Apa yang dimaksud dengan Nilai Perusahaan?

Nilai perusahaan adalah nilai pasar atas surat berharga utang dan ekuitas perusahaan yang diedarkan.

2 Likes

Nilai perusahaan menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001) dalam Martatilova (2012) didefinisikan sebagai persepsi investor yang sering dikaitkan dengan harga saham, harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Selain sebagai persepsi investor, nilai perusahaan juga manunjukkan seberepa berhasil manajemen melaksanakan tugasnya (Prasetyo, 2011).

Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang- peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (Fama, 1970).

Sejalan dengan pernyataan Fama, salah satu aspek pengukuran nilai perusahaan menurut Wahyudi dan Pawestri (2006) adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki. Menurut Van Horne (2002) “ Value is respresented by the market price of the company’s commom stock which in turn, is afunction of firm’s investement, financing and dividend decision. ” Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral di semua pelaku pasar, harga pasar saham merupakan barometer kinerja perusahaan.

Menurut Rika dan Ishlahuddin (2008), nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor karena dengan permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer maupun komisaris.

Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham yang juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing) , dan manajemen asset (Susanti, 2010).

Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer maupun komisaris (Hadi, 2011).

Perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan (Rachman dan Maghviroh, 2011). Menurut Porter (2005) perusahaan dapat menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham (Matatilova, 2012).

Tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan laba dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, akan tetapi tujuan perusahaan bukan hanya untuk mendapatkan laba saja, meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham merupakan tujuan perusahaan juga.

Secara umum menurut Slamet Sugiri (1998) dalam Pertiwi (2010) mengatakan bahwa banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, di antaranya adalah:

  1. Pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earnings ratio.
  2. Pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas.
  3. Pendekatan deviden antara lain pertumbuhan deviden.
  4. Pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva.
  5. Pendekatan harga saham.

Laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur keberhasilan operasi suatu perusahaan pada periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi tidak selamanya angka yang disajikan dalam laporan laba rugi menunjukan keadaan yang sebenarnya, angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi sering kali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini, arus kas mempunyai nilai yang lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang.

Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Penilaian terhadap perusahaan tidak hanya mengacu pada nilai nominal (Pertiwi, 2010).

Nilai Perusahaan

Menurut Suad (2008) Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayarkan oleh calon pembeli apabila perusahaan tesebut dijual. Nilai perusahaan dapat tercermin pada harga saham perusahaan, harga saham yang tinggi menunjukkan bahwa nilai perusahaan yang tinggi. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan terus meningkat. Menurut Keown dkk (2001) dari sudut padang investor, harga pasar saham mencerminkan nilai perusahaan dan seluruh kompleksitas risiko dunia
nyata perusahaan yang mencerminkan keputusan-keputusan investasi, pendanaan dan dividen. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi nilai perusahaan, sehingga meningkatkan kemakmuran pemegang saham.

Nilai perusahaan adalah nilai pasar atas surat berharga utang dan ekuitas perusahaan yang diedarkan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa nillai perusahaan adalah nilai pasar atas seluruh komponen keuangan suatu perusahaan apabila perusahaan dijual yang tergambar dalam harga saham perusaahaan. Dengan kata lain nilai perusahaan yaitu persepsi investor atau pemegang saham terhadap prospek suatu perusahaan yang dapat dilihat dari harga saham perusahaan.

Ada beberapa tujuan berdiri sebuah perusahaan diantaranya mencapai keuntungan yang maksimal, mensejahterakan pemegang saham dan memaksimalkan nilai perusahaan yang bisa tercermin pada harga saham perusahaan. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayarkan oleh pembeli apabila perusahaan dijual (Suad 2008).

Nilai perusahaan dapat tergambarkan dari harga saham suatu perusahaan, harga saham yang tinggi menggambarkan bahwa nilai perusahaan juga tinggi dan akan meningkatkan kemakmuran atau kesejateraan pemegang saham. Nilai perusahaan dapat diukur dengan beberapa aspek, diantaranya harga saham perusahaan, karena harga saham perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki (Diyah dan Erman, 2010).

Harga saham merupakan sumber informasi bagi investor. Dalam penelitian ini nilai perusahaan diproksikan dengan menggunakan rasio Price to Book Value (PBV). PBV menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV merupakan rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan yang menunjukkan seberapa besar nilai dari harga per lembar saham dibandingkan dengan nilai dari buku per lembar saham.

