Apa yang dimaksud dengan Neurosis atau Psikoneurosis?

Neurosis

Neurosis adalah gangguan mental yang melibatkan kondisi tertekan yang kronis tetapi tidak mengalami delusi atau halusinasi . Istilah neurosis tidak lagi digunakan oleh komunitas psikiatri profesional di Amerika Serikat, dan telah dihapus dari Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental pada tahun 1980 dengan publikasi DSM III . Tetapi istilah Neurosis masih digunakan di ICD-10 Bab V F40–48 .

Apa yang dimaksud dengan Neurosis ?

Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa (1978), neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.

Dali Gulo (1982), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian,lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.

Nurosis, menurut W.F. Maramis (1980), adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.

Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut.

  1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.
  2. Neurosis terjadi pada sebagian aspek kepribadian.
  3. Neurosis dapat dikenali gejala-gejala yang menyertainya dengan ciri khas kecemasan.
  4. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Jenis-jenis Neurosis


Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam- macam gejala. Setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F.Maramis, 1980).

Nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala yang paling menjonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980).

Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)

Gejala-gejala neurosis cemas

Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecemasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan. Adapun gejala-gejala neurosis cemas adalah sebagai berikut :

  1. Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.

  2. Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu,dst.

Faktor penyeban neurosis cemas

Menurut Maramis (1980), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.

Terapi untuk penderita neurosis cemas

Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.

Histeria

Gejala-gejala hysteria

Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosiona lyang hebat.

Jenis-jenis hysteria

Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau hysteria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.

  • Histeria minor atau reaksi konversi
    Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau somato sensorik,dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli,dst.

  • Histeria mayor atau reaksi disosiasi
    Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang dialami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala: amnesia, somnabulisme, fugue,dan kepribadian ganda.

Faktor penyebab hysteria

Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.

Neurosis fobik

Gejala-gejala neurosis fobik

Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat, dst.

Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :

  • Hematophobia : takut melihat darah
  • Hydrophobia : takut pada air
  • Pyrophibia : takut pada api
  • Acrophobia : takut berada di tempat yang tinggi

Faktor penyebab neurosis fobik

Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidaksadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.

Terapi untuk penderita neurosis fobik

Menurut Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah.

Neurosis obsesif-kompulsif

Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif

Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.

Contoh obsesif-kompulsif antara lain ;

  • Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.

  • Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.

  • Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.

  • Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.

Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif

Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D., 2000).

  • Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
  • Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil).

Neurosis depresif

Gejala-gejala neurosis depresif

Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan dengan ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :

  • gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
  • gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, dst.

Faktor penyebab neurosis depresif

Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D.Burns (1988 : 6), bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama perasaan yang negatif pula. Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut, melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya.

Neurasthenia

Gejala-gejala neurasthenia

Neurasthenia disebut juga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan berpikir menurun.

Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala-gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.

Faktor penyebab neurasthenia

Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor (ZakiahDaradjat, 1983), yaitu sebagai berikut.

  • Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.
  • Terhalanginya keinginan-keinginan.
  • Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan