Nomophobia merupakan singkatan dari no mobile phone phobia, dimana terdapat dua istilah yaitu nomophobe dan nomophobic.
-
Nomophobe diartikan sebagai kata benda dan menunjukkan individu yang mengalami nomophobia.
-
Nomophobic merupakan kata sifat, yang mana kata sifat ini menggambarkan karakteristik dari kata benda atau nomophobe. Nomophobic juga merupakan perilaku yang berkaitan dengan nomophobia (Yildirim, 2014).
Nomophobia atau “No Mobile Phone Phobia” adalah salah satu fobia yang apabila individu kehilangan ponselnya ia akan merasakan sangat takut kehilangan. Intensitas dalam menggunakan maupun kebiasaan penggunaan smartphone yang menjadi penyebab individu mengalami nomophobia (Kalaskar, 2015). Phobia spesifik yang terdapat dalam DSM-5 disebabkan “ketakutan atau kecemasan yang spesifik pada situasi atau objek tertentu atau disebut dengan stimulus phobia” (American Psychological Association, 2014).
Menurut Yildirim (2014) nomophobia adalah penggunaan mobile phone secara berlebih oleh penggunanya. Nomophobia juga diartikan sebagai istilah yang mengacu pada kebiasaan individu yang berhubungan dengan penggunaan pada smartphone (King, dkk, 2014).
Lee, Cho, Kim, dan Noh (2015) menjelaskan bahwa kecanduan menggunakan smartphone pada individu dikarenakan adanya kecenderungan dalam menggunakan aplikasi dan mengikuti perkembangan yang semakin canggih pada smartphone secara berlebihan.
Pavitra et al (2015) menyatakan bahwa nomophobia mengacu pada ketidaknyamanan, kegelisahan serta kekhawatiran pada individu apabila tidak berhubungan dengan smartphone. Dalam hal ini diartikan individu berada pada batas wajar yang mengarah pada perilaku addiction atau ketergantungan.
Individu yang mengalami kecenderungan nomophobia ketika berada dalam suatu area yang tidak memiliki jaringan maupun jangkauan, kehabisan baterai, individu akan merasakan efek kecemasan. Dalam menangani stress yang muncul ketika smartphone yang dimiliki tidak berfungsi, individu akan membawa charger setiap saat bahkan ia bias memiliki lebih dari satu smartphone. Individu yang mengalami kecenderungan nomophobia juga akan sangat sering memeriksa smartphone yang dimilikinya sebanyak tiga puluh empat dalam sehari bahkan hingga membawanya saat pergi ke toilet (Mayasari, 2012).
Kecenderungan nomophobia merupakan perasaan kecemasan dan kehilangan yang dialami oleh individu saat berada jauh dari smartphone yang dimiliki. Individu yang mengalami kecenderungan nomophobia akan meletakkan smartphone disampingnya ketika tidur, charger akan dibawa kemana-mana, dan selalu mengecek smartphone untuk mengetahui notifikasi di smartphone.
Karakteristik Kecenderungan Nomophobia*
Menurut Harkin (2003) ciri yang paling utama mengalami gangguan smartphone ialah smartphone merupakan sumber dari segala kenyamanan. Artinya, smartphone telah menjadi pusat komunikasi agar dengan mudah bisa menghubungi seseorang . Hal ini menyebabkan inidvidu menggunakan smartphone secara kompulsif dan bisa dikatakan sebagai kecanduan perilaku.
Menurut Pradana (2016) berikut merupakan ciri-ciri individu yang mengalami kecenderungan nomophobia ;
-
Menghabiskan banyak waktu dalam penggunaan smartphone, memiliki tidak hanya satu smartphone bahkan sampai dua smartphone, charger tidak akan ketinggalan untuk dibawa kemana-mana.
-
Merasakan kecemasan saat smartphone berada jauh dari penggunanya, individu juga akan merasakan kecemasan yang berlebih ketika smartphone tidak terdapat jangkauan maupun ketika baterai lemah.
-
Sering melihat smartphone untuk melihat apakah ada pesan atau panggilan yang masuk atau biasa disebut dengan ringxiety. Ringxiety adalah perasaan seseorang yang beranggapan bahwa smartphone yang dimilikinya berbunyi.
-
Selalu mengaktifkan smartphone dalam 24 jam.
-
Merasakan kenyamanan dalam berkomunikasi melalui smartphone daripada berkomunikasi dengan bertatap muka.
-
Membeli smartphone dengan harga tinggi.
