Pediculosis merupakan penyakit akibat infestasi kutu (lice). Pada anjing paling banyak dilakukan oleh kutu menggigit yang termasuk ke dalam subordo Mallopaga dan kutu penghisap. Kutu ini dapat dijumpai di berbagai bagian kulit tubuh, terutama pada bagian yang ada lipatannya (Subronto, 2010).
Etiologi Infeksi kutu (lice) pada anjing paling banyk dilakukan oleh kutu menggigit, yang termasuk subordo Mallhopaga, dan kutu pengisap yang termasuk subordo Anopleura. Dari subordo yang pertama terbanyak dilakukan oleh kutu Heterdoxus sp dan Trichodectes sp sedang dari yang kedua oleh Linognathus sp. Kutu berbentuk sebagai insekta tanpa sayap berukuran 1-3 mm, ditopang oleh 6 kaki, tidak bisa bergerak cepat.
Mereka adalah ektoparasit yang bersifat host-spesific, dan ditularkan lewat kontak antar hewan. Kutu dewasa bertelur dibatang rambut, melekat erat, dan di dalam mencapai dewasa mengalami perubahan bentuk beberapa kali (Subronto, 2006). Kutu heterodoxus spp yang berukuran 3 m, langsing, termasuk sering ditemukan menginfestasi anjing. Kutu Linognathus sitosus sering ditemukan pada anjing yang berbulu lebat (Subronto, 2006).
Kutu Tricodectes canis yang berukuran 1-2 mm, merupakan hospes antara bagi cacing Dipylidium caninum dan cacing jantung Dipetalonema reconditum. Kutu Heterodoxus spp yang berukuran 3mm, langsing, termasuk sering ditemukan menginfestasi anjing. Kutu Linognathus setosus sering ditemukan pada anjing yang berbulu lebat (Subronto, 2010).
Patogenesis
Kutu dapat dijumpai di berbagai bagoan kulit tubuh, terutama pada bagian kulit yang ada lipatannya. Daun telinga anjing yang menggantung juga sering disenangi oleh kutu karena teduh dan lembab. Infestasi yang bersifat sedang hanya menimbulkan rasa gatal dan ketidaktenangan. Pada infestasi yang bersifat berat terjadi kemerahan (eritema) kulit, exkoriasi, dan rontoknya rambut.
Pada infestasi oleh kutu pengisap dapat terjadi anemia (Subronto, 2006). Anjing liar dan anjing yang dipelihara bersama hewan lain, atauang pemeliharaanya kurang higienis sering terinfeksi parasit, termasukutu, sampai derajat berat. Sebaliknya pada anjing yang dirawat dengan baik, infestasi kutu tidak merupakan masalah. Hal tersebut dianggap penting dalam mengatasi infeksi kutu, apakah cukup membersihkan pada anjingnya saja, atau juga mencakup pembersihan lingkungan dan menggunakan inteksida (Subronto, 2006).
Gejala Klinis
Gejala yang timbul akibat infestasi ektoparasit ini yaitu ketidaknyamanan dan pruritus (bervariasi tiap individu), terlihat butiran yang menyebar di rambut, alopecia pada dorsal dan lateral kaki belakang, timbul papula dan kerak pada daerah kaki belakang, ginggivitis kadang-kadang terjadi dan sering menimbulkan hair-ball, bagian yang menjadi prediliksi tungau ini mayoritas yaitu dorsothorak dan caudal anjing(Schwassman dan Logas, 2010).
Anjing dapat mengalami gejala yaitu adanya bercak-bercak coklat kehitaman di rambut pada bagian punggung dan ekor yang diakibatkan oleh adanya tungau dewasa dan larya sehingga nampak seperti taburan garam dan merica, gejala pruritus ringan, grooming yang berlebihan yang dikarenakan adanya ketidaknyamanan pada rambut sehingga mengakibatkan adanya hair-ball pada lambung dan sering dimuntahkan oleh anjing, terdapat bulu-bulu yang patah dan keropeng di kulit pada bagian medial kaki belakang karena aktifnya aktifitas grooming di daerah tersebut, gingivo-stomatitis terjadi karena adanya tungau yang terbawa saat grooming akibat antigen tungau tersebut (Schwassman dan Logas, 2010).
Diagnosis
Diagnosis pedikulosis didasarkan pada ditemukannya kutu, yang tidak begitu sulit, dan untuk identifikasi perlu diperhatikan morfologi, warna dan anatomi kutu (Subronto, 2006).