Apa yang dimaksud dengan manajemen usaha tani?


Kunci keberhasilan manajemen usahatani terletak pada penerimaan tanggung jawab kepemimpinan dan pengambilan keputusan bisnis melalui penerapan prinsip-prinsip manajemen secara trampil. Manajemen usahatani bersifat unik, karena kegiatan usahatani sangat dipengaruhi musim, produknya cepat rusak, merupakan bagian dari masyarakat setempat di mana hubungan jangka panjang antar perorangan bersifat menentukan sekali, bahkan sebagian petani masih menganggap usahatani sebagai “way of life”. Berdasarkan tujuannya maka ada usahatani bersifat subsisten, semi komersial, dan komersial.

Usaha tani adalah kata yang tidak asing lagi bagi telinga kita. Sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian juga sebagai penyedia pangan utama untuk kita. Namun demikian, sebagian petani kita masih mengelola pertaniannya secara konvensional. Misalnya untuk usaha tani cabe, kebanyakan petani adalah sebagai penggarap. Biasanya mereka dibantu oleh anak atau istrinya dalam mengelola usaha tersebut. Itu artinya tenaga kerja yang digunakan adalah keluarga, sehingga mereka tidak memasukkannya sebagai tenaga kerja yang harus dibayar.

Disinilah peran usaha tani, yaitu menghitung semua komponen biaya, pendapatan serta keuntungan yang diperoleh. Analisa usaha tani berasal dari kata analisis/analisa yaitu menelaah, mengurai dan kata usaha tani yaitu suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam,tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan produksi untuk dapat menghasilkan suatu produk di lapangan.

Definisi Usaha Tani Menurut Para Ahli


Menurut Mosher (1968), Usahatani merupakan pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Atau usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya .

Menurut Adiwilaga (1982), ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.

Menurut Prawirokusumo (1990), ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang mempelajari tentang penggunaan sumberdaya secara efesien pada suatu usaha pertanian, perikanan atau peternakan. Beberapa sumberdaya yang digunakan dalam pertanian yaitu lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.

Menurut Kadarsan (1993), Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

Menurut Ken (2015), pertanian adalah kegiatan seseorang yang berhubungan dengan proses produksi untuk menghasilkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh manusia dan berasal dari tumbuhan ataupun hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak dan mempertimbangkan faktor ekonomis. Sehingga ilmu yang mempelajari kegiatan manusia dalam melakukan kegiatan pertanian disebut ilmu usahatani.

Menurut Wanda (2015), ilmu usahatani merupakan suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan dalam menggunakan sumberdaya dengan efektif dan efisien sehingga pendapatan yang diperoleh oleh petani lebih tinggi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen.

Klasifikasi Usahatani


Soehardjo & Dahlan patong mengemukakan bahwa usaha tani sebagai objek pengamatan dapat dilihat dari berbagai segi dan dalam bukunya tersebut ia meninjau 4 segi pengamatan yaitu :

1. Menurut Tipenya

Berdasarkan cara penguasaan unsur-unsur produksi dan pengelolaannya, usahatani digolongkan dalam 3 macam yaitu :

  • Usahatani perseorangan (individual farm)
    Dalam usahatani ini, unsur-unsur produksi ditentukan oleh seseorang dan pengelolaannya dilakukan oleh seseorang. Tanah yang diusahakan dapat berupa miliknya atau orang lain. Jadi pda usahatani ini masih terdapat variasi-variasi yang menghendaki penggolongan- penggolongan yang lebih halus. Luas tanah tidak dapat dijadikan ukuran untuk mendefinisikan usaha tani keluarga. Usaha tani keluarga dapat pula terdiri dari tanah yang sempit.Karena tiap tanah memberikan sifat dan kesuburan yang berbeda-beda maka pemakaian luas tanah untuk mendefinisikan luas tanah tiak mudah. Jumlah kerja yang diperlukan dan pendapatan kotor yang diterima petani lebih tepat dijadikan dasar untuk mendefenisikan usahatani keluarga.

  • Usahatani Kolektif (collective farm)
    Adalah usaha tani yang unsur-unsur produksinya dimiliki organisasi kolektif. Unsur-unsur produksi diperoleh organisasi dari membeli,menyewa,menyatukan milik perorangan atau berasal dari pemerintah. Usaha tani ini terbentuk karena kemauan beberapa orang yang mempunyai ikatan keluarga, karena sistem pemerintahan suatu Negara atau factor lingkunggan dimana mereka berada.

