Studi Kasus berasal dari terjemahan dalam bahasa Inggris “A Case Study” atau “Case Studies”. Kata “Kasus” diambil dari kata “Case” yang menurut Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English (1989), diartikan sebagai 1). “ instance or example of the occurance of sth ., 2). “ actual state of affairs; situation ”, dan 3). “ circumstances or special conditions relating to a person or thing ”. Secara berurutan artinya ialah 1). contoh kejadian sesuatu, 2). kondisi aktual dari keadaan atau situasi, dan 3). lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau sesuatu.
Studi Kasus adalah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus adalah hal yang aktual (real-life events), yang sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah lewat.
Masalahnya adsalah, kasus ( case ) sendiri itu apa?
Yang dimaksud kasus ialah kejadian atau peristiwa, bisa sangat sederhana bisa pula kompleks. Karenanya, peneliti memilih salah satu saja yang benar-benar spesifik. Peristiwanya itu sendiri tergolong “unik”. “Unik” artinya hanya terjadi di situs atau lokus tertentu. Untuk menentukan “keunikan” sebuah kasus atau peristiwa, Stake membuat rambu-rambu untuk menjadi pertimbangan peneliti yang meliputi:
-
Hakikat atau sifat kasus itu sendiri,
-
Latar belakang terjadinya kasus,
-
Seting fisik kasus tersebut,
-
Konteks yang mengitarinya, meliputi faktor ekonomi, politik, hukum dan seni,
-
Kasus-kasus lain yang dapat menjelaskan kasus tersebut,
-
Informan yang menguasai kasus yang diteliti.
Secara lebih teknis, meminjam Louis Smith, Stake menjelaskan kasus ( case ) yang dimaksudkan sebagai a “bounded system”, sebuah sistem yang tidak berdiri sendiri. Sebab, hakikatnya karena sulit memahami sebuah kasus tanpa memperhatikan kasus yang lain. Ada bagian-bagian lain yang bekerja untuk sistem tersebut secara integratif dan terpola. Karena tidak berdiri sendiri, maka sebuah kasus hanya bisa dipahami ketika peneliti juga memahami kasus lain. Jika ada beberapa kasus di suatu lembaga atau organisasi, peneliti Studi Kasus sebaiknya memilih satu kasus terpilih saja atas dasar prioritas. Tetapi jika ada lebih dari satu kasus yang sama-sama menariknya sehingga penelitiannya menjadi Studi Multi-Kasus, maka peneliti harus menguasai kesemuanya dengan baik untuk selanjutnya membandingkannya satu dengan yang lain.
Menurut Endraswara (2012), yang terakhir ini bisa disebut sebagai Studi Kasus Kolektif (Collective Case Study). Walau kasus yang diteliti lebih dari satu (multi-kasus), prosedurnya sama dengan studi kasus tunggal. Sebab, baik Studi Multi-Kasus maupun Multi-Situs merupakan pengembangan dari metode Studi Kasus.
Terkait dengan pertanyaan yang lazim diajukan dalam metode Studi Kasus, karena hendak memahami fenomena secara mendalam, bahkan mengeksplorasi dan mengelaborasinya, menurut Yin (1994) tidak cukup jika pertanyaan Studi Kasus hanya menanyakan “apa”, (what), tetapi juga “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Pertanyaan “apa” dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan deskriptif (descriptive knowledge), “bagaimana” (how) untuk memperoleh pengetahuan eksplanatif (explanative knowledge), dan “mengapa” (why) untuk memperoleh pengetahuan eksploratif (explorative knowledge).
Yin menekankan penggunaan pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”, karena kedua pertanyaan tersebut dipandang sangat tepat untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang gejala yang dikaji. Selain itu, bentuk pertanyaan akan menentukan strategi yang digunakan untuk memperoleh data.
