Apa yang dimaksud dengan nuzulul quran?

Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang umat Muslim percaya bahwa kitab ini diturunkan oleh Tuhan, ( yakni Allah) kepada Nabi Muhammad

Apa yang dimaksud dengan nuzulul quran?

Secara Harfiyah atau secara bahasa, Nuzulul Qur’an berasal dari kata Nuzul yang berarti turun dan Qur’an artinya kitab suci Al- Qur’an ( bacaan ) . Jadi , secara bahasa Nuzulul Qu’an berarti turunnya Al-Qur’an ( bacaan ). Sedangkan secara Istilah, Nuzulul Qur’an berarti Peristiwa penting dalam peristiwa penurunan Al- Qur’an secara keseluruhan diturunkan dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia , hingga ditirunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah saw sesuai dengan peristiwa – peristiwa dalam jangka waktu kurang lebih 23 tahun .

Sejarah terjadinya peristiwa Nuzul al-Qur’an terjadi pada malam Jum’at, 17 Ramadhan, di Gua Hira tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa itu dikisahkan dalam sebuah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat: 185, yang artinya:

“Ramadhan yang padanya diturunkan Al-Qur’an, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk serta menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah” (QS. Al-Baqarah: 185).

Tahap – Tahap Turunnya Al Qur’an

Yang dimaksud dengan Tahap-tahap diturunkannya Al-Qur’an adalah tertib dari fase-fase disampaikannya kitab Suci Al-Qur’an, mulai dari sisi allah SWT sampai kepada nabi Muhammad SAW. Kitab Suci ini tidak seperti kitab-kitab Suci sebelumnya. Karena, Kitab Suci ini kebanyakan diturunkan secara bertahap, sehingga betu-betul menunjukkan kemu’jizatannya. Selain itu, penyampaian Kitab Suci tersebut sangat luar biasa, yang tidak dipunyai oleh kitab-kitab sebelumnya. Proses-proses diturunkannya Al-Qur’an ada tiga fase atau tahapan, seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut:

  • Tahap Pertama

    Tahapan Pertama, Al-qur’an diturunkan/ditempatkan ke Lauh Mahfudh. Lauh Mahfudh adalah suatu tempat dimana manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Dalil yang mengisyaratkan bahwa Al-qur’an itu diletakkan di Lauh mahfudh itu ialah terdapat dalam firman Allah swt:

    “Bahkan (Yang didustakan mereka) itu yaitu Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di lauh mahfudh.” (QS. Al Buruj: 21 – 22).

    Tetapi berkaitan sejak kapan Al-quran ditempatkan di Lauh mahfudh, dan bagaimana caranya merupakan hal-hal ghaib tidak ada yang mampu mengetahuinya selain Allah SWT.

  • Tahapan Kedua

    Tahapan kedua, Al-Qur’an singgah dari Lauh Mahfudh ke Baitul izzah di Langit dunia. Sehinggai, setelah berada di Lauh Mahfudh, Kitab Al-Qur’an itu letakkan ke Baitul Izzah di Langit dunia atau langit terdekat dengan bumi ini. Banyak dalil yang menjelaskan penurunan Al-Qur’an tahapan keduanya ini, baik dari ayat Al-Qur’an ataupun dari Hadits Nabi Muhammad saw, diantaranya adalah seperti dibawah ini:

    Sesungguhnya Kami menurunkan-Nya (Al-qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. (QS. Ad-Dukhon: 3).

    Sesungguhnya Kami telah menurunkan-Nya (Al-qur’an) pada malam kemuliaan. (QS. Al-Qadri: 1).

    ”(Beberapa hari itu) ialah Bulan Ramadlan, bulan yang didalamnya diturunkan permulaan) Al-Qur’an”. (QS. Al-Baqarah: 185).

  • Tahapan Ketiga

    Tahapan Ketiga, Al-Qur’an diturunkan dari Baitul Izzah dilangit dunia langsung kepada Nabi Muhammad saw. Artinya, baik melalui perantaraan Malaikat Jibril, atau pun secara langsung ke dalam hati sanubari Nabi Muhammad saw, ataupun dari balik tabir.

Firman Allah swt. Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi, di antaranya sebagai berikut:

  1. Dan sesungguhnya Kami telah menyinggahkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.” (QS. Al-Baqarah: 99).

  2. Dia-lah yang menyinggahkan urunkan Al-Qur’an kepadamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah point-point isi Al-Qur’an, dan yang lain (ada ayat-ayat) yang mutasyabbihat.” (QS. Ali Imran: 7).

  3. Ia (Al-quran) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibrl) ke dalam hatimu (Muhammad) supaya kamu menjadi salah seorang diantara orang–orang yang mengirim peringatan.” (QS. Asy – Syu’ara: 193 – 194).

  4. Sesungguhnya Al-Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah SAW seraya berkata:” Wahai Rasulullah, bagaimanakah wahyu itu turun kepadamu? Maka Rasulullah SAW bersabda:” kadang-kadang datang kepadaku seperti gemurunnya bunyi lonceng, dan itu paling berat bagiku. Maka begitu berhenti bunyi itu dariku, aku telah merajai apa yang sudah diucapkannya. Dan kadang-kadang malaikat menyamar kepadaku sebagai laki-laki, lalu mengajak berbicara denganku. Maka aku kuasai apa yang diucapkannya.” Aisyah lalu berkata:” Saya pernah menyaksikan beliau wahyu pada hari yang sangat dingin, tetapi begitu selesai wahyu itu dari beliau, maka bercucurlah keringat dipelipis beliau.” (H.R. Al-Bukhari).