Apa yang dimaksud dengan Lokus Kontrol atau Locus of Control?

Locus of control adalah tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka.

Apa yang dimaksud dengan locus of control ?

Locus of control menurut Rotter adalah keyakinan individu tentang sumber penguatan (reinforcers) seseorang yang berasal dari tindakan mereka sendiri atau bergantung pada tindakan orang lain dan pengaruh lain di luar kendali diri mereka.

Locus of control adalah salah satu trait kepribadian yang menggambarkan sejauh mana keyakinan individu bahwa mereka mempunyai kendali atas kehidupan mereka (Lefcourt, 1976, dalam April, Dharani, & Peters, 2012).

Rotter menyatakan bahwa kepercayaan seseorang dalam melihat kendali dirinya dalam sebuah situasi atau sebuah kejadian akan mempengaruhi harapan dan perilaku individu tersebut (Halpert, 2011).

Rotter mengembangkan skala Internal-External Locus Of Control Scale yang berisi 23 item untuk menilai apakah seseorang mempunyai kecenderungan untuk menilai apakah mereka bisa mengendalikan kehidupan mereka atau mereka percaya bahwa kehidupan mereka berada di luar kendali individu dan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Skala ini telah dipakai di berbagai penelitian untuk melihat locus of control dalam berbagai situasi (Halpert, 2011).

Grimes, Millea, dan Woodruff (2004) mengemukakan bahwa locus of control adalah konstruk psikologis yang mengidentifikasi kepercayaan individu tentang kendali pribadinya dalam mengendalikan lingkungannya. Sedangkan Manichander (2014) mendefinisikan locus of control sebagai pandangan individu dalam melihat kehidupan sebagai sesuatu yang bisa kita kendalikan atau kehidupan yang mengendalikan kita.

Menurut Ghonsooly dan Rezvani (2011), locus of control adalah faktor psikologis yang sangat mempengaruhi motivasi seseorang. Sedangkan menurut Karimi dan Alipour (2011), locus of control adalah tingkat kepercayaan yang individu yakini bahwa keberhasilan atau kegagalan berasal dari sumber internal ataupun eksternal, baik dari kendali diri mereka atau karena keberuntungan, kesempatan, atau nasib.

Aspek locus of control


Internal locus of control

Individu dengan locus of control internal meyakini bahwa suatu kejadian merupakan hasil dari tindakan dan perilakunya sendiri (Rotter, 1966) atau kemampuan mereka (Carrim, Basson, & Coetzee, 2006). Individu dengan locus of control internal percaya bahwa kerja keras dan kemampuan pribadi mereka akan menghasilkan hal yang positif (Carrim, Basson, & Coetzee, 2006).

Mereka mengatribusikan kejadian dalam hidup mereka merupakan hasil dari kendali diri mereka sendiri (Schultz, & Schultz, 2009). Penelitian mengungkapkan bahwa individu dengan locus of control internal cenderung :

  • tidak suka melakukan perilaku yang tidak etis dan tidak adil (Suryaningrum, Hastuti, & Suhartini, 2012),
  • tidak melakukan moral disengagement (Cory dkk, 2015),
  • lebih cepat menyesuaikan diri dalam situasi baru (Leontopoulou, 2006; Bacanli, 2006, dalam Schultz & Schultz, 2009).

External locus of control

Rotter (1966) menyebutkan bahwa individu dengan locus of control eksternal meyakini suatu kejadian yang terjadi pada dirinya bukan karena tindakannya melainkan karena hal lain seperti keberuntungan, kesempatan, nasib, dan pengaruh luar lainnya yang berada di sekelilingnya. Mereka percaya bahwa mereka tidak mampu mengubah nasib mereka (Schultz & Schultz, 2009).

Penelitian menunjukkan individu dengan kecenderungan locus of control eksternal memiliki motivasi berprestasi yang rendah (Howerton, Enger, & Cobbs, 1992), lebih susah untuk beradaptasi dan lebih mungkin melakukan bunuh diri (Schultz & Schultz, 2009).

Karakteristik locus of control

Menurut Bernardi (2001), Schultz & Schultz (2009), dan Stewart (2012), individu dengan locus of control internal dan eksternal memiliki karakteristik sebagai berikut:

Internal locus of control

  1. Mudah beradaptasi pada situasi baru atau perubahan
  2. Jarang memiliki masalah emosional
  3. Lebih baik dalam mengatasi stress
  4. Jarang mengalami kecemasan dan depresi
  5. Memiliki kontrol diri yang baik
  6. Memiliki aspirasi yang tinggi dan inisiatif yang tinggi dalam mencapai tujuan
  7. Bertanggung jawab pada perbuatan mereka dan tidak tergantung pada orang lain
  8. Aktif dalam mencari informasi
  9. Enggan melakukan perilaku yang tidak etis

External locus of control

  1. Lebih susah beradaptasi pada situasi baru atau perubahan
  2. Sering merasa cemas
  3. Memilik self-esteem yang rendah
  4. Lebih sering mengalami stress
  5. Mudah mengalami depresi
  6. Kurang aktif dalam mencari informasi
  7. Sering merasa bimbang
  8. Menyalahkan orang lain bila mengalami kegagalan
  9. Cenderung melakukan perilaku yang tidak etis

Faktor-faktor yang mempengaruhi locus of control


Faktor-faktor yang mempengaruhi locus of control antara lain :

  1. Usia

    Penelitian menunjukkan usia berpengaruh pada locus of control seseorang. Kebanyakan mahasiswa cenderung lebih internal. Seseorang cenderung lebih internal seiring dengan bertambahnya usia dan puncaknya pada usia dewasa madya (Schultz & Schultz, 2009).

