Apa yang Dimaksud dengan Microteaching?

image
Seorang calon guru ataupun calon guru sebelum terjun langsung mengajar siswa di kelas secara langsung akan melalakukan kegiatanmicroteaching.

Apa yang dimaksud dengan microteaching?

Pengertian Microteaching

Microteaching berasal dari dua kata, micro dan teaching. Micro berarti kecil, terbatas, sempit, dan sedikit. Teaching berarti mengajar. Dengan demikian, microteaching adalah kegiatan mengajar yang segala aspek pengajarannya diperkecil atau disederhanakan. Pengecilan atau penyederhanaan sejumlah aspek dalam pengajaran menjadikan microteaching tidak serumit kegiatan mengajar biasa.

Menurut Mc. Knight microteaching dapat digambarkan sebagai proses pengajaran yang “diperkecil”, yang didesain untuk mengembangkan keterampilan baru memperbaiki keterampilan yang sudah dimiliki. Bukan sekedar proses, melainkan microteaching sudah menjadi suatu sistem belajar mengajar untuk menguasai keterampilan tertentu. Seperti yang dikatakan oleh Richard N. Jensen mendefinisikan microteaching sebagai suatu sistem yang memungkinkan seorang calon guru mengembangkan keterampilanya dalam menerapkan teknik mengajar tertentu.

Dengan demikian, microteaching dapat diartikan sebagai model pelatihan guru atau calon guru untuk menguasai keterampilan mengajar tertentu melalui proses pengajaran yang sederhana. Microteaching merupakan latihan mengajar permulaan bagi calon guru dengan jalan mengisolasikan komponen-komponen keterampilan proses belajar mengajar, sehingga calon guru menguasai setiap komponrn ditampilkan satu persatu dalam situasi yang disederhanakan dibawah bimbingan dosen pembimbing.

Sejarah Microteaching

Microteaching mulai dikembangkan pada awal 1960-an di Universitas Stanford ketika paham behaviorisme dalam psikologi mulai memengaruhi proses pembelajaran. Paham behaviorisme menganggap bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku. Paham ini menekankan pentingnya umpan balik dalam proses pembelajaran. Calon guru yang sedang berlatih menjadi guru yang memilki perilaku yang benar memperkuat hal-hal yang mengundang respons positif daro orang lain dan menghindari hal-hal yang mengundang respons negatif dari orang lain. Umpan balik akan terasa besar manfaatnya apabila fokus kemampuan yang dipelajari dipersempit. Hal ini memunculkan gagasan microteaching yang mempersempit tujuan pelatihan dan menyederhanakan proses pengajaran.

Nurlaila menceritakan bahwa microteaching dalam ilmu-ilmu terapan mulai dilaksanakan oleh Dwight Allen dan teman-temannya pada 1961 yang dikenal dengan pendekatan Stanford, yang kemudian juga dilaksanakan di Univercity of California (Barkeley). Waktu itu, Dwight Allen beserta rekan-rekannya mengembangkan program pelatihan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan verbal dan nonverbal guru dalam berbicara dan berpenampilan secara umum. Program pelatihan itu kemudian dilaksanakan dalam lingkup yang lebih luas untuk melatih para arsitek, pekerja pabrik, dan tentang tentara Amerika.

Lakshmi menuturkan bahwa pada 1963, Stanford Univercity memperkenalkan sebagai program pendidikan eksperimental yang didukung Ford Foundation. Program pendidikan ini menyiratkan elemen mikro yang secara sistematis berusaha menyederhanakan kompleksitas proses pengajaran. Model pengajaran ini kemudian menyebar ke sejumlah perguruan tinggi di Amerika dan Eropa dalam program pendidikan guru. Selanjutnta, pada 1971 microteaching mulai berkembang di kawasan Asia, terutama Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Perkembangan ini didasarkan pada suatu rekomendasi The second Sub-Regional Workshop on Teacher Education.

Ada sebuah model yang sangat mirip dengan microteaching, yaitu Instructional Skills Workshop (ISW). Model ISW mulai dikembangkan di Kanada pada awal 1970-an sebagai program pendukung pengembangan profesional di perguruan tinggi. ISW dilakukan dalam pengaturan kelompok kecil dan dirancang untuk meningkatkan efektivitas pengajaran baik untuk pendidik baru maupun berpengalaman. Baik microteaching maupun ISW sama-sama dirancang untuk meningkatkan performa pengajaran dan mendiskusikannya secara terbuka.