    Kolektivitas dikenal pada abad ke 10. Tujuannya sendiri dalah untuk meniadakan unsure-unsur produksi milik perseorangan. Dengan penyautuan alat-alat produksi pertanian tang tidak dikenal atau sukar dilaksanakan pada usaha tani perseorangan. Pengunaan tanah dan tenaga kerja diharapkan lebih efisien.

  • Usahatani Kooperatif (cooperative farm).
    Merupakan bentuk peralihan antar usaha tani perseorangan dan usahatan kolektif. Pada usaha tani ini tidak semua unsur-unsur produksi dan pengelolaannya dikuasai bersama. tanahnya masih milik perorangan. Usaha tani kooperatif ini terbentuk karena petani-petani kecil dengan modal yang lemah tidak mampu membeli alat-alat pertanian yang berguna untuk mengembangkan kegiatan usahanya.Dengan menggabungkan modal yang dimilki mereka dapat membeli alat- alat untuk digunakan bersama yang bertujuan untuk meningkatkan efesiensi penggunaan alat-alat pertanian.

2. Menurut Coraknya

Tujuan kegiatan usaha tani berbeda-beda karena pengaruh lingkungan alam dan kemampuan pengusahanya. Ada petani yang kegiatannya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang disebut dengan usaha tani pencukup kebutuhan keluarga (selfsufficient farm / subsistences farms), dan adapula kegiatannya yang bertujuan untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya yang disebut dengan usahaani komersial (commercial farm).

Karena ciri dan sifat yang dimilki oleh usahatani komersial & pencukup kebutuhan keluaraga, beberapa ahli memberikan nama lain kepada kedua usahatani ini. Usaha tani komersial disebut juga dengan nama usahatani dinamis & usahatani tidak komersial disebut usahatani statis. Penggolongan tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan saat tertentu, karena setiap usahatani statis dapat berubah melalui masa peralihan menjadi usaha tani dinamis.

Para ahli telah banyak menegemukakan pendapatnya untuk membedakan apakah suatu usahatani tergolong subsisten atau komersil. Salah satu ukuran itu adalah tindakan ekonomi petani dalam penggunaan unsure-unsur produksi.penggunaan usnur produksi misalnya penggunaan tenaga kerja & pemilihan cabang usaha sering didasarkan pada kebiasaan.

Hubungan petani dengan dunia luar usahataninya merupakan dasar pengukur tingkat perkembangan usaha tani.

3. Menurut Polanya

Pola usahatani ditentukan menurut banyaknya cabang usaha tani yang diusahakan. Berdasarakan jumlah cabang usahatani yang diusahakan usahatani dapat dibedakan menjadi:

Usaha tani Khusus

Apabila usahatani hanya mempunyai satu cabang saja maka disebut dengan usahatani khusus. Contohnya : usahatani tembakau, usahatani padi , usahatani sapi perah.

Faktor yang mempengaruhi petani memilih hanya 1 cabang ialah :

  • Keadan fisis tanah yaitu apakah mendapat air pengairan spanjang tahun sehingga cocok ditanami padi.
  • Prinsip keuntungan komperatif yaitu mengusahakan cabang usahatani yang memeberikan keuntungan paling besar dibandingkan dengan cabang usahatani lain.

Usaha tani tidak khusus.

Petani yang juga mengusahakan bermacam-macam usahatani. Seperti ternak atau ikan. Hal ini dapat dilakukan kalau petani memliki dan mengusahakan berbagai macam tanah seperti : tanah sawah, tanah darat, padang rumput dan kolam.

Usahatani Campuran

Merupakan bentuk usahatani yang diusahakan secara bercampur antara tanaman dengan tanaman, tanaman dengan ternak, tanaman dengan ikan dsb. Usahatani ini juga dikenal dengan tumpang sari, misalnya tumpang sari antara jagung dengan kacang tanah, tumpang sari antara padai dan ikan. Kombinasi antara tanaman ternak mendapatkan perhatian besar dibeberapa daerah. Kombinasi antara tanaman dan tenak dikenal dengan isatilah mixed farm.
Keutuntungannya adalah :

  • Ternak memberikan tenaga kerja dalam waktu- waktu tertentu.
  • Ternak memberikan makan berupa protein

4. Menurut Tipenya

Usahatani dapat digolongkan dlam beberapa jenis /tipe tanaman yang diusahakan.
Dari penggolongan ini dikenal usahatani padi, usahatani jagung, usahatani ternak, usahatani sapi, usahatani ternak ayam, dan usahatani kubis. Tiap daerah mempuyai kondisi yang berbeda dengan daerah lainnya. Perbedaan ini dapat berupa perbedaan fisik, perbedaan ekonomi dan perbedaan lainnya yang tidak termasuk pada keduanya. Karena itu jenis tanaman dan hewan yang tumbuh dapat diusahakan pada suatu daerah berbeda-beda pula. Tiap tanaman dan hewan memerlukan kondisi fisis tertentu untuk hidup dan berkembang dengan baik .