PBV perusahaan merupakan indikator yang dilihat oleh calon investor dalam menentukan perusahaan mana yang memiliki nilai yang tinggi yang bagus untuk investasi. PBV memiliki peranan penting bagi investor yaitu untuk menentukan saham mana yang akan dibeli karena PBV merupakan rasio dari harga saham perusahaan terhadap nilai bukunya. PBV yang tinggi mengambarkaan harga saham perusahaan tersebut tinggi dan bagus untuk dilakukan investasi.

Semakin tinggi nilai PBV menunjukkan nilai perusahaan semakin baik sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. PBV di atas satu menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan bagus artinya nilai pasar atau harga saham lebih besar daripada nilai buku perusahaan (Subramanyam, 2010). Sebaliknya, PBV di bawah satu mencerminkan nilai perusahaan yang kurang baik dimana harga saham lebih rendah dari nilai bukunya, sehingga motivasi investor untuk berinvestasi pada perusahaan juga berkurang.

Pengertian Nilai Perusahaan


Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada akhir tahun berjalan yang tercermin pada harga saham perusahaan. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan sebaliknya semakin rendah harga saham maka nilai perusahaan juga rendah atau kinerja perusahaan kurang baik. Nilai perusahaan di ukur dengan price to book value (PBV) yaitu rasio yang mengukur nilai perusahaan dengan membandingkan harga saham per lembar saham.

Menurut Febrina (2010) nilai perusahaan adalah nilai yang berkembang untuk pemegang saham, nilai perusahaan akan tercermin dalam harga pasar sahamnya. Nilai perusahaan sesuai dengan Rika dan Islahudin (2008:7) didefinisikan sebagai nilai pasar. Nilai perusahaan dapat memberikan kekayaan pemegang saham secara maksimal jika harga saham meningkat. Semakin tinggi harga saham akan menghasilkan kekayaan pada pemegang saham.

Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan, akan ada konflik antara kepentingan manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) sering disebut agency problem. Tidak jarang bahwa manajer perusahaan memiliki tujuan yang berbeda dan kepentingan yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Minat yang berbeda antara manajer dan pemegang saham telah mengakibatkan konflik yang biasa disebut dengan konflik keagenan. Hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan Wien Ika Permanasari (2010).

Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan terdiri dari :

  • Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesarbesarnya.
  • Ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham.
  • Memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya.

Profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil uji tersebut tetap sama saat model persamaan regresi menambahkan variabel kepemilikan manajerial. Hal ini berarti semakin tinggi nilai profit yang di dapat maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Karena profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan yang meningkat (Mardiyanti, 2012).

Jenis-jenis Nilai Perusahaan


Menurut Yulius dan Tarigan (2007: 3), mengatakan bahwa terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan, yaitu :

  • Nilai Nominal
    Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.

  • Nilai Pasar
    Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham.

  • Nilai Intrinsik
    Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu kepada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

  • Nilai Buku
    Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antar total aset dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

  • Nilai Likuidasi
    Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasi dapat dihitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.

Mengukur Nilai Perusahaan


Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila saham perusahaan tersebut dijual. Pengukuran variabel berupa nilai perusahaannya dapat dilihat dari harga sahamnya. Hal ini sesuai dengan Husnan dan Pudjiastuti (2004) yang mengatakan bahwa bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Pengukuran ini sesuai dengan Hasnawati (2005) yang mengatakan bahwa secara harfiah nilai perusahaan itu sendiri diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar modal.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan harga saham. Harga saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan proksi nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi nilai perusahaan, yang berarti kemakmuran pemegang saham juga semakin meningkat.

Menurut Brigham dan Houston (2010) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio (PER), price book value ratio (PBVR), market book ratio (MBR), dividend yield ratio, dan dividend payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini penulis juga lebih menekankan nilai perusahaan pada harga pasar yang diukur dengan Price Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio merupakan bagian dari rasio nilai pasar yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar.

Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu Price Earning Ratio (rasio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara market price per share (harga pasar per lembar saham) dengan earning per share (laba per lembar saham) (Irham Fahmi, 2013).

