi non MLM :
Manufacturer -> transporter -> wholesaler -> retailer -> advertisers -> customers
Jalur distribusi MLM :
Manufacturer -> representative -> customer
2. Tim sales dan marketing yang termotivasi
Ada banyak sekali produk yang membanjiri pasaran. Dibutuhkan dana marketing yang besar untuk bisa memperoleh tempat di customer. Dengan menggunakan konsep MLM, maka peranan marketing dilakukan oleh customer. Selain itu banyak produk yang membutuhkan penjelasan yang rinci dibandingkan dengan yang dapat dilakukan pada iklan TV selama 30 detik.
Sistem Konsep Kerja MLM
Menurut Priyadi ( 2006 ), Kunci dari sistem konsep MLM adalah kelompok distributor. Pada MLM yang baik, kelompok distributor ini secara keseluruhan tidak merugi. Materi yang masuk ke kelompok distributor ini haruslah lebih besar daripada materi yang keluar meninggalkan kelompok ini.
Untuk mengetahuinya harus memilah - milah jenis - jenis transaksi dari sudut pandang kelompok distributor.
-
Produsen mengirim produk ke distributor
- Produk untuk dikonsumsi distributor sendiri
- Produk untuk dikonsumsi konsumen di luar distributor
-
Distributor mengirim produk ke konsumen
-
Konsumen membayar harga produk ke distributor
-
Distributor membayar harga produk ke produsen.
- Harga produk untuk dikonsumsi distributor sendiri
- Harga produk untuk dikonsumsi konsumen di luar distributor
-
Sumber daya yang harus dikeluarkan distributor sebagai konsekuensi menjalankan tugas sebagai distributor
-
Perpindahan dana akibat proses perekrutan
- Dana yang diterima oleh distributor sebagai konsekuensi memiliki downline
- Dana yang disetor oleh distributor sebagai konsekuensi memiliki upline.
Poin 1b dan poin 2 saling mengeliminasi. Poin 3 lebih besar daripada poin 4b, selisihnya adalah profit bagi distributor secara keseluruhan. Poin 1a dan 4a dapat disatukan sebagai transaksi jual beli antara produsen dan distributor, produsen mendapatkan uang harga produk dari distributor, sedangkan distributor tidak mendapatkan profit, tetapi mendapatkan manfaat dari produk. Poin 6a dan 6b saling mengeliminasi.
Setelah mengeliminasi faktor-faktor yang saling berlawanan, hasilnya adalah seperti di bawah ini :
- Transaksi jual beli antara produsen dan distributor ( Poin 1a dan 4a). Produk dipakai oleh distributor sendiri.
- Konsumen mengirim dana sebagai keuntungan kotor ke distributor, jika distributor menjual produk ke konsumen di luar distributor ( Poin 3 dan 4b )
- Sumber daya yang harus dikeluarkan distributor sebagai konsekuensi menjalankan tugas sebagai distributor.
Transaksi di atas sudah melalui proses generalisasi. Bisa saja seorang distributor menerima bonus dari produsen, dari upline-nya, dari upline upline- nya. Tetapi pada dasarnya uang yang diterima berasal dari keuntungan hasil penjualan produk ke kelompok masyarakat nondistributor. Sedangkan bonus yang diterima akibat merekrut seorang distributor akan saling menghilangkan dengan dana yang disetorkan oleh distributor baru tersebut.
Dengan demikian, satu-satunya sumber keuntungan yang didapatkan oleh kelompok distributor secara kolektif adalah jika mereka menjual produk ke masyarakat yang tidak bergabung dalam kelompok distributor. Pendapatan kelompok distributor secara keseluruhan menjadi positif seandainya poin 2 > poin 3.
Tipe-Tipe Distributor MLM
Menurut Odop (2007), tipe-tipe distributor MLM dibagi menjadi lima, yaitu :
1. Pedagang Multi Level
Orang-orang ini memiliki pengalaman yang sarat tentang pahit manisnya berbisnis jaringan, namun kiprah mereka penuh dengan intrik dan trik jitu dalam membangun bisnis. Di tangan mereka, sebuah organisasi jaringan bisa berkembang pesat, bisa juga mati dalam waktu yang singkat. Pedagang multi level tidak pernah mau tahu apa akibat dari intrik bisnis yang mereka lakukan terhadap distributor lini bawah. Masalah apakah member lini bawah menjerit karena kerugian investasi, para pedagang MLM tidak akan ambil pusing.