Faktor-Faktor Usahatani


Usahatani selalu berkaitan erat dengan faktor-faktor produksi (input) yang tersedia. Menurut Soekartawi (1987), tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti bahwa produktifitas yang didapatkan petani itu tinggi. Namun, bagaimana petani mampu melakukan usahanya dengan mengalokasikan faktor produksi (input) yang tersedia secara efektif dan efisien. Apabila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga mencapai produksi yang tinggi maka usahataninya tergolong ke dalam efisiensi secara teknis. Apabila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga mendapatkan keuntungan yang besar maka usahataninya tergolong efisien secara alokatif. Petani dapat menempuhnya dengan cara membeli faktor produksi dengan harga yang murah namun dapat menjual hasil usahataninya dengan harga yang relatif tinggi. Apabila petani mampu meningkatkan produksinya dengan menekan harga faktor produksinya namun harga jual tetap tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi.

Semakin petani dapat mengefisiensikan faktor produksi yang tersedia secara teknis maupun ekonomi, maka semakin tinggi produktivitas dari usahatani tersebut. Namun, faktor produksi dalam usahatani memiliki kemampuan terbatas untuk berproduksi secara berkelanjutan. Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan meningkatkan nilai produktivitasnya melalui pengelolaan yang tepat. Uraian secara terperinci mengenai apa saja faktor-faktor produksi yang harus diperhatikan dalam berusahatani akan dibahas pada bab ini. Faktor-faktor produksi tersebut meliputi:

  1. Lahan
    Lahan (meliputi tanah, air dan yang terkandung di dalamnya) merupakan salah satu unsur usahatani atau disebut juga faktor produksi yang mempunyai kedudukan penting. Kedudukan penting dari lahan sebagai faktor produksi terkait dengan kepemilikan dan pemanfaatannya sebagaitempat atau wadah proses produksi berlangsung. Ditinjau secara fisik, kondisi dan sifat lahan (tanah, air dan dikandungnya) sangat beragam antara satu dengan tempat lainnya dapat berbeda. Secara ekonomi, lahan mempunyai tingkat produktivitas yang berbeda antara satu agroekosistem dengan agroekosistem lainnya atau besifat spesifik lokasi. Secara hokum, terkait dengan status kepemilikan dapat mempengaruhi nilai dan harga sehingga penggunaan dan penghasilan dari faktor produksi ini dapat berbeda akibat berbeda status kepemilikannya (Darsani dan Subagio, 2016)

  2. Tenaga Kerja
    Tenaga kerja merupakan subsistem usahatani yang apabila faktor tenaga kerja ini tidak ada maka usahatani tidak akan berjalan. Besar kecilnya peranan tenaga kerja terhadap hasil usahatani dipengaruhi oleh keterampilan kerja yang tercermin dari tingkat produktivitasnya. Jenis tenaga kerja dalam usahatani dibagi atas tenaga kerja manusia, tenaga ternak dan tenaga mesin.

    Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.

  3. Modal
    Modal dari segi ekonomi merupakan salah satu faktor produksi yang berasal dari kekayaan seseorang yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi pemiliknya. Faktor modal dapat berupa uang, tanah, bangunan, tabungan, saprodi, peralatan pertanian dan sebagainya.

  4. Manajemen
    Menurut Shinta (2011), pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. Modernisasi dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang berwawasan agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan kemampuan manajemen usaha yang profesional. Oleh sebab itu, kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi pasar, serta pemupukan modal/investasi.

Macam-Macam Analisa Usaha Tani


Menurut Shinta (2011) ada beberapa macam analisis usaha tani yaitu : analisa data sederhana, analisa struktur biaya, penerimaan dan keuntungan usaha tani, Analisa dengan Linear Programming, Analisa Efisiensi, Analisa Regresi, Analisa Finansial, Analisa Ekonomi, Analisa Anggaran Parsial. Namun kali ini kita hanya akan membahas analisa struktur biaya, penerimaan dan keuntungan usaha tani serta analisis finansial.