Berikut merupakan kecenderungan nomophobia menurut Pavithra et, al (2015) sebagai berikut;
-
Sering menggunakan serta menghabiskan waktu dalam penggunaan smartphone.
-
Charger tidak akan pernah tertinggal saat kemanapun ia pergi, merasakan kecemasan saat tidak terdapat jangkauan.
-
Selalu memberikan perhatian terhadap smartphone untuk mengecek pesan atau panggilan yang masuk, bahkan ketika tidur smartphone selalu diletakkan disebelahnya.
Aspek-aspek Kecenderungan Nomophobia*
Yildirim (2014) menjelaskan individu yang mengalami kecenderungan nomophobia memilki empat aspek, yaitu;
-
Perasaan tidak bisa berkomunikasi
Pada aspek ini dijelaskan bahwa individu cenderung merasakan kecemasan dan kekhawatiran ketidak tidak bisa berkomunikasi baik dengan keluarga maupun kerabat dalam hal bisa menghubungi atau dihibungi. Indvidu akan terus menerus dalam memantau komunikasi yang muncul pada smartphone. Hal inilah menjadikan kebiasaan individu mempunyai cek kompulsif dan tekanan stress menjadi meningkat (Oulasvirta, Rattenbury, Ma, & Raita, 2012).
-
Kehilangan konektivitas
Pada aspek ini, kecenderungan kecemasan pada individu saat kehilangan jangkauan. Hal ini merupakan masalah besar ketika tiba-tiba tidak ada jaringan pada smartphone mereka (Yildirim & Correia, 2015).
-
Tidak mampu mengakses informasi
Pada aspek ini, kecemasan akan muncul ketika individu tidak dapat melihat dan memperoleh informasi melalui smartphone- nya. Individu juga akan menghabiskan banyak waktu untuk mengoperasikan smartphone. Smartphone juga telah menjadi alat akses informasi yang mudah untuk dibawa kemana-mana sehingga individu akan merasa bergantung pada smartphone (Park, dkk,. 2013).
-
Menyerah pada kenyamanan
Pada aspek ini dijelaskan bahwa perasaan kecemasan yang muncul apabila individu meninggalkan smartphone dengan jangka waktu yang lama. Individu juga akan terus-menerus memeriksa smartphone terkait ada atau tidaknya jaringan, ada atau tidaknya pesan masuk, habis atau tidaknya baterai, dan ada atau tidaknya pulsa pada smartphone. Individu akan memiliki kekhwatirang yang irasional saat tidak bisa berhubungan dengan smartphone (Yildirim & Correia, 2015).
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecenderungan Nomophobia
Terdapat suatu penyebab yang menjadikan individu mengalam kecenderungan nomophobia menurut Kalaskar (2015) yaitu intensitas penggunaan, kebiasaan, dan ketergantungan yang memunculkan kecemasan pada pengguna smartphone. Choliz menyatakan yang menjadi penyebab nomophobia adalah toleransi, penarikan diri, kesulitan dalam mengontrol impuls, lari dari masalah, atau kebiasaan negative pada setiap harinya.
Menurut Bianchi dan Philip, faktor-faktor yang memengaruhi kecenderungan nomophobia, diantaranya:
-
Gender (Jenis Kelamin)
Seperti penelitian sebelumnya bahwa laki-laki lebih rentan terhadap penggunaan teknologi. Perbedaan gender juga merupakan fungsi sosialisasi dan akses terhadap perkembangan teknologi.
-
Harga diri
Merupakan evaluasi yang relatif stabil sehingga membuat individu mampu mempertahankan dan mampu dalam mengontrol dirinya. Self esteem juga berkaitan dengan pandangan dan indentitas diri. Individu yang mempunyai pandangan yang buruk mempunyai kecenderungan yang tinggi dalam mencari kepastian. Dari sinilah smartphone berfungsi untuk memberikan kesempatan pada setiap individu untuk bisa menghubungi kapanpun. Hal ini yang menjadi penyebab smartphone secara berlebih.
-
Usia
Sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa orang muda lebih rentan dalam menggunakan smartphone dibandingkan orang dewasa. Hal ini juga disebabkan orang yang lebih muda lebih tertarik dengan produk teknologi terbaru.
-
Extraversi
Merupakan suatu kepribadian pada invidu yang berkaitan dengan fenomena sosial. Ekstraversi lebih rentan mengenai masalah penggunaan smartphone dengan alas an untuk mencari situasi sosial. Ekstraversi juga lebih rentan dipengaruhi oleh teman sebaya.
