Apa yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan diri atau ego?

Mekanisme pertahanan diri atau ego

Mekanisme pertahanan diri atau ego merupakan perilaku yang tidak disadari atau bawah sadar sehingga individu merasa mendapatkan sesuatu yang diperlukan walaupun secara realita tidak ada.

Apa yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan diri atau ego ?

Mekanisme pertahanan diri atau ego (defense mechanism) merupakan suatu keinginan seseorang untuk tidak menerima sesuatu yang tidak diinginkannya walaupun realitanya ada. Dalam kondisi tertentu, mekanisme pertahanan adalah sesuatu yang sangat diabaikan dalam diri seseorang. Selain itu, secara alamiah mekanisme pertahanan merupakan sesuatu yang telah ada sejak dini dalam kehidupan. Mekanisme pertahanan pada prinsipnya muncul dalam diri seseorang manakala dihadapkan pada situasi yang menimbulkan kecemasan. Orang cenderung menyembunyikan hal-hal negatif dalam dirinya.

Situasi ini tidak menguntungkan dalam perkembangan kepribadian seseorang. Masalah kepribadian yang menyangkut pada mekanisme pertahanan diri atau ego adalah :

  • Bagian kepribadian yang disembunyikan tidak hilang.

    Pertahanan diri merupakan representasi dari penolakan terhadap realita yang sedang dialami dan dirasakan konseli sehingga tetap akan mengganggu kepribadiannya. Penolakan terhadap realita sebagai bentuk ketidakmampuan dalam menghadapi situasi yang sebenarnya sehingga memiliki asumsi bahwa dengan menolaknya maka kecemasan akan hilang atau memperoleh toleransi dari orang lain.

  • Menyembunyikan bagian dari kepribadian.

    Bentuk pertahanan diri merupakan aktivitas konseli dalam menutupi keadaan yang sebenarnya terjadi sehingga konselor belum mampu memahami kepribadian konseli secara utuh. Tugas konselor adalah mengeksplorasi kepribadian konseli yang tersembunyi.

  • Memakan energi yang seharusnya dapat bermanfaat dalam proses perkembangan dan pertumbuhannya.

    Aktivitas dalam pertahanan diri akan menghabiskan energi konseli karena konseli akan terfokus pada proses bertahan yang dilakukannya.

Teori Freud secara gamblang menjelaskan tentang mekanisme pertahanan diri sebagai bentuk dari ketidaksadaran individu dalam menghadapi realita. Jika konselor memakai konsep teori Freud maka seorang konselor dituntut untuk memahami bentuk-bentuk pertahanan diri yang sering dilakukan seseorang. Secara singkat bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yaitu ;

  • Represi. Didefinisikan sebagai upaya individu untuk menghilangkan frustrasi, konflik batin, dan bentuk-bentuk kecemasan lain yang ada dalam dirinya. Seseorang yang melakukan represi biasanya tidak bersedia menceritakan permasalahan yang membuat cemas dirinya. Hal ini dilakukan karena sebagai usaha untuk menghilangkan kecemasan dari perasaannya.

  • Denial. Diartikan sebagai individu yang selalu menyangkal kenyataan tidak menyenangkan yang terjadi dalam dirinya.

  • Proyeksi. Merupakan pertahanan diri dengan cara mengalihkan perbuatan tidak menyenangkan atau kekeliruan kepada orang lain. Termasuk di dalamnya segala kegelisahan dan perasaan tidak enak yang lain sebagai akibat dari perbuatan orang lain. Orang tersebut berperilaku selalu menyalahkan pihak di luar dirinya sebagai penyebab setiap persoalan.

  • Rasionalisasi. Merupakan upaya mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Seorang konseli akan berusaha membuat berbagai alasan dengan harapan konselor tidak mengetahui atau menganggap dia sebagai orang yang berperilaku normal.

  • Intelektualisasi. Upaya seseorang untuk menghadapi situasi yang menekan perasaannya dengan jalan analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan analisa intelektual yang dilakukannya ia berharap tidak terganggu dengan situasi tersebut.

  • Pembentukan reaksi. Memungkinkan seseorang untuk melarikan diri dari gangguan perasaan atau keinginan dengan mengumpamakan kebalikan dari kejadian tersebut. Seorang yang sakit hati, reaksi yang diperbuat adalah menampakkan kegembiraan, seolah-olah tidak terjadai apa-apa dengan dirinya.

  • Intropeksi. Terjadi ketika seseorang memperoleh pendapat atau nilai-nilai orang lain, walaupun bertentangan dengan dengan sikap/prinsip yang dipegangnya. Seseorang dengan pertahanan ini menerima apa saja yang disarankan oleh orang lain tanpa ada tanggapan dan argumentasi mengapa menerima pendapat tersebut.

Konsep Taktik Bertahan (Defense Tactic)


Bentuk lain dari mekanisme pertahanan adalan taktik pertahanan. Secara umum memiliki tujuan yang sama yaitu menyembunyikan realita dari orang lain, tetapi keduanya merupakan aktivitas yang berbeda. Mekanisme pertahanan merupakan aktivitas intrapersonal sedangkan taktik pertahanan merupakan petahanan yang mengarah pada interpersonal. Beberapa bentuk taktik pertahanan adalah ;

  • Pedestaling (bertumpuan). Seseorang menggunakan taktik ini untuk mengharapkan orang lain sebagai tumpuan dalam hidupnya. Dalam kaitan ini paling tidak taktik bertahan berfungi untuk ; memposisikan orang lain sebagai orang yang sulit untuk berhadapan langsung dengannya; orang tersebut memposisikan dirinya sebagai orang yang selalu berada di bawah orang lain.

