Apa yang Dimaksud dengan Nutrigenomik?

image

Apa yang Dimaksud dengan Nutrigenomik dalam ilmu gizi?

SEJARAH NUTRIGENOMIK


Hubungan antara konsumsi makanan dan beragamnnya respon pada berbagai individu dengan latar belakang genetik yang berbeda sudah lama diketahui, misalnya pada kasus galaktosemia dan phenylketonuria (PKU).1,2Integrasi antara ilmu biologi, genomik, dan kesehatan telah membuka peluang penerapan teknologi genomik pada ilmu gizi. Pada tahun 2001, para ilmuwan dalam Human Genome Project mengumumkan bahwa referensi urutan gen manusia telah berhasil dipetakan. Sejak saat itu pengetahuan mengenai tubuh manusia semakin terbuka. Pengetahuan tersebut mencakup informasi genetik, bukti lebih lanjut tentang interaksi antara gen dengan zat makanan dan lingkungan, dan pola ekspresi gen yang berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis. Kegunaan informasi ini tidak bisa dipandang rendah. Genomik dan bidang ilmu yang berkaitan telah memberikan kontribusi yang besar untuk memahami mekanisme seluler dan molekuler dalam hubungannya dengan diet pada penyakit tertentu.

Selama abad 20, ilmu gizi terfokus pada vitamin, mineral dan penyakit-penyakit akibat kekurangan zat gizi. Seiring dengan berjalannya waktu, masalah kesehatan dunia mulai bergeser pada penyakit-penyakit akibat kelebihan zat gizi (overnutrisi), seperti obesitas dan diabetes melitus tipe II. Hal ini membuat fokus ilmu kedokteran modern dan ilmu gizi juga berubah sesuai dengan tuntutan zaman.

Untuk mencegah meningkatnya insidens penyakit yang berhubungan dengan diet, ilmu gizi mulai mengadakan penelitian bagaimana zat makanan bekerja di tingkat molekuler. Hal ini mencakup interaksi antara berbagai zat makanan pada tingkat gen, protein, dan metabolisme. Oleh karena itu penelitian di bidang gizi mulai bergeser dari epidemiologi dan fisiologi ke biologi molekuler dan genetik, dan lahirlah nutrigenomik.2,3

DEFINISI


Nutrigenomik adalah ilmu yang mempelajari hubungan molekuler antara zat makanan dan respon gen, yang bertujuan supaya dapat meramalkan bagaimana perubahan pada unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Nutrigenomik merupakan ilmu pengetahuan baru, sehingga memiliki beberapa definisi yang berbeda. Nutrigenomik mempunyai fokus pada pengaruh zat gizi terhadap genome, proteome, dan metabolome, sehingga nutrigenomik dihubungkan dengan gagasan mengenai kebutuhan zat gizi perseorangan berdasarkan genotipnya.

Kaput dan Raymond L Rogriguez ( 2004), pakar biologi molekuler dan seluler Universitas California, mengemukakan konsep dasar berkembangnya ilmu ini dilandasi oleh fakta-fakta yang telah terdokumentasi dan dikenal sebagai 5 prinsip nutrigenomik, yaitu pertama, zat-zat makanan, baik langsung maupun tak langsung, berpengaruh pada genom manusia, yang dalam aksinya dapat mengubah ekspresi atau struktur gen. Kedua, pada kondisi tertentu dan bagi beberapa individu, diet merupakan faktor risiko yang serius sebagai penyebab munculnya sejumlah penyakit. Ketiga, besarnya pengaruh nutrien pangan dapat menyehatkan atau menyebabkan sakit tergantung pada susunan genetik masing-masing individu. Keempat, beberapa gen yang diregulasi oleh diet memainkan peranan dalam inisiasi, insiden, progresi, dan atau keparahan suatu penyakit kronis. Kelima, konsumsi makanan yang didasarkan pada pengetahuan akan kebutuhan gizi (nutrisi), status gizi, dan genotipe individu dapat digunakan untuk mencegah, meredakan, atau menyembuhkan penyakit kronis.

MANFAAT NUTRIGENOMIK


Manfaat nutrigenomik untuk masa sekarang ini memang belum banyak dirasakan, karena untuk melakukan pemeriksaan gen masih memerlukan biaya yang mahal. Namun di masa yang akan datang, kemungkinan pemeriksaan gen akan lebih murah dan mudah dilakukan, karena penelitian tentang nutrigenomik dewasa ini mulai berkembang dengan pesat.

Diharapkan dengan bertambahnya pengetahuan di bidang ini, akan timbul pemahaman tentang bagaimana zat makanan mempengaruhi jalur metabolik dan homeostatik. Dengan demikian, dapat digunakan untuk mencegah perkembangan penyakit yang berhubungan dengan diet seperti obesitas dan diabetes type 2.