Price Earning Ratio (PER) juga dapat dipakai untuk membandingkan kinerja antar saham atau antar sektor bahkan antar pasar dalam skala regional ataupun global.PER menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan atau emiten saham terhadap harga sahamnya, yang menunjukkan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Price Earning Ratio adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar price earning ratio , maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang dan atau jasa untuk dijual. Perusahaan ada karena akan menjadi sangat tidak efisien dan mahal bagi pengusaha untuk masuk dan membuat kontrak dengan pekerja dan para pemilik modal, tanah dan sumber daya lain untuk setiap tahap produksi dan distribusi yang terpisah. Sebaliknya, pengusaha biasanya masuk dalam kontrak yang besar dan berjangka panjang dengan tenaga kerja untuk mengerjakan berbagai tugas dengan upah tertentu dan berbagai tunjangan lain. Kontrak yang umum semacam itu jauh lebih murah ketimbang sejumlah kontrak spesifik dan sangat menguntungkan baik bagi pengusaha maupun pekerja dan pemilik sumber daya lain. Perusahaan ada karena untuk menghemat biaya transaksi semacam itu. Dengan menginternalisasi berbagai transaksi (yaitu dengan menjalankan berbagai fungsi dalam perusahaan), perusahaan juga menghemat pajak penjualan dan menghindari kontrol harga dan peraturan pemerintah yang berlaku hanya untuk transaksi antar perusahaan (Kusumajaya, 2011).

Nilai dari perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan keuangan dari perusahaan yang diambil alih. Beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan menurut Keown dan John (2011) adalah sebagai berikut:

  1. Nilai Buku
    Nilai buku ( book value ) merupakan nilai dari aktiva yang ditunjukkan pada laporan neraca perusahaan. Nilai ini menggambarkan biaya historis asset dari pada nilai sekarang. Sebagai contoh, nilai buku saham preferen suatu perusahaan adalah jumlah yang dibayarkan oleh investor yang awalnya untuk membayar saham tersebut dan jumlah yang di terima oleh perusahaan ketika saham diterbitkan.

  2. Nilai Likuiditas
    Nilai likuiditas adalah sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika aset di jual secara individual dan bukan sebagai bagian dari keseluruhan perusahaan. Contohnya, jika operasional perusahaan dihentikan dan asetnya di bagi serta di jual, maka harga jual tersebut merupakan nilai likuiditas aset.

  3. Nilai harga pasar
    Nilai harga pasar dari suatu aset adalah nilai yang teramati untuk aktiva yang ada dipasaran. Nilai ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang bekerja sama di pasaran, dimana pembeli dan penjual menegoisasikan harga yang diterima untuk aktiva tersebut. Sebagai contoh, harga pasar untuk saham biasa Ford Motor Company pada tanggal 5 November 2002 adalah $8,90. Harga ini di capai oleh sejumlah besar pembeli dan penjual yang bekerja sama di New York Stock Exchange . Dalam hal ini suatu harga pasar ada untuk semua aktiva. Akan tetapi, banyak aktiva yang belum memiliki harga pasar yang jelas karena perdagangan jarang terjadi.

Sedangkan menurut Breayley dkk. (2008) nilai buku mencatat berapa yang dibayar perusahaan untuk asetnya, dikurangi pengurangan untuk penyusutan. Nilai ini tidak meliputi nilai bisnis sebenarnya. Nilai Likuiditas adalah berapa yang bisa di jaring perusahaan dengan menjual asetnya dan melunasi utang-utangnya. Ini tidak meliputi nilai perusahaan sebagai usaha yang terus berjalan. Sedangkan nilai pasar adalah jumlah yang bersedia di bayar oleh investor untuk saham perusahaan. Ini tergantung pada kekuatan menangguk laba dari aset saat ini serta perkiraan profitabilitas investasi masa depan.

Menurut Susanti (2010) dalam Mahendra (2011), nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi pendanaan ( financing ) dan manajemen aset.

Referensi

Arviansyah, Yandri. 2013. Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di JII Periode 2008 - 2011 ). Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Menurut Sujoko dan Soebiantoro, nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumberdaya. Sedangkan menurut Rustendi dan Jimmi (2008), “nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual”. Semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan, bagi perusahaan yang menerbitkan saham dipasar modal, harga saham yang diperjualbelikan dibursa menunjukan indikator nilai perusahaan.