  • Humor. Walaupun humor secara umum merupakan perilaku yang sehat, tetapi perilaku ini dapat dijadikan sebagai taktik bertahan. Humor dapat dijadikan sebagai perilaku bertahan dalam tiga hal yaitu ; dijadikan sebagai media untuk mengalihkan topik bahasan ; dijadikan sebagai cara menyatakan kemarahan kepada orang lain dan dapat dijadikan sebagai alat untuk menyembunyikan ketertarikan.

  • Agreebleness (menyetujui). Seseorang yang bertahan dengan cara ini ditandai dengan persetujuan semua yang dikatakan oleh orang lain, tanpa mempertimbangkan apakah yang dikatakan orang lain tersebut sesuai dengan keyakinannya atau tidak. Agreeableness mempunyai fungsi bertahan untuk ; menghindari konflik dengan orang lain; menyembunyikan jati diri yang sebenarnya dan untuk menghindarkan diri dari tanggung jawab atas pengambilan keputusan.

  • Cuteness (bersikap manis). Bersikap manis biasanya ditampakkan oleh orang dewasa untuk menyelamatkan diri dari perilaku yang tidak tepat. Bersikap manis biasanya bersifat non verbal yang meliputi gerakan amta, mulut, goyangan kepala dan bahasa tubuh. Perilaku ini memilki fungsi ; jika seseorang mempersepsikan diri sebagai orang yang manis maka persepsi tersebut akan menyembunyikan perilaku mereka yang merusak. Perilaku manis terkadang digunakan untuk merayu orang lain agar menyukai dan melindungi dirinya. Bersikap manis akan menyembunyikan kecemasan seseorang akan tanggung jawabnya dalam menyelesaikan masalah.

  • Being confuse (berbuat bingung). Merupakan sebagai cara bertahan dengan alasan ; kebingungan dapat dijadikan pelindung konseli dalam menghadapi kenyataan yang tidak menyenangkan. Daripada mengakui adanya kecemasan akibat suatu peristiwa, seseorang terkadang mengalihkan perhatiannya pada perasaan bingung mengapa hal itu terjadi, alasan lain menampakkan kebingungan adalah agar orang lain sulit mengambil tindakan. Bersikap bingung juga akan membuat orang lain menjadi bingung sehingga tidak dapat menyentuh masalah yang sebenarnya. Dengan kebingungan dimungkinkan akan saling menyalahkan.

  • Acting stupid (bertindak bodoh). Berperilaku bodoh menunjukkan tanggapan seseorang dimana dia berpura-pura tidak memahami konsekuensi dari perilakunya yang merusak. Tindakan berpura-pura bodoh dapat muncul karena beberapa alasan yaitu perilaku tersebut dapat melindungi dari kenyataan yang menimbulkan kecemasan, menghindarkan seseorang dari tanggung jawab terhadap perilaku mereka, dengan perilaku pura-pura bodoh dapat mengaburkan permasalahan sebenarnya sehingga orang lain terkesan dipaksa untuk fokus pada kebodohan tersebut bukan pada perilaku merusak yang sebenarnya.

  • Helplessness (ketidakberdayaan). Takti ini dilakukan dikarenakan seseorang tidak mampu menggambarkan masalah yang dihadapi. Orang tersebut tidak tahu apa yang menjadi penyebab masalah dan tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi masalah yang dialaminya. Ketidakberdayaan merupakan taktik bertahan karena menganggap orang lain sebagai pihak yang harus menangani masalah dirinya. Orang tersebut menganggap peran orang lain sebagai seseorang yang harus mengetahui masalah dirinya, apa yang menyebabkan dan bagaimana menyelesaikannya. Selama orang tersebut merasa tidak berdaya maka orang tersebut tetap merasa tidak ada perubahan sehingga menyebabkan orang lain yakin bahwa dirinya benar-benar dalam keadaan tidak berdaya.

  • Being upset (merasa kesal). Seseorang menunjukkan rasa kesal merupakan sebuah pertahanan karena dapat memberikan gangguan yang memadai sehingga orang lain tidak mengenali apa yang menyebabkan ia merasa kesal atau langkah-langkah apa yang harus dilakukannya.

  • Religiousity. Religiusitas dalam konteks pertahanan berbeda dengan religiusitas yang sehat. Keyakinan/agama dijadikan pelarian dari masalah yang dihadapi. Orang tersebut mengharapkan pertolongan dari Tuhannya tanpa ada upaya untuk menyelesaikan masalahnya. Agama dapat menjadi pertahanan jika orang tersebut menggunakannya untuk menekan perasaan marah, cemburu, keraguan dan tidak percaya. Seseorang seperti ini menganggap bahwa memiliki perasaan-perasaan tersebut membuat mereka menjadi pribadi yang lebih buruk. Faktanya jika mereka bukan orang yang “religious” maka mereka akan mencari cara agar tidak bersinggungan dengan perasaan yang dapat menimbulkan kecemasan. Agama dapat digunakan oleh dirinya agar tetap berada pada jarak yang aman sehingga tidak terlalu mencampuri urusan dirinya. Orang lain dipaksa untuk menghormati keyakinan dirinya, meskipun keyakinan tersebut bersifat merusak.

  • Decoying. Seseorang dengan model ini akan melakukan pertahanan atas kekeliruan yang mereka lakukan dengan berbagai argumentasi yang sekiranya dengan argumentasi itu dapat membujuk orang lain untuk tidak masuk dalam wilayah persoalan yang sebenarnya.

A post was merged into an existing topic: Apakah yang dimaksud dengan Identitas Ego?