Apa yang dimaksud dengan Menguning atau yellowing?

Menguning atau yellowing

Menguning atau yellowing merupakan :

  1. keadaan di mana daun tanaman menguning karena kurangnya cahaya
  2. tanda penyakit atau kekurangan unsur hara

Penyakit menguning sering kali disebabkan oleh virus, tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri dan jamur. Menguning adalah gejala umum ketika terjadi kekurangan unsur-unsur yang penting untuk produksi klorofil, seperti besi dan magnesium.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN MENGUNING ATAU YELLOWING ?

Permasalahan yang sering dihadapi petani, orang yang bergelut di bidang pertanian, maupun penyuka urban farming adalah kurangnya pemahaman mengenai kesehatan tanaman mereka. Sering kali kesehatan tanaman terganggu akibat beberapa faktor. Faktor tersebut misalnya defisiensi hara, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan faktor lingkungan. Gejala yang ditimbulkan apabila tanaman terserang faktor tersebut sangat beragam dan terkadang terlihat sama. Salah satu gejala yang sering muncul adalah menguning atau yellowing. Gejala menguning bisa terlihat pada daun, buah, polong maupun biji, namun akan terlihat sangat jelas pada daun tanaman.

Daun menguning biasanya mengalami klorosis atau nekrosis. Untuk mengatasi gejala menguning ini, diperlukan pemahaman dan kejelian untuk mendiagnosa penyebabnya sehingga kita dapat menentukan langkah penanganan yang tepat.

MENGUNING KARENA DEFISIENSI HARA

Defisiensi hara merupakan kekurangan unsur hara yang berupa makanan untuk proses kelangsungan hidup tanaman. Contoh kasus:

  1. Bila tanah kurang mengandung Nitrogen (N) tersedia, maka seluruh tanaman akan berwarna

hijau pucat atau kuning (klorosis). Hal ini dapat terjadi karena rendahnya produksi klorofil dalam tanaman. Daun tertua lebih dahulu menguning karena Nitrogen (N) dipindahkan dari bagian tanaman ini menuju ke daerah ujung pertumbuhan. Daun bagian bawah tanaman yang mengalami defisiensi pada awalnya menguning dibagian ujung dan gejala klorosisi cepat merambat melalui tulang tengah daun menuju batang. Daun tepi dapat tetap hijau untuk beberapa saat. Bila defisiensi menjadi semakin berat, daun tertua kedua dan ketiga mengalami pola defisiensi serupa dan daun tertua pada saat iru akan menjadi coklat sempurna. Bila defisiensi Nitrogen (N) dapat dilacak pada awal pertumbuhan, maka dapat diatasi dengan suatu penambahan pupuk yang mengandung Nitrogen (N) sedikit pengaruh pada hasil panen
(Sugito 2012).

  1. Gejala defisiensi tanaman jagung pada tanah regosol dan tanah latosol ditunjukkan dengan ciri-

ciri tanaman kerdil, daun mengalami klorosis sampai berwarna kuning keunguan sebagai akibat gejala defisiensi. Kondisi terburuk ditunjukkan dengan terjadi gejala klorosis pada daun muda dan nekrosis pada daun tua akibat kekurangan unsur N dan P (Fahmi et al. 2010).

image
Gambar : Gejala-gejala berbagai kekurangan hara pada tanaman: a. Kekurangan Nitrogen (IPNI,2016); b.kekurangan unsur mikro (besi); c.kekurangan fosfor (IPNI< 2016); d. kekurangan unsur mikro pada tanaman jeruk (FFTC,2003).

Sumber: Trail (2016)

Di dalam tubuh tanaman, ada unsur-unsur hara yang sifatnya bergerak (dapat berpindah), sedangkan unsur hara lainnya cenderung tidak bergerak (tidak dapat berpindah). Pada umumnya, unsur hara makro cenderung bergerak, sedangkan unsur hara mikro cenderung tidak bergerak. Lokasi munculnya gejala-gejala pada tanaman memainkan peran penting untuk membantu kita mempertajam dan menemukan kekurangan unsur-unsur hara yang mana, yang sedang ditunjukkan oleh tanaman tersebut. Tanaman dapat memindahkan unsur hara bergerak. Biasanya unsur hara bergerak ini dipindahkan dari daun yang sudah lebih tua ke titik-titik pertumbuhan yang baru. Hal ini dilakukan oleh tanaman untuk memastikan agar pertumbuhan terus terjadi saat ada kekurangan unsur-unsur hara tertentu. Dalam kasus seperti ini, gejala-gejala kekurangan unsur hara akan muncul pada titik pertumbuhan yang lebih tua, atau di bagian bawah tanaman. Unsur-unsur hara tidak bergerak bersifat menetap dan tidak dapat direlokasi di dalam tubuh tanaman. Unsur-unsur hara ini biasanya menjadi satu dengan komponen-komponen struktural tanaman. Misalnya, kalsium adalah komponen dinding sel dan akan tetap menetap pada tempatnya (IPNI 2006). Gejala-gejala defisiensi unsur hara tidak bergerak biasanya dan pada awalnya berada di titik-titik pertumbuhan baru, di dekat bagian atas tanaman (Trail 2016).