Fungsi Microteaching

  1. Meningkatkan kompetensi mengajar dalam proses pembelajaran bagi calon guru atau guru. Hal ini berkaitan dengan calon guru atau guru belum memenuhi kompetensi dalam proses pembelajaran. Padahal dalam program pendekatan berdasarkan kompetensi bagi calon guru atau guru dituntut kompetensi tersebut. Microteaching ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mengajar, karena menyerupai mengajar yang sesungguhnya.
  2. Dalam program microteaching calon guru atau guru diberi kesempatan menguasai keterampilan-keterampilan khusus dalam proses pembelajaran. Hal ini sangat diperlukan agar mereka memiliki, menguasai, dan melaksanakan kompetensi dengan baik dan benar.
  3. Dalam proses pembelajaran, keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan calon guru atau guru erat hubungannya dengan metode-metode mengajar, maka microteaching dapat berfungsi untuk penelitian metode/strategi mengajar tertentu.
  4. Microteaching dapat juga berfungsi sebagai pengembangan metode/strategi mengajar tertentu. Program microteaching merupakan bagian program bagian peningkatan kompetensi mengajar bagi calon guru atau guru dalam mengembangkan dan membina penampilan tertentu dalam proses pembelajaran. Hal ini bertalian erat dengan keterampilan khusus dan metode/strategi mengajarnya. Keterampilan khusus dapat dipandang sebagai penjabaran proses pembelajaran dengan metode tertentu, sehingga pengembangan dan pembinaan program microteaching perlu dikembangkan juga.

Tujuan Microteaching

  1. Membantu calon guru atau guru menguasai keterampilan-keterampilan khusus, agar dalam latihan pembelajaran sesungguhnya tidak mengalami kesulitan.
  2. Meningkatkan taraf kompetensi pembelajaran bagi calon guru secara bertahap dengan penguasaan keterampilan-keterampilan khusus yang akhirnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran yang sesungguhnya.
  3. Dalam in service training bagi guru diharapkan yang bersangkutan bisa menemukan sendiri kekurangannya dalam pembelajaran dan usaha memperbaikinya.
  4. Memberi kemungkinan dalam latihan microteaching agar calon guru menguasai keterampilan (khusus) mengajar, agar dalam penampilan mengajar (dalam proses pembelajaran) terampil dan kompeten.
  5. Sebagai penunjang usaha peningkatan keterampilan, kemampuan serta efektivitas dan efisiensi penampilan calon guru dalam proses pembelajaran.
  6. Menanamkan kesadaran akan keterampilan mengajar.
  7. Menanamkan rasa percaya diri da bersifat terbuka terhadap kritik orang lain.

Prinsip Pembelajaran Microteaching

Prinsip yang digunakan dalam evaluasi kegiatan microteaching didasarkan atas prinsip pengajaran yang berorientasi pada tujuan dan hasil, dimana penelitian didasarkan atas hasil yang dapat dicapai oleh mahasiswa dalam melakukan kegiatan microteaching. Dalam kegiatan ini yang dinilai adalah dosen pembimbing, guru pamong, dan calon guru. Kemampuan menampilkan keterampilan mengajar merupakan penilaian dalam kegiatan microteaching. Misalnya, menilai penampilan keterampilan dalam mengantarkan pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud yaitu:

  • Keterampilan menciptakan suasana belajar, yaitu menciptakan suasana tenang, aman, dan menunjukkan perhatian pada guru.
  • Keterampilan menimbulkan perhatian terhadap bahan pembelajaran yang disajikan, yaitu dengan mengajak pendengar untuk mendengarkan dan memahami pembelajaran yang disajikan.
  • Keterampilan menimbulkan bahan aspek, yaitu mengulang kembali bahan yang diperlukan sebagai batu loncatan terhadap bahan pembelajaran yang baru.

Pelaksanaan Microteaching

Pelaksanaan microteaching yang baik membutuhkan sejumlah hal yang harus dipahami dan dipebuhi. Harus memahami aspek-aspek pengajaran apa saja yang perlu dimikrokan dalam microteaching. Berikut ini akan dibahas mengenai aspek-aspek yang dimikrokan dan komponen-komponen microteaching.