  1. Analisa Stuktur Biaya, Penerimaan dan Keuntungan

    Adalah hal yang umum dijumpai dalam membuat analisa usaha tani. Menurut Rusdin (2011) Komponen analisis tersebut dibedakan atas dua komponen yaitu: Komponen biaya, meliputi: sewa traktor dan pengolahan tanah, saprodi, tenaga kerja dan biaya lainnya (sewa pompa air); Komponen pendapatan, meliputi : produksi, harga gabah kering giling (GKG) dan Keuntungan finansial usahatani diperoleh selisih penerimaan dengan total biaya produksi. Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Namun menurut Shinta (2011) dalam menghitung penerimaan usahatani perlu diperhatikan hal hal berikut :

    • Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produk pertanian bisa dipanen secara serentak. Contoh: Menghitung produksi padi per ha mudah karena proses panennya serentak Menghitung produksi tomat relatif sulit karena tomat dipanen bisa tidak berbarengan sesuai tingkat kematangan.

    • Hati-hati dalam menghitung penerimaan : Produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan . Produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda

    Biaya usahatani dapat diklasfikasikan sebagai berikut :

    • Total fixed cost (TFC) yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak mempengaruhi hasil output / produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya tetap itu sama saja. Contoh: sewa tanah, pajak, alat pertanian, iuran irigasi.

    • **Total Variable Cost (TVC) yaitu biaya yang besarnya berubah searah dengan berubahnya jumlah output yang dihasilkan. Contoh pupuk, pakan, benih/bibit.

    • Total cost (TC) yaitu total biaya / TC = TFC + TVC

    • Keuntungan (pendapatan) usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya atau keuntungan = TR (Total Revenue) – TC (Total Cost)

    Pada usaha tani, penerimaan dan pendapatan adalah hal yang berbeda penerimaan ® usaha yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang diperhitungkan dari seluruh produk yang laku terjual. Dengan kata lain penerimaan usaha merupakan hasil perkalian antara jumlah produk yang terjual dengan harga. Sedangkan Pendapatan usaha tani adalah jumlah nilai uang (rupiah) yang diperoleh pelaku usaha setelah penerimaan ® dikurangi dengan seluruh biaya atau Total Biaya (TC). Oleh karena itu pendapatan usaha disebut juga sebagai laba usaha (Abuistiqomah, 2011).

  2. Analisis Finansial

    Analisis finansial digunakan untuk mengetahui apakah usahatani yang diusahakan layak dan menguntungkan untuk dikembangkan atau dikatakan masih dalam tingkat efisiensi (Shinta, 2011). Analisis ini meliputi penilaian terhadap tingkat resiko, tingkat keuntungan, modal kerja dengan parameter yang biasa dipakai seperti :

    • B/C ratio yaitu perbandingan antara keuntungan (Benefit ) dengan biaya usaha ( Cost ), jika : B/C ratio > 0, usahatani menguntungkan; B/C ratio < 0 usahatani tidak menguntungkan; B/C ratio = 0, usaha impas

    • R/C ratio yaitu perbandingan antara penerimaan ( Return) dengan biaya usaha ( Cost ) jika : R/C ratio > 1, usahatani layak dikembangkan; R/C ratio < 1, usahatani tidak layak dikembangkan; R/C ratio = 1, usahatani impas

    • BEP ( Break Event Point) titik pulang pokok, yaitu kondisi dimana suatu usaha tidak menghasilkan keuntungan ataupun tidak menderita kerugian.

Sumber Pustaka
  • Darsani, Y.R. & Subagio, H. (2016). Usaha Tani di Lahan Rawa: Analisis Ekonomi dan Aplikasinya. Jakarta: IAARD Press
  • Ichsan, M. (1998). Studi Kelayakan Proyek. Universitas Brawijaya Press: Malang.
  • Kadarsan H.W. (1995). Keuangan Pertanian dan Pembiayaan perusahaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
  • Ken, S. (2015). Ilmu Usahatani. In: Penebar Swadaya.
  • Prawirokusumo, S. (1990). Ilmu Usaha Tani. BPFE: Yogyakarta.
  • Saeri, Moh. (2018). Usahatani dan Analisisnya. Universitas Wisnuwardhana Malang Press: Malang.
  • Shinta, A. (2011). Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press: Malang
  • Soekartawi. (1995). Analisis Usahatani. Universitas Indonesia.
  • Soekartawi, A., Dillon, J. L., & Hardaker, J. B. (1993). Ilmu usaha Tani. LP3ES: Jakarta.
  • Soekartawi, D. (1992). Linear Programming: Teori dan Aplikasi, khususnya di bidang pertanian.
  • Soekartawi (1987). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasinya. Rajawali: Jakarta
1 Like