Apa yang dimaksud dengan Odontogenic Keratosis atau Kista Primordial?

Gigi

Kista dapat menetap bertahun-tahun tanpa disertai gejala. Mayoritas kista berukuran kecil, tidak menyebabkan pembesaran permukaan jaringan. Biasanya terlihat hanya pada saat pemeriksaan gigi rutin dan pemeriksaan radiografik atau ketika lesi terkena infeksi sekunder atau telah mencapai ukuran di mana terjadi pembesaran atau asimetri yang terlihat jelas secara klinis.

Kista Primordial (Odontogenic Keratocyst) adalah tumor jinak odontogenik yang berasal dari jaringan epitel. Kista Primordial pertamakali diidentifikasi dan dijelaskan pada tahun 1876 dan dicirikan oleh Phillipsen pada tahun 1956 . Pindborg dan Hansen mengklasifikasikan kriteria histologis yang dapat diaplikasikan untuk mendiagnosis Kista Primordial pada tahun 1962.

Odontogenic Keratocyst, secara terminologi, berasal dari kista primordial, karena asal lesi dianggap sebagai gigi primordium.

Pada tahun 1992, WHO menggunakan kriteria histologi, dan menetapkan bahwa Kista Primordial termasuk golongan tumor odontogenik dengan nama odontogenic keratocyst. Kista Primordial dikenal dengan tingkat kekambuhan yang tinggi, perilaku agresif, dan berhubungan dengan sindrom karsinoma sel basal nevoid, dengan prevalensi kasus terbanyak pada usia dekade ke-2.

Berdasarkan gambaran histologis, Kista Primordial terdiri atas tiga tipe yaitu parakeratin, ortokeratin, dan kombinasi keduanya.

Kista Primordial adalah jenis tumor odontogenik yang utama pada rahang dan sangat erat hubungannya dengan gigi yang tidak erupsi. Pemeriksaan dan diagnosis yang tepat pada tumor ini sangat membantu para ahli dalam melakukan terapi. Kista Primordial biasanya diobati dengan enakluasi atau marsupialisasi tergantung besar lesi. Akan tetapi, Kista Primordial memiliki karakter tersendiri yakni apabila kapsul kistik tertinggal pada saat terapi maka kekambuhan bisa dipastikan terjadi. Oleh karena itu para ahli terkadang memutuskan untuk melakukan reseksi pada kasus tertentu.

Penyebab Kista Primordial


Pada umumnya Kista Primordial dianggap berasal dari sisa lamina gigi, pengaruh traumatis atau pertumbuhan sel basal di permukaan epitel atau epitel email gigi dari folikel gigi. Beberapa studi telahmembuktikan bahwa kausa genetik, khususnya penyimpangan gen PTCH, merupakan faktor pemicu timbulnya tumor ini.

Gambaran klinis Kista Primordial


Yang perlu menjadi perhatian pada Kista Primordial adalah potensi perilaku destruktif, tingkat kekambuhan yang cepat, serta cenderung untuk multilesi terutama bila dikaitkan dengan sel basal nevoid sindrom karsinoma. Baru-baru ini ada banyak tumor odontogenik yang dikatakan sebagai lesi ekstraoseus, akan tetapi berbeda dengan Kista Primordial yang tetap digolongkan lesi intraosseous dengan alasan lokasi lesi yang lebih ke perifer.

Perubahan Kista Primordial yang dulunya tergolong dalam kista menjadi tumor telah lama diperdebatkan, dan akhirnya pada tahun 2014 diputuskan OKC yang tadinya tergolong kista berubah menjadi golongan tumor jinak dengan nama baru, Kista Primordial.

Beberapa faktor, seperti perilaku agresif kista, aktivitas mitosis tinggi secara histologis, dan bukti kelainan genetik dan kromosom terkait, misalnya mutasi gen PTCH, yang sering terlihat pada neoplasia, menjadi dasar untuk klasifikasi baru ini.

