Apa yang dimaksud dengan nilai pasar atau market value?

Nilai Pasar (market value) merupakan harga barang atau surat berharga yang diindikasikan oleh penawaran pasar, yaitu harga yang tambahan barangnya dapat dijual atau dibeli; pada suatu saat, nilai pasar suatu surat berharga ditentukan oleh nilai penjualan terakhir; untuk surat-surat berharga yang tidak aktif, saat tidak ada penawaran, yang digunakan ialah harga penawaran terakhir; untuk surat berharga yang tidak terdaftar di bursa, nilai pasar ditentukan oleh penjualan terakhir atau ditentukan oleh lembaga penilai; nilai pasar secara terus-menerus berfluktuasi ketika ada berita-berita hangat dan akan sering berubah sepanjang hari.

Apa yang dimaksud dengan nilai pasar atau market value ?

Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. Harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham. Jogiyanto (2000).

Market value perusahaan kaitannya dengan laporan keuangan diuraikan oleh teori pasar efisien. Fama dalam Belkaoui (1993) menyatakan bahwa dalam pasar efisien ”mencerminkan sepenuhnya” mencerminkan informasi yang tersedia. Hipotesis pasar efisien mengungkapkan bahwa harga saham sekarang mencerminkan sepenuhnya informasi pada masa lampau, informasi yang dipublikasikan dan informasi yang tidak dipublikasikan.

Ang (1997) menyatakan bahwa harga pasar merupakan harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham. Jika harga pasar ini dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding share) maka akan didapatkan market value.

Market value inilah yang kemudian disebut dengan kapitalisasi pasar (market capitalization).

Nilai pasar (market value) adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar (Jogiyanto, 2000). Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.

Berkaitan dengan bursa saham, Anoraga (2001) menyatakan bahwa nilai pasar merupakan harga pasar riil dan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang berlangsung atau sudah tutup, berdasarkan bursa utama. Nilai pasar menunjukan keadaan perusahaan berdasarkan persepsi investor yang teraktualisasi melalui harga saham. Secara garis besar nilai pasar perusahaan merupakan harga seluruh saham yang beredar (closing price).

Dapat disimpulkan, market value adalah harga saham yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham perusahaan pada pasar yang sedang berlangsung atau sudah tutup, yang didasarkan pada bursa utama oleh pelaku pasar sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham, sehingga nilai pasar menunjukan fluktuasi dari harga saham dimana harga saham sekarang mencerminkan sepenuhnya informasi pada masa lampau, informasi yang dipublikasikan dan informasi yang tidak dipublikasikan.

Sistem nilai buku yang merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten, adapula nilai-nilai yang berhubungan dengan saham. Salah satunya adalah nilai pasar atau market value yang diukur dari mengalikan harga pasar saham dan jumlah saham yang beredar. Nilai-nilai tersebut digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang bertumbuh dan yang murah (Jogiyanto, 2003). Pertumbuhan perusahaan menunjukan investment opportunity set (IOS) atau set kesempatan investasi di masa mendatang. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai rasio lebih besar dari nilai satu yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya. Ini berarti pula bahwa market value yang mencerminkan ukuran perusahaan mempengaruhi keputusan investor untuk membeli, menahan atau menjual sahamnya.

Selain diukur dengan membandingkan nilai pasar dan nilai bukunya, investor juga dapat mengukur besar kecilnya perusahaan dengan membandingkan nilai pasar dan nilai intrinsiknya. Nilai yang lebih kecil dari nilai intrinsik atau nilai sebenarnya dari perusahaan, menunjukan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang murah (undervalued) karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya ia bayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai intrinsiknya menunjukan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal (overvalued). Tinggi rendahnya harga saham tersebut menunjukan seberapa besar ukuran sebuah perusahaan.

Harga saham pada sekuritas yang jarang diperdagangkan biasanya akan mengalami penurunan yang lebih besar. Investor akan mengalami kerugian pada sekuritas yang jarang diperdagangkan karena harga sekuritas tersebut mengalami penurunan dibanding dengan pada waktu investor pertama kali membelinya.

Harga saham merupakan komponen utama pembentuk market value. Harga saham biasanya cenderung fluktuatif (berubah-ubah). Menurut Bringham dan Gapenski (1994:26-27), fluktuasi harga saham dapat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

  1. Laba per lembar saham yang diharapkan (projecting earning per share).
    Pemodal yang bijaksana akan tetap mempertahankan kepemilikan sahamnya, apabila saham yang dimiliki tersebut memberikan keuntungan yang layak baginya. Keuntungan yang layak ini dapat dilihat dari laba per lembar saham secara umum yaitu laba bersih pada periode tertentu dibagi dengan jumlah saham yang beredar pada periode tersebut.