1. Aspek-aspek yang dimikrokan

Microteaching merupakan bentuk pengajaran yang sebenarnya (real teaching) tetapi bersifat kecil. Pelaksanaan microteaching tidak seperti pelaksanaan pengajaran biasa. Apabila pengajaran biasa diibaratkan sebagai bola yang besar maka microteaching merupakan bola kecilnya.

  • Dari segi waktu, pelaksanaan microteaching lebih singkat daripada pengajaran biasanya (teaching). Apabila pengajaran biasanya berlangsung sekitar 40 menit, maka microteaching berlangsung sekitar 10 menit. Maksudnya, waktu yang digunakan untuk berlatih setiap jenis keterampilan dipersingkat dari pelkasanaan pengajaran biasanya.

  • Dari segi siswa, jumlah siswa pada microteaching lebih sedikit daripada pengajaran biasa. Apabila jumlah siswa pada pengajaran bisa 30 orang, makan jumlah siswa pada microteaching bisa 5-10 orang.

  • Dari segi keterampilan mengajar, microteaching mempraktikan keterampilan mengajar secara terpisah-pisah dan dalam porsi yang terbatas, sedangkan pada pengajaran biasa, keterampilan mengajar didemonstrasikan secara terintegrasi.

  • Dari segi fasilitas, microteaching membutuhkan laboratorium yang dilengkapi dengan alat-alat laboratory sebagai tempat penyelenggaraannya, sedangkan pada pengajaran biasa menggunakan ruang kelas yang sebenarnya.

2. Komponen Microteaching

Komponen microteaching ialah manusia-manusia yang terlibat dalam kegiatan pengajaran mikro, yaitu :

  • Teacher trainee, adalah guru atau calon guru yang berlatih mengajar.
  • Observer (pengamat), merupakan salah satu komponen microteaching, bertugas sebagai melihat, memerhatikan, dan mengamati dengan cermat secara langsung. Kegiatan observasi tidak boleh mengganggu guru yang sedang berlatih.
  • Student (siswa) adalah penerima, pencari dan penyimpan isis pelajaran dari guru.
  • Supervisor, yakni seorang dosen pembimbing.

Menurut B. Veena dan Digumarti mengemukakan:

Micro teaching is a training procedure aiming at simplifying the complexities of the reguler teaching process. Micro teaching is real teaching, althought a teaching situation is constructed in which the studentteacher and pupils work together in a practice situation.”

Micro berarti kecil, terbatas, sempit, sedangkan teaching berarti mengajar. Pengajaran mikro (Micro teaching ) adalah suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yakni selama 4 sampai 20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3 sampai 10 orang. Micro teaching merupakan bentuk pengajaran yang sederhana, dimana calon guru atau peserta didik berada dalam suatu lingkungan yang terbatas dan terkontrol. Guru mengajarkan hanya satu konsep dengan menggunakan satu atau dua ketrampilan mengajar.

Micro teaching (pengajaran mikro) dimulai sekitar tahun 1960-an. Micro teaching memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk mempraktekkan ketrampilan-ketrampilan mengajar yang spesifik, seperti penguatan positif.

Landasan Micro Teaching

Menurut Jalaludin (2015), hal itu dilakukan karena pada dasarnya ada beberapa landasan yang menjadi pokok pikiran terkait pembelajaran mikro, yaitu sebagai berikut:

  1. Pengajaran yang nyata (dilaksanakan dalam bentuk yang sebenarnya tetapi berkonsep mini.

  2. Latihan terpusat pada keterampilan dasar mengajar, menggunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar siswa sebagai umpan balik terhadap kemampuan calon guru.

  3. Pengajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berdasarkan pada kemapuan intelektual kelompok usia tertentu.

  4. Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam laboratorium micro teaching .

  5. Pengadaan low threat situation untuk memudahkan calon guru mempelajari ketrampilan mengajar.

  6. Penyediaan low risk situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam pengajaran. 7. Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.

Tujuan Micro Teaching

Tujuan umum micro teaching adalah memberikan kesempatan pada calon guru untuk berlatih mempraktikkan beberapa ketrampilan mengajar di depan teman-temannya dalam suasana yang konstruktif, sehingga, ia memiliki kesiapan mental, ketrampilan, dan kemampuan performasi yang terintegrasi untuk bekal praktek mengajar yang sesungguhnya di sekolah.

Menurut Dwight Allen, tujuan micro teaching adalah :

  1. Bagi mahasiswa calon guru
  • Memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah ketrampilan dasar mengajar secara terpisah.