Konsep Nilai Perusahaan


Menurut Christiawan dan Tarigan (2007), ada beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan yaitu sebagai berikut:

  1. Nilai Nominal, adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.

  2. Nilai Pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham.

  3. Nilai Intrinsik, merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

  4. Nilai Buku, adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

  5. Nilai Likuidasi, adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi. Jika mekanisme pasar berfungsi dengan baik, maka harga saham tidak mungkin berada di bawah nilai likuidasi. Karena nilai likuidasi ini hanya dihitung bila perusahaan akan dilikuidasi maka investor bisa menggunakan nilai buku sebagai pengganti untuk tujuan yang sama yaitu memperkirakan batas bawah harga saham. Sehingga nilai buku dapat digunakan sebagai batas aman mengukur nilai perusahaan untuk keperluan investasi.

Pengukuran Nilai Perusahaan


Menurut Brigham dan Houston (2006), “nilai perusahaan dapat dilihat dari perbandingan antara harga pasar per lembar saham dengan nilai buku perlembar saham”. Nilai perusahaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Price Book Value (PBV). PBV mengukur nilai yang diberikan pasar kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.

Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau Price Book Value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham.

Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham berupa keuntungan yang lebih besar pula (Sartono, 2001).

Brigham dan Erdhadt (2005) mendefinisikan nilai perusahaansebagai berikut:“Corporate value which is the present value of expected free cash flow, discounted at a weighted average cost of capital”

Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari free cash flow di masa mendatang pada tingkat diskonto sesuai rata-rata tertimbang biaya modal. Free cash flow merupakan cash flow yang tersedia bagi investor (kreditur dan pemilik) setelah memperhitungkan seluruh pengeluaran untuk operasional perusahaan dan pengeluaran untuk investasi serta aset lancar bersih.

Nilai perusahaan menurut Gitman (2006), yaitu:“the actual amount per share of common stock that would be received if allthe firm’s assets were sold for their market value.”

Martono dan Harjito (2010) berpendapat bahwa”“memaksimumkan nilai perusahaan disebut sebagai memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (stakeholder wealth maximation) yang dapat diartikan juga sebagai memaksimumkan harga saham biasa dari perusahaan (maximazing the price of the firm’s common stock)”.

kesimpulan dari beberapa definisi yaitu nilai perusahaan dapat ditentukan dari perbandingan hasil kinerja perusahaan yang terlihat dari laporan keuangan, dimana nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari free cash flow di masa mendatang pada tingkat diskonto rata-rata tertimbang biaya modal. Memaksimumkan nilai perusahaan berarti memaksimumkan kemakmuran pemegang saham melalui maksimalnya harga saham biasa perusahaan.

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga pasar saham. Harga pasar saham menunjukkan harga yang bersedia dibayar oleh investor. Harga pasar saham dapat lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan nilai bukunya. Harga saham cenderung tinggi pada saat perusahaan memiliki banyak kesempatan untuk berinvestasi mengingat hal tersebut akan meningkatkan pendapatan pemegang saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi.

Jenis-jenis Nilai Perusahaan

Menurut Yulius dan Tarigan (2007), mengatakan bahwa terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan, yaitu:

  1. Nilai Nominal
    Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.

  2. Nilai Pasar
    Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham.

  3. Nilai Intrinsik
    Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu kepada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

  4. Nilai Buku
    Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antar total aset dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

  5. Nilai Likuidasi
    Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasi dapat dihitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.

Mengukur Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila saham perusahaan tersebut dijual. Pengukuran variabel berupa nilai perusahaannya dapat dilihat dari harga sahamnya. Hal ini sesuai dengan Husnan dan Pudjiastuti (2004) yang mengatakan bahwa “Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan”.

Pengukuran ini sesuai dengan Hasnawati (2005) yang mengatakan bahwa:“Secara harfiah nilai perusahaan itu sendiri diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar modal.

Menurut Brigham dan Houston (2010) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio (PER), price book value ratio (PBVR), market book ratio (MBR), dividend yield ratio, dan dividend payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini penulis juga lebih menekankan nilai perusahaan pada harga pasar yang diukur dengan Price Earning Ratio (PER). Price Earning Ratio merupakan bagian dari rasio nilai pasar yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar.

Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu Price Earning Ratio (rasio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara market price per share (harga pasar per lembar saham) dengan earning per share (laba per lembar saham) (Irham Fahmi, 2013). Rumus Price Earning Ratio sebagai berikut:

image

Price Earning Ratio (PER) juga dapat dipakai untuk membandingkan kinerja antar saham atau antar sektor bahkan antar pasar dalam skala regional ataupun global.PER menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan atau emiten saham terhadap harga sahamnya, yang menunjukkan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Price Earning Ratio adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar price earning ratio, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.