    Laba per lembar saham yang terus meningkat dari waktu ke waktu akan mempengaruhi harga saham, yaitu meningkatkan harga saham yang bersangkutan. Kenaikan laba per lembar saham ini terjadi apabila laba perusahaan mengalami kenaikan dan jumlah lembar saham beredar tetapi bila laba bersih tetap dan jumlah lembar saham beredar meningkat maka laba per lembar saham akan menurun. Penurunan laba per lembar saham akan mempengaruhi perilaku pemodal dan calon pemodal untuk memiliki saham sehingga harga saham akan terpengaruh pula.

  2. Arus waktu penerimaan laba (timing of the earning stream)
    Waktu penerimaan laba sangat mempengaruhi fluktuasi harga saham. Seorang pemodal yang memperoleh laba sekarang dengan pemodal yang menerima laba di masa yang akan datang berbeda nilainya bila diukur dengan present value.

    Dalam memilih proyek investasi terbaik, tergantung pada proyek investasi mana yang dapat memberikan tambahan nilai yang terbesar bagi laba yang akan diterima. Jadi waktu adalah alasan yang penting untuk memusatkan kekayaan yang dalam hal ini diukur dari waktu penerimaan laba karena pemilihan saham.

  3. Risiko dari laba yang diharapkan (riskness of the projecting earning)
    Harga saham juga dipengaruhi oleh resiko dari laba yang telah direncanakan atau yang diharapkan sebelumnya. Semakin besar jaminan kepastian, investor akan memberikan nilai tinggi terhadap harga saham yang bersangkutan.

  4. Penggunaan hutang (use of debt)
    Hutang merupakan sumber dana dari luar perusahaan yang harus dilunasi pada suatu waktu di masa yang akan datang dengan disertai kewajiban untuk membayar bunga. Banyak perusahaan yang menjadi bangkrut karena penggunaan hutang yang berlebihan. Semakin besar penggunaan hutang maka akan semakin besar pula ancaman kebangkrutan yang mungkin menimpa perusahaan.

    Meskipun penggunaan hutang tersebut diimbangi dengan adanya harapan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang lebih besar, namun penggunaan hutang yang berlebihan dan tidak dikelola dengan baik akan menurunkan nilai perusahaan, yang akhirnya akan menurunkan harga saham perusahaan tersebut.

  5. Kebijakan deviden (dividen policy)
    Kebijakan pembayaran deviden memiliki pengaruh terhadap harga sahamnya. Kebijakan manajemen dalam memutuskan besarnya laba yang dibagikan sebagai deviden dan besarnya laba yang ditahan untuk perkembangan usaha perusahaan atau diinvestasikan kembali (deviden policy) akan mempengaruhi pertimbangan investor dalam memutuskan keputusan investasinya yang mungkin akan meningkatkan atau menurunkan harga saham.

Market value dapat diukur dengan mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham penutupan pada hari ke-t. Berdasarkan besarnya jumlah saham yang beredar dan harga saham, dapat dilihat ukuran suatu perusahaan.

Semakin banyak jumlah saham yang beredar dan semakin tingginya harga saham menunjukan semakin besar ukuran sebuah perusahaan.

Seperti dikutip dalam Miapuspita, dkk (2003) semakin besar market value maka makin lama pula investor menahan kepemilikan sahamnya. Investor melihat market value sebagai ukuran perusahaan. Semakin besar nilai market value menunjukan bahwa perusahaan tersebut adalah perusahaan dengan ukuran besar dan akan memberikan keuntungan tinggi seperti yang diharapkan oleh investor.

Adapun untuk penyelesaian nilai market value ditunjukan dalam persamaan sebagi berikut :

MV = Ln of (harga pasar perlembar saham x jumlah lembar saham yang beredar)

dimana,
Market value : nilai pasar perusahaan dalam periode tertentu
Harga pasar saham : harga penutupan (closing price) periode tersebut
Saham beredar : jumlah saham beredar dalam periode tersebut

Dalam akuntansi, pasar terjadi bilamana suatu entitas melakukan pembelian yang berkenaan dengan inputnya, dan entitas melakukan penjualan yang berkenaan dengan outputnya. Edwards dan Bell dalam Kam (1990) menyebutkan bahwa apabila pasar bisa dikendalikan, baik oleh pialang (brokers), pembeli (buyers), atau penjual (sellers), perbedaan antara harga pembelian dan penjualan mungkin lebih besar karena perbedaan tersebut kemungkinan termasuk pembayaran monopoli (monopoly payment). Biaya (cost) transportasi dan pemasangan juga akan menimbulkan harga masukan dan keluaran.

Tujuan dari manajemen keuangan adalah bukan memaksimumkan profit melainkan memakmurkan kekayaan para pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan. Kemakmuran pemegang saham akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu harga saham yang terbentuk dalam pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham (earning per share), rasio laba terhadap laba per lembar saham, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan (Sartono, 1996).