  • Calon guru dapat mengembangkan ketrampilan mengajarnya sebelum mereka terjun ke kelas yang sebenarnya.

  • Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam-macam kondisi peserta didik.

  1. Bagi guru :
  • Memberikan penyegaran dalam program pendidikan.

  • Guru mendapatkan pengalaman mengajar yang bersifat individual demi perkembangan perofesinya.

  • Mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang berlangsung di pranatan pendidikan.

Manfa’at Micro Teaching

Dengan membekali mahasiswa melalui pengajaran mikro, maka ada beberapa manfa’at yang diperoleh, yakni :

  1. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu calon guru dalam mengajar.

  2. Ketrampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan.

  3. Balikan ( feed-back ) yang tepat dapat segera diperoleh.

  4. Latihan memungkinkan penguasaan komponen ketrampilan mengajar secara lebih baik. 5) Dalam situasi latihan, calon guru atau guru dapat memusatkan perhatian secara khusus.

  5. Menuntut dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.

  6. Mempertinggi efisiensi dan efektifitas penggunaan sekolah praktek dalam waktu praktek mengajar yang relatif singkat.

Keterampilan Mengajar Micro Teaching

Jalaludin dalam Tumey (1973), terdapat 8 ketrampilan dasar mengajar dalam micro teaching yang sangat berperan dalam kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut antara lain :

  1. Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran (set induction and closure).

  2. Keterampilan dasar menjelaskan ( explaining skills ).

  3. Keterampilan dasar mengadakan variasi ( variation skills ).

  4. Ketrampilan dasar memberikan penguatan ( reinforcement skills ).

  5. Keterampilan dasar bertanya ( questioning skills ).

  6. Keterampilan dasar mengelola kelas.

  7. Keterampilan dasar mengajar perorangan/ kelompok kecil.

  8. Keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil.

Pembelajaran mikro (micro teaching) adalah salah satu pendekatan atau cara untuk melatih penampilan mengajar yang dilakukan secara “micro” atau disederhanakan. Penyederhanaan ini terkait dengan setiap komponen pembelajaran, misalnya dari segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan, penggunaan metode dan media pembelajaran, dan unsur-unsur pembelajaran lainnya.

  1. Mc. Laughlin dan Moulton (1975). Micro teaching is as performance training methhod to isolate the component parts of the teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a simplified teaching situation. Pembelajaran mikro pada intinya adalah suatu pendekatan atau model pemebelajaran untuk melatih penampilan/keterampilan mengajar guru melalui bagian demi bagian dari setiap keterampilan dasar mengajar tersebut, yang dilakukan secara terkontrol dan berkelanjutan dalam situasi pembelajaran.

  2. A. Perlberg (1984) Micro teaching is a laboratory training procedure aimed at simplifyng the complexities of regular teaching-learning processing. Pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses latihan kegiatan belajar mengajar (pembelajaran).

  3. Sugeng Paranto, dkk. (1980) mikro teaching merupakan salah satu cara latihan praktek mengajar yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar yang di “mikro”kan untuk membentuk, mengembangkan keterampilan mengajar.

Dari ketiga pengertian Pembelajaran Mikro di atas, masing-masing dapat dipertegas dalam pembahasan sebagai berikut:

  1. Pengertian yang pertama dari Mc. Laughlin dan Moulton menyatakan; bahwa mikro teaching merupakan suatu pendekatan untuk melatih penampilan guru (performance training method). Yang perlu digaris bawahi dari pengertian tersebut adalah “penampilan”, yang dimaksud dengan penampilan tersebut adalah penampilan yang merefleksikan sosok atau figur sebagai seorang guru yang profesional. Karakteristik dari penampilan yang profesional tersebut sangat banyak antara lain misalnya:
  • bagaimana ia dapat melaksanakan pembelajaran secara logis dan sistematis dari mulai membuka, kegiatan inti, dan menutup pembelajaran,

  • menerapkan setiap dasar keterampilan mengajar secara baik dan benar. Keterampilan dasar mengajar terdiri dari beberapa jenis, seperti diungkapkan dalam kegiatan belajar satu yaitu: keterampilan membuka dan menutup, keterampilan menjelaskan dan membuat stimulus yang bervariasi, keterampilan bertanya, mengadakan balikan dan penguatan, mengelola kelas, dan keterampilan lainnya.