Di dalam tanaman, gejala-gejala berbagai kekurangan unsur hara akan cenderung dimulai di titik-titik yang telah disebutkan di atas. Meskipun demikian, jika kekurangan yang dideritanya sangat parah maka gejala-gejala tersebut bisa muncul di seluruh tubuh tanaman. Gejala kekurangan unsur hara ini juga bisa saling menutupi satu dengan yang lain. Artinya, jika gejala kekurangan salah satu unsur terlihat lebih jelas dibandingkan dengan kekurangan unsur lainnya yang terjadi bersamaan namun sifat kekurangannya lebih ringan (Trail 2016).

MENGUNING KARENA SERANGAN VIRUS

Infeksi virus pada tanaman secara umum dapat menyebabkan gangguan fisiologis dan metabolisme tanaman seperti aktifitas fotosintesis menurun karena jumlah klorofil berkurang, nitrogen terlarut berkurang akibat sintesis virus yang cepat dan karbohidrat dalam jaringan tanaman menurun sehingga menimbulkan gejala mosaik (Hull 2002). Menurut Agrios (2005) penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh virus dapat menyebabkan kerusakan pada daun, batang, akar buah, biji atau bunga dan menimbulkan kerugian ekonomi dengan menurunnya hasil dan kualitas produk tumbuhan.

Contoh kasus gejala menguning akibat serangan virus:

image

Gambar virus utama yang menyerang tanaman cabai di Desa Kerta dengan gejala: mosaik (A), kuning (B) dan klorosis ©

Sumber : Sukada et al. (2014)

image

Gambar kondisi tanaman cabai yang terinfeksi virus dengan gejala: mosaik (A), kuning (B), klorosis © Sumber: Putra et al. (2015)

Gambar variasi gejala penyakit kuning: daun sehat (A); klorosis antar tulang daun, terdapat flek coklat dan tepi daun melengkung ke atas (B); klorosis antar tulang daun, daun keriting, tebal, dan

nekrotik ©; klorosis antar tulang daun, warna kuning menyala dan tepi daun rata (D); klorosis

antar tulang daun dengan warna kuning dan ungu pucat (E); klorosis ungu tua antar tulang daun (F)

Sumber: Fajarfika et al. (2015)

Gejala ToCVdan TICV sulit dibedakan pada tanaman tomat dan gejalanya hampir sama dengan gejala kekurangan unsur hara, yaitu daun kuning di sekitar tulang daun, hitam nekrotik, menebal, dan daun bagian bawah keriting (Jacquemond et al. 2009). Kehilangan hasil terutama karena berkurangnya daerah fotosintesis, meskipun gejala tidak jelas pada buah, namun produksi buah berkurang dengan ukuran dan jumlah buah menurun (Wisler et al. 1998).Tanaman tomat yang terinfeksi virus kuning memiliki gejala yang sangat khas, yaitu terjadi klorosis mulai dari daun bagian bawah dan berkembang ke bagian atas tanaman. Gejala awal yang muncul pada daun menunjukkan klorosis ringan antar tulang daun ( chlorosis interveinal ). Selanjutnya gejala berkembang pada luasan daun, daun tebal, dan daun menjadi kuning kecuali tulang daunnya tetap hijau. Apabila gejala sudah lanjut, seluruh permukaan tanaman menjadi klorosis dan rapuh, terkadang daun menjadi nekrotik dan keungunan. Gejala penyakit kuning ungu mirip dengan gejala yang disebabkan kekurangan unsur hara namun dapat dibedakan, untuk mengetahui gejala yang disebabkan penyakit biasanya terdapat spot-spot tidak merata di seluruh lahan dan penyakit menular (Hartono dan Wijonarko 2007).

d

b

c

a

Gambar gejala penyakit mosaik kuning pada kacang panjang: daun trifoliate dari tanaman terinfeksi menunjukkan gejala mosaik kuning berat (a dan b), polong terinfeksi menunjukkan gejala mosaik dan deformasi ©, infeksi berat pada lahan.

Sumber: Damayanti et al. (2009)

Gambar gejala BCMV pada tanaman kacang panjang: penebalan tulang daun (a), daun menguning (b), mosaik dan malformasi polong ©.

Sumber: Hamdayanty dan Damayanti (2014)

Gambar tipe gejala mosaik kuning MYMIV pada kacang hijau (a), mothbean (b), kedelai ©, kacang tunggak (d), lentil hitam (e).