Ada yang beranggapan bahwa jawaban terhadap pertanyaan “mengapa” ( why ) sudah tercakup dalam jawaban pertanyaan “bagaimana” ( how ), yang tentu saja tidak benar. Sebab, pertanyaan “bagaimana” menanyakan proses terjadinya suatu peristiwa, sedangkan pertanyaan “mengapa” ( why ) mencari alasan ( reasons ) mengapa peristiwa tertentu bisa terjadi. Untuk memperoleh alasan ( reasons ) mengapa sebuah tindakan dilakukan oleh subjek, peneliti harus menggalinya dari dalam diri subjek. Perlu diketahui bahwa peneliti Studi Kasus ingin memahami tindakan subjek dari sisi subjek penelitian, bukan dari sisi peneliti.
Pada tahap ini diperlukan kerja peneliti secara komprehensif dan holistik. Semakin peneliti dapat memilih kasus atau bahan kajian secara spesifik dan unik, dan diyakini sebagai sebuah sistem yang tidak berdiri sendiri, maka semakin besar pula manfaat Studi Kasus bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Lewat Studi Kasus sebuah peristiwa akan terangkat ke permukaan hingga akhirnya menjadi pengetahuan publik. Diakui bahwa ada tiga persoalan yang memang tidak mudah dalam melakukan Studi Kasus, yaitu;
-
Bagaimana cara menentukan kasus yang akan diangkat sehingga dianggap berbobot secara akademik,
-
Bagaimana menentukan data yang relevan untuk dikumpulkan,
-
Apa yang harus dilakukan setelah data terkumpul.
Berikut adalah contoh pertanyaan penelitian untuk beberapa jenis dan strategi penelitian menurut Yin, (1994) :
Jenis penelitian |
Bentuk pertanyaan penelitian |
Memerlukan kontrol terhadap peristiwa yang diteliti? |
Fokus pada peristiwa kontemporer ? |
Eksperimen |
bagaimana, mengapa |
Iya |
Iya |
Survei |
siapa, apa, di mana, berapa banyak |
Tidak |
Iya |
Analisis arsip |
siapa, apa, di mana, berapa banyak |
Tidak |
Iya/tidak |
Sejarah |
bagaimana, mengapa |
Tidak |
Tidak |
Studi Kasus |
Bagaimana, mengapa |
Tidak |
Iya |
Dilihat dari kasus yang diteliti, menurut Endraswara (2012), Studi Kasus dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu Studi Kasus berupa penyimpangan dari kewajaran dan Studi Kasus ke arah perkembangan yang positif.
-
Studi Kasus pertama bersifat kuratif, dan disebut Studi Kasus Retrospektif (Retrospective Case Study), yang memungkinkan ada tindak lanjut penyembuhan atau perbaikan dari suatu kasus (treatment). Tindak penyembuhan tidak harus dilakukan oleh peneliti, tetapi oleh orang lain yang kompeten. Peneliti hanya memberikan masukan dari hasil penelitian.
-
Studi Kasus Prospektif (Prospective Case Study). Jenis Studi Kasus ini diperlukan untuk menemukan kecenderungan dan arah perkembangan suatu kasus. Tindak lanjutnya berupa Penelitian Tindakan (Action Research) yang dilakukan juga oleh pihak lain yang berkompeten.
Berikut adalah beberapa-beberapa contoh peristiwa yang bisa diangkat menjadi objek Penelitian Studi Kasus.
-
Misalnya, sebuah sekolah memperoleh banyak prestasi, di bidang akademik, olah raga, kebersihan dan lingkungan sekolah, baik di tingkat lokal, provinsi bahkan nasional. Prestasi-prestasi itu diraih ketika sekolah dipimpin oleh seorang ibu yang diangkat dari salah seorang guru di sekolah tersebut. Selama menjadi guru, prestasi ibu itu biasa-biasa saja dan praktis tidak ada yang menonjol. Tetapi semua warga sekolah mengenal ibu itu sebagai sosok yang tekun dan tidak suka menonjolkan diri. Model kepemimpinan ibu kepala sekolah itu pantas dijadikan “kasus” untuk diteliti mengapa itu bisa terjadi. Jika peneliti bisa menggali model kepemimpinan ibu kepala sekolah, akan bisa diperoleh banyak pelajaran yang bermanfaat, tidak saja bagi peneliti itu sendiri dan sekolah tetapi juga masyarakat luas. Contoh kasus di atas bisa diteliti oleh mahasiswa bidang Manajemen Pendidikan.
