Apa yang dimaksud dengan Mental Model dalam Ilmu Komunikasi?

Mental Model adalah asumsi yang dipegang oleh individu dan organisasi yang dapat menentukan bagaimana suatu organisasi berpikir dan bertindak.

Apa yang dimaksud dengan Mental Model dalam ilmu komunikasi ?

Model mental (Mental Model) adalah bagaimana seseorang berpikir dengan mendalam tentang mengapa dan bagaimana dia melakukan tindakan atau aktivitas dalam berorganisasi.

Model mental merupakan suatu pembuatan peta atau model kerangka kerja dalam setiap individu untuk melihat bagaimana melakukan pendekatan terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain, model mental bisa dikatakan sebagai konsep diri seseorang, yang dengan konsep diri tersebut dia akan mengambil keputusan terbaiknya. Dalam pembahasan terdahulu model mental ini kemudian menghasilan cara berfikir atau mindset.

Model mental merupakan asumsi yang mendalam baik berupa generalisasi ataupun pandangan manusia untuk memahami dunia dan mengambil keputusan. Pemahamam mengenai model mental berkaitan dengan keterampilan dari refleksi dan keterampilan mempertanyakan.

Keterampilan dari refleksi dimulai dengan suatu lompatan abstraksi dimana pikiran kita secara harfiah bergerak cepat dan melompat untuk segera menggeneralisasi fakta-fakta yang sebenarnya spesifik, sehingga kita tidak pernah berpikir untuk mengujinya. Hal inilah yang seringkali memperlambat proses belajar kita (Senge, 1990).

Perpaduan berpikir sistem dengan model mental dapat membuat perubahan dari mental yang selalu berdasarkan kejadian menjadi model mental yang melihat jangka panjang dan struktur pola tersebut.

Unsur pokok model mental adalah tercapainya keterbukaan yang akan mempermudah proses pengambilan keputusan melalui diskusi yang optimal dan hilangnya mental block yang menghambat dalam organisasi.

Mental models (model mental), menggambarkan kemampuan para anggota organisasi untuk melakukan perenungan, mengklarifikasikan dan memperbaiki gambaran-gambaran internal (pemahaman) tentang dunia yang dilandasi oleh prinsip serta nilai yang sarat dengan moral dan etika.

Disiplin model mental berpengaruh pada kemampuan seseorang atau organisasi saat memahami permasalahan yang dihadapinya.

Disiplin model mental dapat menjelaskan bagaimana seseorang berpikir, sehingga dapat menjelaskan mengapa dan bagaimana seseorang atau organisasi menetapkan suatu keputusan atau tindakan.

Model mental adalah asumsi yang dipegang oleh individu dan organisasi yang dapat menentukan bagaimana suatu organisasi berpikir dan bertindak, sehingga model mental juga dapat menjadi penghalang bagi organisasi belajar.

Dari sisi yang negatif model mental yang sudah usang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan orientasi penerapan strategi, sehingga pada gilirannya suatu model mental dapat menjadi faktor perusak dalam pengembangan organisasi secara keseluruhan.

Dalam kaitan ini, menurut Senge, adalah penting untuk membedakan antara teori yang dianut dan teori yang digunakan. Teori yang dianut berkaitan dengan apa yang kita katakan, sementara teori yang digunakan adalah apa yang secara aktual kita lakukan berdasarkan model mental kita sendiri.

Sebagai contoh, suatu individu atau organisasi mengatakan bahwa kerja sama tim dan kolaborasi adalah nilai utama, bahkan kata-kata tersebut bisa dimasukkan dalam visi atau misi formal pernyataan organisasi.

Artinya, bahwa berdasarkan teori yang dianut kolaborasi dan kerja sama tim sebagai suatu yang bermanfaat, meskipun pada kenyataannya organisasi yang sama mungkin membuat sekat untuk upaya kolaborasi dengan hanya berbagi sebagian dari data-informasi yang tersedia.

Salah satu cara terbaik agar bisa beralih dari model mental lama yang dipegang adalah melalui percakapan reflektif.

Para pemimpin perlu memfasilitasi praktik percakapan ini, yaitu secara teratur membangun dialog dalam organisasi tentang apa yang tengah bekerja dan apa yang tidak. Suatu organisasi yang memberlakukan percakapan ini adalah organisasi belajar, yang memeluk gagasan bahwa organisasi pembelajaran adalah organisasi yang baik, yang menempatkan belajar sebagai model mental dalam dirinya sendiri.

Bagian penting lainnya dari percakapan reflektif dalam organisasi pembelajaran adalah peran tim. Senge menemukan bahwa “tim bukanlah penjumlahan individu, namun tim adalah unit pembelajaran mendasar dalam organisasi moderen.

Senge menekankan bahwa dialog diantara para anggota tim dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk tumbuh dan berkembang. Senge mengidentifikasi tiga kondisi yang diperlukan untuk terjadinya dialog konstruktif, yakni para peserta perlu “menanggalkan asumsi mereka,” dan menyetarakan hubungan mereka “sebagai rekan”, dan diperlukan “fasilitator“ untuk menjaga efektivitas dialog, dan dalam hal ini fasilitator diperlukan setidaknya sampai tim mampu mengembangkan keterampilan dialog tersebut.

Bohm dalam Senge (1990) menyatakan bahwa adanya suatu hierarki sering menghambat dialog, dan tidak mudah untuk melepaskan diri dari hambatan psikologik hirarki organisasi. Penting juga untuk digaris bawahi bahwa adanya pola hubungan hirarkis adalah berasal dari model mental budaya masyarakat.

Sumber : Prof. Dr. H. Faisal Afiff, Spec.Lic., MODEL MENTAL KEPEMIMPINAN EFEKTIF DI MASA DEPAN