Apa yang dimaksud dengan Multikulturisme?

image

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki beberapa keragaman mulai dari budaya, ras, suku, bahasa, adat istiadat dan masih banyak lagi. Karena berbagai keberagaman dan memiliki masyarakat yang berbeda di setiap daerahnya. Maka, tak heran keberagaman tersebut membuat masyarakat Indonesia disebut sebagai masyarakat multikultural. Dan akhrinya muncullah kata multikulturalisme.

Lalu, Apa yang disebut dengan Multikulturisme?

Pengertian Multikulturalisme

Multikulturalisme berasal dari kata multi (plural) dan kultural (tentang budaya), multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan orang per orang atau perbedaan budaya seperti perbedaan nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik.

  • Multikulturalisme menurut Azyumardi Azra adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik .

  • Masyarakat multikultural menurut Azyumardi Azra adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan

  • Multikulturalisme menurut Akhyar Yusuf Lubis mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain.

  • Multikulturalisme menurut Supardi Suparlan yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.

  • Multikulturalisme menurut Ahmad Rivai Harahap mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut.

Pada dasarnya multikulturalisme ini berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.

Sejarah Multikulturalisme

Multikulturalisme ini pada dasarnya bertentangan dengan monokulturalisme atau kesamaan yang belum terwujud dan asimilasi atau timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah kebudayaan baru. yang telah menjadi sebuah norma dalam pembentukan negara dan bangsa sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme ini menghendaki adanya kesatuan budaya secara seharusnya.
.
Multikulturalisme ini mulai dijadikan kebijakan resmi di beberapa negara, yang dimulai di Afrika pada tahun 1999. Yang mana kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan resmi, dan sebagai kesepakatan sosial di antara para negara maju. Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama Inggris dan Prancis, mulai mengubah kebijakan mereka ke arah kebijakan multikulturalisme. Pengubahan kebijakan ini pun mulai menjadi subyek debat di Britania Raya, Jerman, dan beberapa negara lainnya.

Penyebab Multikulturalisme

Menurut Kymlicka ada dua aspek yang mempengaruhi munculnya multikulturalisme:

  1. Faktor migrasi penduduk, migrasi dilakukan dengan masuknya penduduk ke suatu daerah yang mana akhirnya mereka menjadi sebuah minoritas di sana. Pada studi kasus yang dilakukan oleh Kymlicka negara tujuan imigran tersebar di negara Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.

  2. Adanya unsur identitas, identitas ini biasanya dimiliki oleh para individu yang merasa lebih kuat pada rasa nasionalismenya.

Penyebab Multikulturalisme di Indonesia

Masyarakat Indonesia terkenal sebagai masyarakat multikultural yaitu sebuah masyarakat yang berlandaskan pada ideologi multikulturasime atau Bhineka Tunggal Ika, yang akhirnya menjadi landasan struktural masyarakat Indonesia secara nasional dan lokal.

Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Masyarakat Multikulturalisme

  1. Pengaruh keadaan geografis, Indonesia adalah negara yang terdiri dari 17 ribu pulau di yang berjajar dari ujung Barat-Timur, mulai dari Sabang sampai Merauke. Yang mana karena keberagaman ini setiap pulau yang ada memiliki suku bangsa, etnis, agama, dan ras masing-masing.

  2. Pengaruh kebudayaan asing, masuknya etnis China, Arab maupun India yang akhirnya menetap di Indonesia membuat masyarakat Indonesia memiliki beberapa kebiasaan dan cara pandang yang beragam.

  3. Pengaruh globalisasi, mulai adanya gerakan kesetaraan gender, juga adanya eksistensi orang lesbian dan gay yang mulai muncul di depan umum, membentuk adanya kelompok yang memiliki identitas dan keadaan yang sama meskipun pergerakan kelompok ini masih terbatas untuk saat ini

  4. Adanya iklim dan cuaca yang berbeda, iklim yang berbeda membuat masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan yang berbeda saat akan bercocok tanam.

Jenis Multikulturalisme

Seorang tokoh bernama Parekh pada tahun 1997 membedakan lima macam multikulturalisme yang sebelumnya diungkapkan oleh Azyumardi Azra

  1. Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat di mana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.

  2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.

  3. Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan ( equality ) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat di mana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.

  4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus ( concern ) dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.

  5. Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.

Permasalahan Multikulturalisme

Adanya keanekaragaman masyarakat dan budaya juga membuat munculnya persoalan-persoalan baru bagi bangsa Indonesia.