    Mengingat sangat kompleknya unsur-unsur yang terkait dengan penampilan guru, maka tidak mungkin setiap keterampilan tersebut dapat dikuasai sekaligus dan dalam waktu relatif singkat. Untuk itu perlu proses dan waktu yang panjang serta dilakukan latihan terhadap bagian demi bagian secara terkontrol.

    Misalnya Pa Ahmad guru MI kelas III untuk lebih meningkatkan keterampilan bertanya dalam pembelajaran, maka ia mempelajari konsep keterampilan bertanya, kemudian secara terkontrol ia berlatih mengembangkan keterampilan bertanya melalui pendekatan pembelajaran mikro, sehingga akhirnya Pa Ahmad sangat terampil menggunakan keterampilan bertanya dalam pembelajaran.

    Demikian pula dengan keterampilan-keterampilan lain sesuai dengan yang diharapkannya. Oleh karena itu menurut Mc. Laughlin dan Moulton bahwa pembelajaran mikro suatu cara melatih setiap keterampilan mengajar secara terpisah- pisah “to isolate the component parts of the teaching process

  1. Pengertian yang kedua dari A. Perlberg; pada dasarnya hampir sama dengan pendapat yang peretama. Mikro teaching menurut pengertian yang kedua ini adalah merupakan sebuah laboratorium yang berfungsi untuk menyederhanakan proses latihan mengajar. Kata kunci dari pengertian kedua ini terletak pada penyederhanaan dari sesuatu yang komplek “simplifyng the complexities”.

    Seperti telah dibahas secara berulang-ulang dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek. Kekomplekan tersebut karena banyaknya unsur-unsur pembelajaran yang terlibat dalam suatu sistem pembelajaran. Coba apakah Anda masih ingat apa saja unsur-unsur pembelajaran tersebut … ? kemudian jenis-jenis keterampilan dasar mengajar itu apa saja … ? Dilihat dari segi jumlah bukankah itu menunjukan suatu yang banyak, belum lagi dari segi kualitas atau ketentuan. Bukankah itu sudah mencukupi untuk dikatakan bahwa pembelajaran merupakan sesuatu yang komplek.

    Mengingat kompleknya sistem pembelajaran maka menurut A. Perlberg, perlu penyederhanaan (simplifyng) dalam proses melatihkannya. Penyederhanaan tersebut misalnya dari segi jenis keterampilan yang dilatihkan hanya difokuskan pada keterampilan tertentu saja, demikian juga waktu dibatasai hanya berkisar antara 10 s.d 15 menit saja, dan bentuk-bentuk penyederhanaan lainnya.

  2. Pengertian yang ketiga dari Sugeng Paranto; Tentu saja sudah cukup jelas, karena hampir sama dengan teori yang kesatu maupun yang kedua. Menurut Sugeng Paranto bahwa Mikro teaching adalah pendekatan latihan mengajar yang di-mikro-kan. Yang perlu digaris bawah dari pengertian ketiga ini yaitu di-mikro-kan. Istilah di-mikro-kan dalam pengertian mikro teaching menurut Sugeng Paranto, sama dengan istilah “simplifyng” yang dikemukakan oleh A. Perlberg. Yaitu bentuk latihan mengajar yang disederhanakan.

    Maksud penyederhanaan ini terutama agara setiap yang berlatih terfokus pada penampilan tertentu saja, sehingga secara akurat dapat dikontrol kelebihan dan kekurangan yang masih ada untuk kemudian dilakukan proses latihan ulang agar diperoleh kemampuan yang diharapkan.

Beberapa kesimpulan dari ketiga pembahasan mengenai pengertian pembelajaran mikro tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Mikro teaching pada intinya merupakan suatu pendekatan atau cara untuk melatih calon guru dan guru dalam rangka mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan (kompetensi) penampilan mengajarnya.

  2. Sesuai dengan namanya “micro teaching”, maka proses pelatihan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran mikro, dapat dilakukan untuk seluruh aspek pembelajaran. Adapun dalam teknis pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan hanya memfokuskan pada bagian demi bagian secara terisolasi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh yang akan berlatih atau sesuai dengan arahan dari supervisor.