Tingkat keahlian pedagang MLM di atas rata-rata, namun mereka tidak memiliki kredibilitas sebagai seorang pebisnis jaringan sejati yang mengutamakan pelayanan kepada anggota lini bawah. Para pelaku jenis ini adalah yang paling berbahaya bagi masa depan member jaringan MLM. Kebanyakan para pedagang ini ditunjang oleh perusahaan-perusahaan MLM yang tidak bonafit. Akibatnya, banyak MLM baru hanya menjadi MLM musiman.
2. Pemain Multi Level
Pemain MLM bukan menjadi pemimpin sejati dalam bisnis, tetapi mereka akan mencari kesempatan yang lebih menguntungkan dengan berpindah ke perusahaan baru. Yang tidak baiknya terkadang mereka menghancurkan perusahaan sebelumnya dengan pemberitaan yang buruk demi memindahkan organisasi lini bawahnya untuk ikut berkiprah di perusahaan di mana sekarang bernaung.
3. Pemimpin Multi Level
Kelompok ini terdiri dari orang-orang distributor inti yang bekerja dengan dedikasi dan etos profesionalisme luar biasa. Mereka memiliki jiwa kepemimpinan hebat, kemauan yang kuat, serta berorientasi jangka panjang. Para pemimpin MLM ini adalah orang- orang yang memiliki integritas tinggi, mau melayani member-nya. Sukses sejati bagi mereka adalah sukses dari semua kesuksesan yang ditawarkan bisnis MLM, pure success yang terdiri dari finansial, spiritual, dan waktu. Tidak peduli sesulit apapun badai yang menimpa bisnis, mereka tetap berjalan terus memperbaiki lagi membangun titik distribusi yang lebih kuat, membangun fondasi bisnis dari para leader-leader lini bawah yang bisa diandalkan. Mereka adalah orang yang telah terbukti mampu menjadi inspirator bagi seluruh member-nya.
4. Pengguna Produk
Orang-orang ini tidak tertarik menjalankan bisnis dengan serius. Ketika mereka mau, mereka akan jalan sesuai iramanya. Bagi mereka yang penting manfaat dan kegunaan produk, bukan potensi bisnis dan pendidikan sumber daya manusia. Setengah dari para member perusahaan MLM adalah orang-orang dengan tipikal bisnis model ini. Tipe pengguna produk adalah orang-orang baik hati yang lebih suka berjualan karena memanfaatkan kegunaan produk yang mereka nilai sangat berguna bagi orang lain.
5. Masuk Langsung Mati
Kelompok yang telah bergabung, besoknya mengundurkan diri, alias “Masuk Langsung Mati”. Orang-orang ini bergabung sebentar, menginvestasikan modalnya dan mendapatkan produk, tanpa melihat manfaat dan keunggulan produk tanpa melihat kemungkinan peluang, tanpa ingin mengembangkan diri di bisnis MLM dan besoknya mengundurkan diri. Mereka tidak sempat berkarya, tidak sempat melakukan apa-apa.
Istilah dalam Dunia MLM
Berikut ini isitilah-istilah yang sering digunakan dalam bisnis Multi Level Marketing:
A. Upline
Menurut MLM Leaders (2007), Upline, yaitu rekan kerja yang telah mengajak seseorang untuk menekuni usaha MLM. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki, mereka dapat mengarahkan, membimbing, serta mendampingi seseorang saat menjalankan bisnis ini.
B. Downline
Menurut MLM Leaders (2007), Downline adalah semua jaringan di bawah upline. Ini termasuk orang yang upline sponsori sendiri dan orang yang disponsori.
C. Crossline / Sideline
Menurut Supiansyah ( 2007 ), Crossline atau sideline adalah apabila antara mitra yang satu dengan mitra yang lain tidak berada dalam satu garis jaringan ( network family ) atau dengan kata lain berada di luar jaringannya.
D. Support System
Menurut MLM Leaders (2007), Support system adalah sebuah organisasi yang menyediakan berbagai sistem pendidikan untuk distributor dalam sebuah MLM. Biasanya perusahaan MLM hanya menyediakan produk atau jasa yang akan dipasarkan dan juga bonus yang akan dibayarkan kepada distributor. Support system yang menyediakan pendidikan dan alat penunjang yang memudahkan distributor dalam menjalankan bisnis MLM-nya.