Apa yang dimaksud dengan metode ma'nail Hadis

hadis

Hadis merupakan bagian dari kebijaksanaan Nabi, maka mungkin saja hadis tersebut suatu hadis dapat dimaknai secara tekstual (tersurat) atau kontekstual (tersirat). Segi-segi yang berkaitan erat dengan diri Nabi dan yang melatar belakangi ataupun menyebabkan terjadinya hadis tersebut mempunyai kedudukan penting dalam pemahaman suatu hadis.

Ilmu ma‟anil hadis inilah ilmu yang menelaah suatu hadis agar mudah dipahami, baik itu hadis yang bersifat tekstual maupun kontekstual. Dari tujuan dibentuknya ilmu tersebut, diharapkan muncul bukti-bukti yang jelas bahwadalam berbagai hadis Nabi, terkandung ajaran Islam yang bersifat universal,temporal, atau lokal.

2 Likes

Metode Ma’anil Hadits Menurut Yusuf Al-Qardhawi

Menurut Yusuf Al-Qordhawi dalam bukunya “ Studi Kritik As-Sunnah ”. Metode pemahaman hadits terbagi kepada delapan bagian, sebagai berikut:

Memahami Al-Sunnah sesuai dengan petunjuk al-Qur’an: Gagasan mengenai pentingnya memahami hadits berdasarkan petunjuk Al-Qur’an ini bukan merupakan gagasan Al-Qardhawi saja. Pemikiran-pemikiran lain pada umumnya memiliki gagasan yang sama. Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya as-Sunnah an-Nabawiyah Bayan Ahl al-Fiqh wa Ahl al-Hadits meyediakan hampir keseluruhan babnya untuk menegaskan betapa pentingnya pemahaman terhadap hadits Nabi Muhammad Saw. untuk mempertimbangkan petunjuk-petunjuk al-Qur’an (al-Ghazali, 1996).

Menghimpun hadits-hadits yang terjalin dalam tema yang sama: Al-Qardhawi menjelaskan bahwa agar bisa berhasil untuk memahami sunnah secara benar, harus menghimpun dan memadukan beberapa hadits sahih yang berkaitan dengan suatu tema tertentu (satu topik). Kemudian mengembalikan kandungan hadits yang mutasyabihat (belum jelas artinya) disesuaikan dengan hadits yang muhkam (jelas maknanya), mengaitkan yang mutlak (terurai) dengan yang muqayyad (terbatas), dan menafsirkan yang ‘am dengan yang khash.

Memahami hadits berdasarkan latar belakang, kondisi, dan tujuannya: Salah satu cara untuk memahami hadits yang baik adalah dengan pendekatan sosio-historis, yaitu dengan mengetahui latar belakang diucapkannya atau kaitannya dengan sebab atau alasan ( ‘illah ) tertentu yang dikemukan dalam riwayat atau dari pengkajian terhadap suatu hadits. Selain itu, untuk memahami hadits harus diketahui kondisi yang meliputinya serta di mana dan untuk tujuan apa diucapkan. Dengan demikian, maksud hadits benar-benar menjadi jelas dan terhindar dari berbagai perkiraan yang menyimpang.

Membedakan sarana yang berubah-ubah dan tujuan yang bersifat tetap dari setiap hadits: Sebagian orang banyak yang keliru dalam memahami hadits dengan mengabungkan antara tujuan atau alasan yang hendak dicapai, sunah dengan prasarana temporer atau lokal dan kontekstual yang kadangkala menunjang pencapaian sasaran yang dituju. Mereka memusatkan diri pada berbagai prasarana ini, seakan-akan sarana itulah satu-satunya tujuan. Padahal, siapapun yang benar-benar berusaha untuk memahami hadits Nabi Muhammad Saw. Serta rahasia-rahasia yang dikandungnya akan mendapat kejelasan bahwa yang paling pokok adalah tujuannya. Sedangkan yang berupa prasarana adakalanya berubah seiring perubahan lingkungan, zaman, adat kebiasaan, dan sebagainya.

Membedakan makna hakiki dan majazi dalam memahami sunnah: Menurut Al-Qardhawi ada hadits Nabi yang sangat jelas maknanya dan sangat singkat bahasanya, sehingga pembaca hadits tidak memerlukan penafsiran atau ta’wilan untuk memahami makna dan tujuan Nabi Muhammad Saw.

Selain itu, ada juga redaksi Nabi Muhammad Saw.yang menggunakan kata majazi, sehingga tidak mudah dipahami dan tidak semua orang dapat mengetahui secara pasti tujuan Nabi Muhammad Saw. Hadits dalam kategori kedua biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan yang sarat dengan simbolisasi. Ungkapan-ungkapan semacam itu sering dipergunakan Nabi Muhammad Saw.karena bangsa Arab pada masa itu sudah terbiasa dengan menggunakan kiasan atau metafora dan mempunyai rasa bahasa yang tinggi terhadap bahasa Arab.

Membedakan antara yang ghaib dan yang nyata: Di antara kandungan-kandungan hadits Nabi Muhammad Saw adalah hal-hal yang berkenaan dengan alam ghaib yang sebagiannya menyangkut makhluk-makhluk yang tidak dapat dilihat di alammaya. Seperti, Malaikat yang diciptakan Allah Swt. dengan tugas-tugas tertentu, begitu juga Jin dan Setan yang diciptakan untuk menyesatkan manusia, kecuali mereka hamba-hamba Allah Swt. yang berbeda jalannya.

Memastikan makna peristilahan yang digunakan oleh hadits: Suatu hal yang sangat penting dalam memahami hadits dengan benar yaitu memastikan makna dan konotasi kata-kata tertentu yang digunaakan dalam susunan kalimat hadits. Adakalanya konotasi kata-kata tertentu berubah karena perubahan dan perbedaan lingkungan.
Masalah ini tentunya akan lebih jelas diketahui oleh mereka yang mempelajari perkembangan bahasa serta pengaruh waktu dan tempat hidupnya. Adakalanya suatu kelompok manusia menggunakan kata-kata tertentu untuk menunjukkan makna tertentu pula.

2 Likes