Secara klinis, Kista Primordial terasa sebagai pembengkakan, dengan atau tanpa rasa nyeri, tumbuh di dalam ruang medular tulang dalam arah anteroposterior, dan menyebabkan ekspansi. Ekspansi bukal tercatat sekitar 30% dari maksila dan 50% lesi mandibular, terdapat aktivitas kolagenase pada epitel tumor dengan sifat meresorpsi sehingga mengurangi efek tumbuh secara ekspansif dalam tulang.

Secara radiografi, Kista Primordial terlihat sebagai lesi radiolusen, well define , uni-ataumultilokuler, dengan tepi halus dan biasanya terkortikasi, kecuali jika telah terinfeksi sekunder. Pada 25-40% kasus, terdapat gigi tidak erupsi yang terlibat pada lesi. Gigi yang berdekatan mungkin tergeser, akan tetapi jarang terjadi resorpsi. Lesi pada maksila cenderung lebih kecil dari lesi mandibula, akan tetapi keterlibatan tulang cancellous lebih luas. Lesi yang lebih besar dapat menyebabkan ekspansi tulang, disertai perforasi atau pun tidak pada bagian korteks tulang.

Terlihat permukaan lesi dengan I-Cat; gambaran ekspansi lesi ke arah anteroposterior, tampak terjadi resorpsi pada gigi
Gambar Terlihat permukaan lesi dengan I-Cat; gambaran ekspansi lesi ke arah anteroposterior, tampak terjadi resorpsi pada gigi.

Secara radiografi, untuk membedakan gambaran Kista Primordial dengan lesi odontodenik lainnya cukup sulit. Kista Primordial dapat menyerupai gambaran lesi kista residu, kista dentigerous, kista periodontal lateral, kista di nasopalatine atau bahkan ameloblastoma unikistik. Kesalahan diagnosis akan membawa efek pada terapi yang akan dipilih. Bila Kista Primordial dibandingkan dengan lesi ameloblastoma sangat sulit dibedakan terlebih jika keduanya berbentuk unikistik. Ameloblastoma biasanya hadir dengan gambaran yang khas dengan pola ekspansi klinis yang signifikan, yaitu ke arah lateral disertai resorpsi tulang dan gigi, sedangkan Kista Primordial memiliki sifat yang sebaliknya.

Secara radiologis, Kista Primordial muncul sebagai radiolusen yang tidak beraturan, uni atau multilokuler, yang umumnya memiliki lapisan sklerotik tipis, reaktif, dan tepi halus atau bergigi dan merusak danmenyerang ke tulang yang berdekatan.

Referensi :

  • Eryilmaz T, Ozmen S, Findikcioglu K, Kandal S, Aral M. Odontogenic keratocyst: an unusual location and review of the literature. Ann Plast Surg 2009; 62(2):210-2.
  • Odontogenic keratocyst. Sciubba JJ, Fantasia JE, Kahn LB, eds. Atlas of tumor pathology: tumors and cysts of the jaw. 3rd ed. Washington DC: Armed Forces Institute of Pathology; 1999. p.34-40.4
  • Bakaeen G, Rajab LD, Sawair FA, Hamdan MA, Dallal ND. Nevoid basal cell carcinoma syndrome: a review of the literature and a report of a case. Int J Paediatr Dent 2004; 14(4):279-87.
  • YoshiuraK, Higuchi Y, Ariji Y,Shinohara M, Yuasa K, Nakayama E, et al. Increase dattenuationin odontogenic keratocysts with computed tomography: a new finding. Dentomaxillofac Radiol 1994; 23:138-42.
  • Carlson ER, Marx RE. The ameloblastoma: primary, curative surgical management. J Oral Maxillofac Surg 2006; 64: 484–94.
  • Maurette PE, Jorge J, de Moraes M. Conservative treatment protocol of odontogenic keratocyst: a preliminary study. J Oral Maxillofac Surg 2006; 64: 379–83