Parafimosis adalah kondisi yang hanya dijumpai pada pria yang belum disunat. Kondisi ini terjadi saat kulit penutup pada penis tidak dapat ditarik ke depan melebihi ujung pada penis. Hal ini menyebabkan kulit menjadi bengkak dan terjepit, yang pada akhirnya dapat memperlambat atau menghentikan aliran darah pada ujung penis. Kondisi ini dapat berujung pada komplikasi yang serius jika tidak ditangani segera.
Parafimosis merupakan kegawatdaruratan karena dapat mengakibatkan terjadinya ganggren yang diakibatkan preputium penis yang diretraksi sampai di sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada kondisi semula dan timbul jeratan pada penis di belakang sulkus koronarius.
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pembengkakan pada penis
Nyeri pada penis
Faktor Risiko
Penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada laki-laki yang belum disirkumsisi misalnya pada pemasangan kateter.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Preputium tertarik ke belakang glans penis dan tidak dapat dikembalikan ke posisi semula
Terjadi eritema dan edema pada glans penis
Nyeri
Jika terjadi nekrosis glans penis berubah warna menjadi biru hingga kehitaman
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis berdasarkan gejala klinis dan peneriksaan fisik
Komplikasi
Bila tidak ditangani dengan segera dapat terjadi ganggren
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Reposisi secara manual dengan memijat glans selama 3-5 menit. Diharapkan edema berkurang dan secara perlahan preputium dapat dikembalikan pada tempatnya.
Dilakukan dorsum insisi pada jeratan
Rencana Tindak Lanjut
Dianjurkan untuk melakukan sirkumsisi.
Konseling dan Edukasi
Setelah penanganan kedaruratan disarankan untuk dilakukan tindakan sirkumsisi karena kondisi parafimosis tersebut dapat berulang.
Kriteria Rujukan
Bila terjadi tanda-tanda nekrotik segera rujuk ke layanan sekunder.
Peralatan
Set bedah minor
Prognosis
Prognosis bonam bila penanganan kegawatdaruratan segera dilakukan.
Sumber :
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan primer
Referensi
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Saluran kemih dan alat kelamin lelaki. Buku Ajar Imu Bedah.Ed.2. Jakarta: EGC,2004.
Hayashi Y, Kojima Y, Mizuno K, danKohri K. Prepuce: Phimosis, Paraphimosis, and Circumcision. The Scientific World Journal. 2011. 11, 289–301.
Drake T, Rustom J, Davies M. Phimosis in Childhood. BMJ 2013;346:f3678.
TekgülS,Riedmiller H, Dogan H.S, Hoebeke P, Kocvara R, Nijman R, RadmayrChr, dan Stein R. Phimosis. Guideline of Paediatric Urology. European Association of Urology. 2013. hlm 9-10