-
Di sebuah kantor perusahaan swasta sering terjadi keributan karena uang dan barang-barang milik karyawan sering hilang. Berkali-kali manajer perusahaan memberi pengarahan dan mengingatkan jika tertangkap pelakunya akan diberi sanksi, mulai dari sanksi ringan hingga berat, sampai pemecatan. Bahkan pernah mengundang polisi untuk memberi pengarahan serupa. Peringatan berkali-kali dari pimpinan perusahaan dan kepolisian tidak ada efeknya sama sekali. Buktinya pencurian masih saja terus terjadi. Nah, suatu kali perusahaan mengundang seorang da’i untuk berceramah di hari peringatan keagamaan. Karena sebagian besar karyawan senang, sang da’i itu diundang lagi beberapa kali. Dalam ceramahnya, da’i itu tidak lupa menyelipkan makna kejujuran dalam hidup dan apa konsekwensinya di hadapan Tuhan jika seseorang tidak jujur. Sejak itu pencurian mereda, bahkan akhirnya tidak ada sama sekali. Jelas sekali bahwa sentuhan spiritualitas jauh lebih efektif daripada peringatan atau ancaman dari pimpinan. Peristiwa tersebut bisa diangkat menjadi “kasus” penelitian Studi Kasus.
-
Sebuah sekolah memiliki masukan ( input ) siswa yang sangat baik, umumnya dari anak-anak keluarga kelas menengah ke atas. Prestasi demi prestasi pun diraih oleh para siswa hampir di semua bidang. Di sekolah lain yang tidak jauh lokasinya dari sekolah pertama masukannya biasa-biasa saja, dan dari siswa-siswa kalangan masyarakat menengah ke bawah. Prestasi siswa di sekolah kedua tersebut tidak kalah hebatnya dari yang pertama. Bahkan di beberapa cabang olah raga prestasinya melebihi sekolah pertama. Prestasi sekolah kedua bisa diangkat sebagai “kasus” untuk dikaji lebih mendalam melalui Studi Kasus.
-
Mahasiswa Jurusan Bahasa bisa meneliti kasus yang terjadi pada mahasiswa internasional di sebuah perguruan tinggi dengan fenomena seperti berikut. Mahasiswa dari negara Timur Tengah yang bahasa ibunya bahasa Arab jauh lebih cepat belajar bahasa Indonesia dibanding mahasiswa yang bahasa ibunya bahasa Inggris. Begitu juga mahasiswa yang berasal negara-negara bekas Uni Soviet mengalami kesulitan luar biasa belajar bahasa Indonesia. Mahasiswa dari Cina yang menguasai bahasa Arab dapat belajar dan menguasai bahasa Indonesia lebih cepat daripada mahasiswa Cina yang tidak bisa bahasa Arab. Fenomena pembelajaran bahasa Indonesia untuk mahasiswa asing bisa diangkat menjadi “kasus” penelitian Studi Kasus.
Sumber : Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si, Studi kasus dalam penelitian kualitatif: Konsep dan prosedurnya, UIN Maulana Malik Ibrahim.
Referensi :
- Endraswara, Suwardi. 2012. Metodologi penelitian kebudayaan . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
- Stake, Robert E. 1994. “Case Studies” in Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln (eds.). “ Handbook of Qualitative Research ”, Thousand Oaks, California: SAGE Publications, Inc.
- Yin, Robert K. 1994. CASE STUDY RESEARCH . Thousand Oaks, London, New Delhi: SAGE Publications.