-
Neurotisme
Yaitu bagaimana indvidu dalam mengatasi suatu tekanan stress, misalnya kecemasan. Individu pada neurotisme lebih rentan emosional yang bereaksi kuat terhadap berbagai macam rangsangan.
Terdapat juga peneitian yang dilakukan oleh YouGov (2010) menyatakan bahwa dua faktor utama yang menjadi penyebab dari kecenderungan nomophobia yaitu:
-
Game addicted yang artinya ketergantungan individu terhadap games. Menurut Lee (2011) mengemukakan bahwa game addicted dapat dilihat dari komponen kecanduan yakni excessive use yang mana individu akan melupakan seluruh aktivitasnya yang mendominasi pikiran, perasaan dan tingkah laku. Price (2011) juga menyatakan ketergantungan game menyebabkan individu tidak bisa mengembangkan kemampuan berinteraksi sosial dengan yang lainnya.
-
Sindrom FOMO (fear of missing out) yang artinya ketergantungan pada media sosial. Sindrom FOMO yang telah masuk dalam kehidupan individu menjadi penyebab kecanduan smartphone dan menghabiskan waktu untuk bermedia sosial karena ketakutan tidak mampu mengikuti perkembangan media sosial sehingga individu selalu online di media sosial (Dossey, 2014). Dalam penelitian terbaru Sindrom FOMO menjadi prediktor kecanduan smartphone (Chotpitayasunondh & Douglas, 2016).
Hal ini disimpulkan bahwa tingkat kepuasan kebutuhan untuk menghubungi orang lain terutama yang bisa terakses dengan smartphone (Casale & Fioravanti, 2015). Remaja akan mengalami kecemasan yang lebih tinggi saat tidak terhubung dengan teman sebaya mereka (Desjarlais & Willoughby, 2010). Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka disimpulkan terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab individu berprilaku kecenderungan nomophobia, yaitu gender, harga diri, usia, ekstraversi, dan neurotisme.
Dampak-dampak Kecenderungan Nomophobia
Pada zaman modern ini smartphone bisa disebut sebagai ekstensi bagi individu yang menumbuhkan rasa ketergantungan terhadap smartphone dalam setiap harinya. Ada banyak dari para pengguna smartphone yang berlebihan tidak beranggapan terhadap dampak yang akan mengenai pada individu tersebut, diantara dampak tersebut menurut Dwi K (2017), yaitu;
-
Stress
Individu yang mengalami nomophobia akan mengalami tekanan stress yang cukup tinggi. Begitu pula dengan jetergantungan emosi individu yang mengalami nomophobia tergolong cukup rentan apabila terjadi hal buruk pada smartphone yang dimiliki yang bisa menimbulkan emosi menjadi tidak stabil.
-
Kurang Fokus
Rasa ketertarikan yang sangat kuat terhadap smartphone akan dialami oleh penderita nomophobia. Hal ini, akan menimbulkan indvidu hanya terfokus pada smartphone saja yang menyebabkan fokus tehadap lingkungan sekitar menjadi berkurang.
-
Kurang Bersosialisasi
Individu penderita nomophobia akan menghabiskan waktu hanya untuk smartphone mereka dan merasa asyik sendiri. Hal tersebut akan membuat penderita nomophobia tidak mempunyai rasa simpati terhadap orang di sekitarnya sehingga membuat mereka untuk mementingkan diri sendiri daripada untuk bersosialisasi.
-
Susah tidur atau Insomnia
Penderita nomophobia akan merasa sangat kehilangan smartphone saat hendak tidur. Mereka akan mengoperasikan smartphone hingga mengubah pola tidur dan jam biologisnya yang berakibat insomnia.
-
Produktivitas Menurun
Dengan inividu hanya terfokus pada smartphone mengakibatkan fokus yang terpecah, manajemen waktu dan juga kualitas pekerjaan akan menjadi berantakan.
Dr. Jimmy EBH, Sp.S neurolog RSUP dr. Kariadi Semarang mengungkapkan dampak negatif yang dialami individu pada kesehatan ketika ketergantungan pada smartphone, yang mana smartphone sendiri menghasilkan gelombang elektromagnet yang menjadi penyebab penyakit fisiologis, seperti sakit kepala, mudah lelah, dan iritasi pada mata. Intensitas yang memebahayakan kesehatan bahwa smartphone dapat menyebabkan penyakit kronis, seperti Alzheimer, tumor otak, kanker dan sebagainya (Manggia, 2014).