Apa yang dimaksud dengan miskonspesi?

miskonspesi

Menurut Resser (1984), konsep adalah suatu hubungan abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mempunyai artibut yang sama. Namun demikian tafsiran perorangan terhadap banyak konsep seringkali berbeda.

Tafsiran konsep adalah seseorang disebut “konsepsi”, sehingga miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau pendapat yang tidak benar karena didasarkan pada pemikiran atau pemahaman yang salah.

Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli.1 Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal yang salah, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep dan gagasan intuitif. Dengan demikian ketika seorang siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran sudah mempunyai konsep awal atau gagasan awal yang memungkinkan konsep tersebut tidak sesuai dengan konsep yang dibawa oleh para ilmuwan.

Seperti yang dijelaskan Novak, mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Menurut Brown dalam (Paul Suparno, 2013) juga menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima.2 Juga Feldsine menemukan miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar antara konsepkonsep, memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsepkonsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.

Faktor Penyebab Miskonsepsi

Miskonsepsi terjadi tidak lepas dari penyebabpenyebab yang menjadi faktor miskonsepsi, dan secara garis besar terjadinya miskonsepsi yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Adapun miskonsepsi yang ditimbulkan dari siswa sendiri dapat berupa: prakonsepsi atau konsep awal yang salah, pemikiran asosiatif yang sering terjadi karena siswa sudah mempunyai konsep tertentu dengan arti tertentu sebelum mengikuti pembelajaran, pemikiran humanistik dengan memandang semua benda dari pandangan manusiawi, Reasoning yang tidak lengkap/salah, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, dan minat belajar siswa yang rendah.

Penyebab miskonsepsi yang berasal dari guru/pengajar yaitu: tidak menguasai bahan, tidak kompeten, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide. Sedangkan pada buku teks dapat menyebabkan miskonsepsi pula ketika buku tersebut salah tulis terutama dalam penulisan rumus, penjelasan yang keliru, tingkat kesulitan buku terlalu tinggi bagi siswa. Dan pada penyebab miskonsepsi karena cara mengajar hanya berisi ceramah dan menulis, dan tidak mengoreksi PR yang salah juga dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa.

Cara mengatasi Miskonsepsi

Kiat untuk mengatasi terjadinya miskonsepsi dari berbagai faktor yang ditimbulkan seperti yang telah disebutkan, untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi secara garis besar adalah:

  1. Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa

  2. Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut.

  3. Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi

Ada banyak cara untuk mengatasi miskonsepsi siswa, tetapi tidak setiap cara itu sesuai bagi siswa yang mengalami miskonsepsi, karena adanya kesalahan siswa yang beraneka ragam. Maka penting bagi guru untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa. Dan untuk selanjutnya diterapkan cara yang sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa.

Secara umum banyak metode yang dapat membantu miskonsepsi siswa dengan menghadapkan siswa pada suatu data anomali yaitu, data yang bertentangan dengan gagasan awal siswa. Sehingga dalam diri siswa muncul suatu konflik dan pemikiran siswa. Dan diharapkan ada perubahan konsep dalam diri mereka. Sangat penting dalam pembelajaran, apabila guru selalu mempertanyakan kepada siswa gagasan dan konsep yang siswa ketahui. Dengan menggunakan metode apapun, perlu untuk menanyakan gagasan awal siswa, karena dengan hal tersebut dapat mengetahui miskonsepsi yang dibawa atau dipunyai siswa, setidaknya menanyakan mengapa siswa mempunyai gagasan seperti itu.