Apa yang dimaksud dengan overconfidence effect?

Overconfidence efect

Overconfidence efect merupakan penyimpangan dalam judgment; yang terjadi ketika tingkat keyakinan subjektif yang dimiliki individu dalam membuat judgment lebih tinggi daripada tingkat akurasi. Overconfidence merupakan salah satu bentuk kalibrasi dalam judgment probabilitas yang tidak akurat.

Overconfidence merupakan cognitive heuristik dimana investor cenderung terlalu yakin atas kemampuan untuk memilih dan memprediksi pilihan tersebut akan berhasil. Kondisi ini normal sekaligus memcerminkan kepercayaan diri seseorang untuk mendapatkan sesuatu. Tidak dapat disangkal bahwa manusia memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi termasuk dalam berinvestasi. Sebagai contoh, investor yang kurang pengalaman baru saja menjual properti dengan harga tinggi sehingga ia cenderung lebih percaya diri dalam mencari properti berikutnya. Maka kemungkinan ia akan membeli properti dengan harga terlalu mahal atau kehilangan kesempatan investasi yang bagus (Beracha dan Scuba, 2014).

Overconfidence bias muncul melalui pengalaman yang pernah dialaminya. Pada umumnya investor yang rentan terkena overconfidence bias adalah investor dengan karakteristik pria, berusia muda, berpenghasilan rendah dan memiliki tingkat portofolio yang rendah (Bulent & Yilmaz, 2015). Investor terkena oveconfidence bias karena keterbatasan informasi yang diterima sehingga membuat investor merasa memiliki kemampuan dan pengetahuan yang melebihi investor lain (Pompian, 2006).

Knight (2001) menyatakan bahwa investor yang terkena overconfidence bias akan berpikir bahwa dirinya adalah investor yang lebih baik dari pada investor lain dan akan mengabaikan risiko. Investor yang overconfidence cenderung akan meningkatkan frekuensi perdagangan yang akan menyebabkan kinerja investasi yang buruk dan akan membahayakan keuangan investor (Barber & Odean, 2000). Kesalahan yang terjadi dan akan membahayakan kekayaan investor karena terkena bias overconfidence diantaranya investor akan melakukan perdagangan secara berlebihan karena percaya memiliki keterampilan yang sebenarnya tidak dimiliki, investor menjadi overestimate dalam mengevaluasi investasi, investor menjadi underestimate terhadap risiko dan investor tidak melakukan diversifikasi pada portofolio investasinya (Pompian, 2006).