Apa yang dimaksud dengan Pedikulosis Pubis ?

Pedikulosis pubis adalah penyakit infeksi pada rambut di daerah pubis dan sekitarnya yang disebabkan oleh Phthirus pubis. Penyakit ini menyerang orang dewasa dan dapat digolongkan dalam penyakit akibat hubungan seksual dan menular secara langsung.

Apa yang dimaksud dengan Pedikulosis Pubis ?

Pedikulosis pubis adalah penyakit infeksi pada rambut di daerah pubis dan sekitarnya yang disebabkan oleh Phthirus pubis. Penyakit ini menyerang orang dewasa dan dapat digolongkan dalam penyakit akibat hubungan seksual dan menular secara langsung. Infeksi juga bisa terjadi pada anak-anak yang berasal dari orang tua mereka dan terjadi di alis, atau bulu mata.

Hasil Anamnesis (Subjective)

Keluhan

Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas sampai ke daerah abdomen dan dada. Gejala patognomonik lainnya adalah adanya black dot yaitu bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang dilihat penderita pada waktu bangun tidur. Bercak hitam tersebut adalah krusta berasal dari darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai hematuria.

Faktor Risiko:

  1. Aktif secara seksual
  2. Higiene buruk
  3. Kontak langsung dengan penderita

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi ditemukan bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut makula serulae pada daerah pubis dan sekitarnya. Kutu dapat dilihat dengan mata telanjang dan juga bisa didapatkan pembengkakan kelenjar getah bening sekitar.

Pemeriksaan Penunjang

Mencari telur atau bentuk dewasa P. pubis

Penegakan Diagnostik (Assessment)

Diagnosis Klinis

Penegakan diagnosis melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.


Gambar Pedikulosis pubis

Diagnosis Banding:

  1. Dermatitis seboroik
  2. Dermatomikosis Komplikasi: -

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan Pengobatan topikal :

Gameksan 1%, atau emulsi benzil benzoat 25% yang dioleskan dan didiamkan selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari kemudian, jika belum sembuh

Rencana Tindak Lanjut :

Mitra seksual juga diperiksa dan diobati

Konseling dan Edukasi

  1. Menjaga kebersihan badan
  2. Sebaiknya rambut kelamin dicukur
  3. Pakaian dalam direbus atau diseterika Kriteria Rujukan : -

Peralatan

Tidak diperlukan perlatan khusus untuk mendiagnosis penyakit pedikulosis pubis.

Prognosis

Bonam

Sumber :
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer

Referensi

  1. Cho B.S., Kim H.S., Pediculosis of The Pubis. Available from http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMicm0707428 (10 Juni 2014)
  2. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  3. Guenther L. Pediculosis. Available from http://e-medicine.medscape.com (10 Juni 2014)

Pediculosis merupakan penyakit akibat infestasi kutu (lice). Pada anjing paling banyak dilakukan oleh kutu menggigit yang termasuk ke dalam subordo Mallopaga dan kutu penghisap. Kutu ini dapat dijumpai di berbagai bagian kulit tubuh, terutama pada bagian yang ada lipatannya (Subronto, 2010).

Etiologi Infeksi kutu (lice) pada anjing paling banyk dilakukan oleh kutu menggigit, yang termasuk subordo Mallhopaga, dan kutu pengisap yang termasuk subordo Anopleura. Dari subordo yang pertama terbanyak dilakukan oleh kutu Heterdoxus sp dan Trichodectes sp sedang dari yang kedua oleh Linognathus sp. Kutu berbentuk sebagai insekta tanpa sayap berukuran 1-3 mm, ditopang oleh 6 kaki, tidak bisa bergerak cepat.

Mereka adalah ektoparasit yang bersifat host-spesific, dan ditularkan lewat kontak antar hewan. Kutu dewasa bertelur dibatang rambut, melekat erat, dan di dalam mencapai dewasa mengalami perubahan bentuk beberapa kali (Subronto, 2006). Kutu heterodoxus spp yang berukuran 3 m, langsing, termasuk sering ditemukan menginfestasi anjing. Kutu Linognathus sitosus sering ditemukan pada anjing yang berbulu lebat (Subronto, 2006).

Kutu Tricodectes canis yang berukuran 1-2 mm, merupakan hospes antara bagi cacing Dipylidium caninum dan cacing jantung Dipetalonema reconditum. Kutu Heterodoxus spp yang berukuran 3mm, langsing, termasuk sering ditemukan menginfestasi anjing. Kutu Linognathus setosus sering ditemukan pada anjing yang berbulu lebat (Subronto, 2010).

Patogenesis

Kutu dapat dijumpai di berbagai bagoan kulit tubuh, terutama pada bagian kulit yang ada lipatannya. Daun telinga anjing yang menggantung juga sering disenangi oleh kutu karena teduh dan lembab. Infestasi yang bersifat sedang hanya menimbulkan rasa gatal dan ketidaktenangan. Pada infestasi yang bersifat berat terjadi kemerahan (eritema) kulit, exkoriasi, dan rontoknya rambut.

Pada infestasi oleh kutu pengisap dapat terjadi anemia (Subronto, 2006). Anjing liar dan anjing yang dipelihara bersama hewan lain, atauang pemeliharaanya kurang higienis sering terinfeksi parasit, termasukutu, sampai derajat berat. Sebaliknya pada anjing yang dirawat dengan baik, infestasi kutu tidak merupakan masalah. Hal tersebut dianggap penting dalam mengatasi infeksi kutu, apakah cukup membersihkan pada anjingnya saja, atau juga mencakup pembersihan lingkungan dan menggunakan inteksida (Subronto, 2006).

Gejala Klinis

Gejala yang timbul akibat infestasi ektoparasit ini yaitu ketidaknyamanan dan pruritus (bervariasi tiap individu), terlihat butiran yang menyebar di rambut, alopecia pada dorsal dan lateral kaki belakang, timbul papula dan kerak pada daerah kaki belakang, ginggivitis kadang-kadang terjadi dan sering menimbulkan hair-ball, bagian yang menjadi prediliksi tungau ini mayoritas yaitu dorsothorak dan caudal anjing(Schwassman dan Logas, 2010).

Anjing dapat mengalami gejala yaitu adanya bercak-bercak coklat kehitaman di rambut pada bagian punggung dan ekor yang diakibatkan oleh adanya tungau dewasa dan larya sehingga nampak seperti taburan garam dan merica, gejala pruritus ringan, grooming yang berlebihan yang dikarenakan adanya ketidaknyamanan pada rambut sehingga mengakibatkan adanya hair-ball pada lambung dan sering dimuntahkan oleh anjing, terdapat bulu-bulu yang patah dan keropeng di kulit pada bagian medial kaki belakang karena aktifnya aktifitas grooming di daerah tersebut, gingivo-stomatitis terjadi karena adanya tungau yang terbawa saat grooming akibat antigen tungau tersebut (Schwassman dan Logas, 2010).

Diagnosis

Diagnosis pedikulosis didasarkan pada ditemukannya kutu, yang tidak begitu sulit, dan untuk identifikasi perlu diperhatikan morfologi, warna dan anatomi kutu (Subronto, 2006).