1. Keanekaragaman suku bangsa,

Adanya keberagaman suku bangsa ini membuat Indonesia memiliki suku bangsa dengan karakter, adat istiadat, bahasa, dan kebiasaan yang berbeda-beda. Permasalahan yang terjadi akan muncul ketika antara suku bangsa yang berbeda harus berinteraksi satu sama lain.

2. Keanekaragaman Agama

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di posisi silang antara dua samudra dan dua benua, yang menjadikannya sebagai jalur perdagangan internasional. Adanya hal ini, membuat Indonesia berinteraksi dengan berbagai bangsa dan mulai masuknya pengaruh agama dan kebudayaan dari bangsa asing mulai dari saudagar Islam, Hindu, dan Buddha. Serta adanya penjelajahan bangsa Barat yang membawa ajaran Kristen dan Katolik. Dengan adanya keberagaman agama ini menjadi salah satu permasalahan yang sangat sensitif dan harus diperhatikan dengan seksama.

3. Keanekaragaman Ras

Karena letak geografis Indonesia yang sangat strategis, menjadikan adanya interaksi antara bangsa luar dan bangsa Indonesia. Banyak bangsa asing yang menetap di Indonesia dan berkembang secara turun-temurun membentuk golongan sosial dalam masyarakat Indonesia. Adanya hal ini membuat mereka masih saling berinteraksi dengan penduduk pribumi hingga saat ini, bahkan tak jarang ada perkawinan antar ras yang berbeda di Indonesia saat ini.

Saat ini pun permasalahan mengenai multikulturalisme ini masih mengancam negeri ini yang terkait dengan perbedaan agama, suku ataupun ras yang berbeda. Keberagaman ini memicu munculnya konflik seperti kekerasan, penyerangan, perusakan, pembakaran, penganiayaan, penangkapan, dan intimidasi.

Akibat dari Permasalahan Multikuluralisme

Adanya keanekaragaman kelompok-kelompok sosial ini dalam masyarakat Indonesia mengakibatkan beberapa hal

  1. Kesenjangan dalam aspek kemasyarakatan
  2. Kesenjangan dalam sosiogeografis
  3. Kesenjangan perekonomian
  4. Kesenjangan antara mayoritas, minoritas, pribumi, dan non pribumi
  5. Adanya konflik yang berbau Suku Agama Ras dan Antar golongan (SARA), seperti Tragedi Poso, Tragedi Sampit, Tragedi Mei 1998, Penutupan dan Pembakaran rumah-rumah ibadah, Tragedi Monas, dan jumlah perselisihan yang mengatasnamakan keberagaman.
Referensi
  1. Ana Irhandayaningsih. “Kajian Filosofis Terhadap Multikulturalisme Indonesia”. Humanika . 15 (9): 2. ISSN 1412-9418
  2. Mubarak, Zakki, dkk. Buku Ajar II, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian terintegrasi (MPKT) cet. Kedua. 2008: Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan Masyarakat, . Depok: Penerbit FE UI
  3. Azra, Azyumardi, 2007. “Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia”,http://www.kongresbud.budpar.go.id/58%20ayyumardi%20azra.htm[ pranala nonaktif permanen ].
  4. Azra, Azyumardi, 2007. “Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia”,
  5. Lubis, Akhyar Yusuf, 2006. Deskontruksi Epistemologi Modern. Jakarta: Pustaka Indonesia Satu
  6. Suparlan, Parsudi, “Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural”, Simposium Internasional Bali ke-3, Jurnal Antropologi Indonesia, Denpasar Bali, 16-21 Juli 2002, 1987"](https://web.archive.org/web/20100209055433/http://www.duniaesai.com/antro/antro3.html). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-02-09. Diakses tanggal 2016-12-19.
  7. Harahap, Ahmad Rivai, 2004. “Multikulturalisme dan Penerapannya dalam pemeliharaan kerukunan Umat Beragama”.
  8. See Neil Bissoondath, Selling Illusions: The Myth of Multiculturalism . Toronto: Penguin, 2002. ISBN 978-0-14-100676-5.
  9. Neil Bissoondath, Selling Illusions: The Myth of Multiculturalism . Toronto: Penguin, 2002. ISBN 978-0-14-100676-5. Passim .
  10. Mubarak, Zakki, dkk. Buku Ajar II, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian terintegrasi (MPKT) cet. Kedua. 2008: Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan Masyarakat, Depok: Penerbit FE UI]
  11. Abidin, Z. (2016). Menanamkan Konsep Multikulturalisme di Indonesia. Jurnal Dinamika Global , 1 (02), 123-140.