Sumber: Qazi et al. (2007)

GEJALA MENGUNING KARENA BAKTERI

Contoh kasus:

Gejala busuk bulir bakteri padi dapat ditunjukkan dengan adanya gejala busuk bewarna kuning kecoklatan yang umumnya di mulai dari bagian pangkal ke ujung bulir disertai garis horizontal. Selain itu, gejala busuk dapat berupa bitnik kecil yang menyebar tidak merata pada bagian bulir padi. Bagian pelepah ditunjukkan adanya gejala busuk bewarna merah kecoklatan yang membentang secara horizontal. Bagian daun ditunjukkan adanya bercak kemerahan di tepi daun yang dikelilingi warna kuning seperti hawar pada daun.

Berdasarkan karakter morfologi, hasil uji fisiologi, dan patogenesitas menunjukkan bahwa penyebab penyakit busuk bulir padi adalah bakteri Burkholderia glu mae. Penyakit HDB pada tanaman padi dapat menyerang padi pada fase vegetatif dan fase generatif dengan gejala garis kekuningan hingga kecoklatan pada tepi daun. Gejala mulai tampak pada ujung daun, kemudian bertambah lebar sampai menyebabkan pinggiran daun menguning dan keriput (Triny , 2011).

Sumber: Isnaeni dan Masnilah (2020)

GEJALA MENGUNING KARENA JAMUR

Contoh kasus:

Gambar Gejala penyakit pada daun tanaman semangka di Desa Rasau Jaya 1 (A) bercak coklat kehitaman (antraknosa), (B) layu menguning, © bintik-bintik kuning

Sumber: Lestari et al. (2018)

Gambar gejala penyakit pada tanama sawi yang diinokulasi dengan jamur Curvularia

Sumber: Suganda dan Wulandari (2018).

Penyakit jamur kuning dan Aflatoksin disebabkan oleh Aspergillus flavus Fries dan A. parasiticus Speare. Gejala pertama timbul bercak pada kotiledon bibit kacang tanah. Bercak-bercak tersebut kemudian tertutup oleh serbuk yang merupakan spora jamur yang berwarna hijau dan kuning. Infeksi dapat menyebar ke hipokotil berupa bercak nekrotik. Tanaman yang terserang menjadi terhambat pertumbuhannya dan mengakibatkan klorosis pada daun daunnya. Akibat terserangnya bibit kacang tanah tersebut, maka sistem perakaran yang kedua akan berkurang dan keadaan ini disebut ‘aflaroot’. Apabila pertumbuhan tanaman baik, maka gejala ‘aflaroot’ akan hilang. Sebaliknya, gejala ‘aflaroot’ akan terjadi apabila tanaman mendapat gangguan (stress) selama beberapa minggu. Jika tanaman sakit mengalami cekaman kekeringan akan menghasilkan polong dengan biji yang terkontaminasi oleh A. flavus . Pada periode pascapanen, polong maupun biji yang terkontaminasi makin banyak, terutama pada polong yang lewat masak. Jamur akan menutup seluruh permukaan biji, menembus biji dan membentuk benang-benang hifa diantara kotiledon. Keberadaan jamur pada biji dapat diketahui dengan memecah biji kacang tanah. Biji yang telah terinfeksi akan memperlihatkan perubahan warna dan berat biji akan berkurang dibandingkan dengan biji sehat.

Jamur Sclerotium rolfsii Sacc. dapat tumbuh baik pada berbagai media buatan dengan ciri khas membentuk miselium berwarna putih dan sklerotianya keras dan berbentuk bulat. Sklerotia mula-mula berwarna putih kemudian berubah warna menjadi coklat. S. rolfsii tidak dapat membentuk spora aseksual, akan tetapi dapat membentuk sejumlah besar asam oksalat (fitoaleksin) yang dapat menyebabkan warna biru-ungu pada biji dan dapat menyebabkan klorosis dan nekrosis pada awal pertumbuhan penyakit (Backman dalam Porter et al . 1984). Gejala penyakit berupa warna kekuningan pada tanaman kacang tanah dan layu pada satu cabang atau cabang utama. Daun-daun menjadi coklat tua dan kadang-kadang rebah pada saat dini. Pada permukaan tanah dan di sekeliling tanaman terserang dapat ditemukan miselium berwarna putih. Pertumbuhan miselium cepat sekali apabila didukung oleh faktor iklim yang cocok dan selanjutnya tumbuh menjalar ke cabang atau tanaman lain. Jamur S. rolfsii juga memproduksi sklerotia yang mempunyai diameter 0,5–2 mm yang sangat banyak pada bagian bawah tanaman terserang dan di permukaan tanah. Sklerotia yang dibentuk oleh jamur pada media buatan sama seperti yang dihasilkan secara alamiah. Pada batang dekat permukaan tanah yang terserang nampak bercak yang mula-mula berwarna coklat muda kemudian berubah menjadi coklat tua seiring dengan berkembangnya penyakit. Polong yang sakit menjadi busuk dan kadang-kadang tanpa menunjukkan gejala yang jelas pada bagian tanaman di atas permukaan tanah. Keadaan lembab dan hangat sangat mendukung perkembangan penyakit. Permulaan serangan pada tanaman terjadi pada waktu pembentukan ginofor atau polong (Backman dalam Porter et al . 1984).

DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 2005. Plant pathology. Edisi ke-5. New York (US): Academi Press.

Damayanti TA, Alabi OJ, Naidu RA, Rauf A. 2009. Severe outbreak of a yellow mosaic disease on the yard long bean in Bogor, West Java. Hayati J. Biosci 16(2): 78-82.

Fahmi A, Syamsudin, Utami SNH, Radjagukguk B. 2010. Pengaruh Interaksi Hara Nitrogen Dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L) Pada Tanah Regosol Dan Latosol. Berita Biologi 10(3): 297-304.

Fajarfika R, Hartono S, Sulandari S, Somowiyarjo. 2015. Deteksi Molekuler Penyebab Penyakit Kuning ( Tomato Chlorosis Virus Dan Tomato Infectious Chlorosis Virus ) Pada Tanaman Tomat. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 19(2): 80–88

Hamdayanty, Damayanti TA. 2014. Infeksi Bean Common Mosaic Virus pada umur tanaman kacang panjang yang berbeda. J Fitopatologi Indonesia 10(6): 181-187. DOI: 10.14692/jfi.10.6.181.

Hartono, S. & A. Wijonarko. 2007. Karakterisasi Biologi Molekuler Tomato infectious chlorosis virus Penyebab Penyakit Kuning pada Tanaman Tomat di Indonesia. Agricultural Science 9: 139−146.

Hull R. 2002. Matthews “Plant Virology”. 4th Ed. California (US): Academic Press.

Isnaeni SJ, Masnilah R. 2020. Identifikasi penyebab penyakit busuk bulir bakteri pada tanaman padi ( Oryza sativa ) dan pengendaliannya menggunakan isolat Bacillus spp. secara in vitro. Jurnal Proteksi Tanaman Tropis1(1): 14-20.

Jacquemond, M., A. Dalmont, F. Fabre, L. Guilbaud, & H. Lecoq. 2009. Comparative Whitefly Transmission of Tomato chlorosis virus and Tomato infectious chlorosis virus from Single or Mixed Infectious. J . Plant Pathology 58: 221−227.

Lestari D, Rahmawati, Mukarlina. 2018. Jenis-Jenis Jamur yang Diisolasi dari Daun Tanaman Semangka ( Citrullus vulgaris Schard.) Bergejala Sakit di Desa Rasau Jaya. Protobiont 7 (2): 10 – 18.

Putra IGNBP, Puspawati NM, Nyana IDN, Siadi IK, Suastika G. 2015. Identifikasi Virus Yang Berasosiasi Dengan Penyakit Mosaik, Kuning, Dan Klorosis Pada Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum Frutescens L . ). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 4(3): 244-252.

Qazi J, Ilyas M, Mansoor S, Briddon RW. 2007. Legume Yellow Mosaic Viruses : genetically isolated Begomoviruses. Molecular Plant Pathology 8(4): 343-348. DOI: 10.1111/J.1364-3703.2007.00402.X.

Suganda T, Wulandari DY. 2018. Curvularia sp. jmur patogen baru penyebab penakit bercak daun pada tanaman sawi. Jurnal Agrikultura 29 (3): 119-123.

Sugito, Y. 2012. Ekologi Tanaman; Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Beberapa Aspeknya. Universitas Brawijaya Press (UB Press). Cetakan Kedua.

Sukada IW, Sudana IM, Nyana IDN, Suastika G, Siadi K. 2014. Pengaruh Infeksi Beberapa Jenis Virus terhadap Penurunan Hasil pada Tanaman Cabai Rawit ( Capsicum frutescens L.). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 3(3): 158-165.

Trial P. 2016. Mendiagnosa Kekurangan unsur hara pada tanaman di lahan. ECHO Asia Notes, Issue 29. Terjemahan.

Triny, S.K. 2011. Penyakit hawar daun bakteri dalam tonggak kemajuan teknologi produksi tanaman pangan. Bogor: Paket dan Komponen Teknologi Produksi Padi.

Wisler, G. C., J.E. Duffus, H.-Y. Liu, & R.H. Li. 1998. Ecology ang Epidemioloy of Whitefly-transmitted Closteroviruses . The American Phytopathological Society 82: 270−280.