Model pengamatan campuran atau mixed scanning sebagai suatu model terhadap pembuatan keputusan yang memperhitungkan keputusan keputusan pokok dan inkremental, menetapkan proses proses pembuatan kebijakan pokok dan urutan tinggi yang menentukan petunjuk-petunjuk dasar, proses-proses yang mempersiapkan keputusan keputusan pokok dan menjalankannya setelah keputusan itu tercapai.
Apa yang dimaksud dengan Model pengamatan campuran atau Model Mixed-Scanning ?
Model pengamatan ampuran atau model mix scanning, yang digagas oleh Amitai Etzioni, merupakan perpaduan antara model rasional dan incremental untuk menjembatani kelemahan dari kedua model tersebut dengan menggabungkan elemen-elemen dari keduanya. Membuat keputusan yang sangat rasional dengan menghitung secara matematis dari setiap alternatif menjadi sesuatu yang tidak efisien dan irrasional, sedangkan incremental yang cenderung mempertahankan status-quo cenderung pula mengabaikan kebutuhan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Penggabungan model rasional dan incremental diperlihatkan Etzioni melalui dua (2) jenis keputusan yang dibuatnya, yaitu:
Keputusan fundamental (contextuating decisions), yaitu keputusan-keputusan yang disusun dari seleksi menyeluruh terhadap alternatif utama yang diambil pembuat kebijakan publik dalam rangka mencapai tujuan.
Keputusan incremental (bit decisions), yaitu keputusan-keputusan yang dibuat secara incremental atau perubahan sesedikit mungkin dari keputusan-keputusan fundamental yang telah dibuat sebelumnya.
Model mixed-scanning disusun berdasarkan cara kerja metafora observasi cuaca dunia yang menggunakan dua jenis kamera. Kamera pertama melakukan observasi kondisi seluruh langit dengan pengamatan secara terus menerus sehingga diperoleh hasil penganalisaan cuaca yang detail dan menyeluruh dari cuaca suatu daerah yang diobservasi. Kamera kedua memperhatikan pada daerah observasi tersebut pola-pola cuaca yang sama dengan observasi terakhir atau hasil yang lalu dan akan membuat analisa gabungan dengan kamera pertama apabila terdapat ketidaklaziman pada pola cuaca di daerah observasi tersebut.
Contoh dari model ini dalam praktek sebagai berikut. Pembuat kebijakan publik akan meningkatkan produksi beras di suatu kecamatan. Langkah pertama adalah pembuatan keputusan fundamental akan disusun aspek-aspek yang berkaitan dengan peningkatan produksi beras, seperti penyediaan bibit unggul, pupuk, irigasi, ketersediaan lahan pertanian, upah buruh tani, cuaca, penyediaan pestisida. Masing-masing aspek akan dilihat dari sisi apakah sebagai faktor penghambat atau pendorong untuk memperhitungkan efisiensi, keuntungan dan kerugian. Alternatif akan diambil dari suatu kebijakan yang mengandung sesedikit mungkin risiko kerugian dan inefisiensi. Dari berbagai alternatif akhirnya diambil keputusan bahwa peningkatan produksi beras melalui suntikan dana 100 juta. Langkah selanjutnya penyusunan kebijakan incremental. Tahun 2001 produksi beras 10 ton/tahun dengan suntikan dana pertanian 100 juta. Tahun 2002 produksi beras meningkat menjadi 20 ton/tahun dengan suntikan dana 200 juta. Model incremental akan membuat kebijakan publik pada tahun 2003 produksi beras ditingkatkan menjadi 30 ton/tahun dengan suntikan dana 300 juta. Keputusan kebijakan publik ini akan "sedikit‟ berubah dari kebijakan yang lalu apabila aspek-aspek yang mempengaruhi pada keputusan fundamental mengalami perubahan.
Sumber : Prof. Dr. Sri Suwitri, M.Si., Konsep Dasar Kebijakan Publik