  3. Pada saat peserta berlatih melalui pendekatan pembelajaran mikro, untuk mencermati penampilan peserta, dilakukan pengamatan atau observasi oleh supervisor atau oleh yang telah berpengalaman. Terhadap setiap penampilan peserta dilakukan pencatatan, direkam dan kemudian dilakukan diskusi umpan balik untuk mengkaji kelebihan dan kekurangan, kemudian menyampaikan saran dan solusi pemecahan untuk memperbaiki terhadap kekurangan yang masih ada dalam proses latihan berikutnya.

Unsur-unsur pembelajaran mikro


Dari beberapa pengertian, sifat maupun karakteristik yang dimiliki oleh pendekatan pembelajaran mikro, lebih lanjut Allen dan Ryan mengidentifikasi hal-hal pundamental dari karakteristik pembelajaran mikro, yaitu:

  1. Micro teaching is real teaching
    Proses latihan yang dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar yang sebenarnya (real teaching). Tapi dilaksanakan bukan pada kelas yang sebanarnya, melainkan dalam suatu kelas, laboratorium atau tempat khusus yang dirancang untuk pembelajaran mikro. Layakanya seperti seorang guru yang akan mengajar, terlebih dahulu guru tersebut harus membuat persiapan mengajar atau sekarang disebut dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

    Demikian halnya bagi setiap yang akan berlatih dengan menggunakan pendekatan atau model pembelajaran mikro terlebih dahulu harus membuat persiapan yang matang baik persiapan secara tertulis (RPP) maupun persiapan-persiapan lain yang diperlukan untuk mendukung lancarnya proses pembelajaran mikro.

  2. Micro teaching lessons the complexities of normal classroom teaching
    Latihan yang dilakukan melalui pendekatan pembelajaran mikro, sesuai dengan namanya “micro” yaitu kegiatan latihan pembelajaran yang lebih disederhanakan. Penyederhanaan ini dilakukan dalam setiap unsur atau komponen pembelajaran. Oleh karena itu kegiatan latihan mengajar yang dilakukan dalam pembelajaran mikro berbeda dengan kegiatan pembelajaran yang normal pada umumnya, seperti lazimnya ketika seorang guru mengajar di kelas yang sebenanrnya.

  3. Miro teaching focuses on training for the accomplishment of specific tasks
    Latihan yang dikembangkan dalam pendekatan pembelajaran mikro hanya difokuskan pada jenis-jenis keterampilan tertentu secara spesifik, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh setiap yang berlatih atau atas dasar saran yang diberikan oleh pihak supervisor.

    Oleh karena itu meskipun pendekatan pembelajaran mikro dikategorikan dalam bentuk kegiatan mengajar yang sebenarnya, akan tetapi perhatian setiap peserta yang berlatih harus memfokuskan diri pada jenis keterampilan yang sedang ia latihkan. Misalnya jenis keterampilan membuka pembelajaran, maka jenis keterampilan itu yang menjadi acuan utama dalam melakukan kegiatan pembelajarannya, sementara aspek-aspek atau aktivitas kegiatan pembelajaran lainnya tetap dilakukan namun tidak menjadi fokus perhatian.

  4. Micro teaching allows for the increased control of practice
    Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan mikro lebih diarahkan untuk meningkatkan kontrol pada setiap jenis keterampilan yang dilatihkan. Kontrol yang ketat, cermat, dan komprehensif relatif mudah dilakukan dalam pembelajaran mikro, karena setiap peserta yang berlatih hanya memfokuskan diri pada jenis keterampilan tertentu saja.

    Dengan demikian pihak observer atau supervisor dapat lebih memusatkan pengamatannya pada jenis keterampilan tertentu yang sedang dilakukan oleh guru yang berlatih. Keuntungannya tentu saja pihak observer akan mendapatkan data atau informasi yang cukup lengkap dan akurat terkait dengan gambaran kemampuan setiap yang berlatih. Dengan demikian pihak observer atau supervisor akan dapat memberikan masukan yang lengkap dan akurat untuk perbaikan bagi setiap yang berlatih, pada sesi latihan berikutnya.

  5. Micro teaching greatly expands the normal knowledge of results or feedback dimension in teaching
    Melalui pendekatan pembelajaran mikro dapat memperluas wawasan dan pemahaman yang terkait dengan pembelajaran. Dari proses latihan dalam pembelajaran mikro pihak-pihak yang berkepentingan akan memperoleh masukan yang sangat berharga untuk memperbaiki proses penyiapan, pembinaan dan peningkatan profesi guru.