  2. Ras dan kondisi ekonomi

    Orang Afrika cenderung memiliki locus of control eksternal yang lebih tinggi dibandingkan orang Afrika yang lahir di Amerika. Orang Asia cenderung lebih eksternal dibandingkan orang Amerika, hal ini mungkin disebabkan budaya Amerika yang menekankan individualisme dan budaya Asia lebih menekankan komunitas dan saling bergantung satu sama lain. Penelitian juga menunjukkan remaja dari kalangan ekonomi yang tinggi cenderung lebih internal dibandingkan remaja dari kalangan ekonomi yang rendah (Schultz & Schultz, 2009)

  3. Keluarga

    Penelitian menunjukkan bahwa locus of control dipelajari dari masa kanak-kanak dan berhubungan dengan perilaku orang tua. Anak lebih cenderung menjadi eksternal bila tidak dibesarkan tanpa sosok pria dewasa atau banyaknya saudara. Orang tua dengan locus of control internal ditemukan lebih suportif, mau memberi pujian jika anak berprestasi, konsisten, dan tidak otoriter (Schultz & Schultz, 2009).

Konsep Locus of control didasarkan pada teori belajar sosial. Menurut Kustini (2005) mengungkapkan bahwa Locus of control adalah salah satu aspek kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu, yang pada dasarnya menunjukkan pada keyakinan individu mengenai sumber penyebab dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya.

Menurut Robbins (2007) Locus of control adalah tingkat di mana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri. Teori ini menyatakan bahwa pilihan-pilihan yang dijatuhkan individu berasal dari berbagai potensi perilaku yang mungkin atau tersedia baginya.

Locus of control merupakan suatu konsep yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Locus of control mengarah pada suatu ukuran yang menunjukkan bagaimana seseorang memandang kemungkinan adanya hubungan antara perbuatan yang dilakukan dengan akibat atau hasil yang diperoleh.

Jadi, Locus of control adalah persepsi seseorang terhadap keberhasilan ataupun kegagalannya dalam melakukan berbagai kegiatan dalam hidupnya.
Menurut Rotter (1996) dalam kajiannya Locus of control dibedakan menjadi dua orientasi, yaitu:

  1. Locus of control Internal
    Locus of control internal adalah Individu yang percaya bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa pun yang terjadi pada diri mereka, dikatakan memiliki Locus of control internal. Individu dengan Locus of control internal mempunyai persepsi bahwa lingkungan dapat dikontrol oleh dirinya sehingga mampu melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan keinginannya, termasuk dalam menerapkan hasil pelatihan yang diperoleh ke dalam pekerjaannya.

    Karena individu merasa dapat mengontrol dirinya sendiri maka ada kecenderungan mempunyai keyakinan yang tinggi bahwa mereka mampu dalam menyerap isi program pelatihan sehingga selanjutnya dapat menerapkan hasil pelatihan tersebut ke dalam pekerjaan. Faktor internal individu yang di dalamnya mencakup kemampuan kerja, kepribadian, tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan bekerja, kepercayaan diri dan kegagalan kerja individu bukan disebabkan karena hubungan dengan mitra kerja.

  2. Locus of control Eksternal
    Individu yang berkeyakinan bahwa apa pun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan atau kesempatan, dikatakan sebagai individu yang memiliki Locus of control eksternal. Individu dengan Locus of control eksternal tinggi cenderung akan pasrah terhadap apa yang menimpa dirinya tanpa usaha untuk melakukan perubahan, sehingga cenderung untuk menyukai perilaku penyesuaian diri terhadap lingkungan agar tetap bertahan dalam situasi yang ada.

    Faktor eksternal individu yang di dalamnya mencakup nasib, takdir, keberuntungan, orang lain yang berkuasa, mereka sering menyalahkan (atau bersyukur) atas keberuntungan, petaka, nasib, keadaan dirinya, atau kekuatan-kekuatan lain diluar kekuasaannya.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahaan pada Locus of control individu yaitu:

  1. Usia
    Anak yang masih kecil dan belum mandiri akan cenderung memiliki Locus of control eksternal karena rasa ketergantungan pada orang dewasa masih tinggi. Namun, sering bertambahnya usia dan rasa ketergantungan yang mulai berkurang, maka Locus of control internal akan semakin berkembang.

  2. Lingkungan yang dihadapi
    Kecenderungan Locus of control pada pengusaha yang baru masuk kedalam pasar adalah ekternal. Sedangkan bagi wirausaha yang telah menjalani usahanya cukup lama, Locus of control cenderung internal.

  3. Pelatihan
    Dari hasil penelitian terhadap pengusaha ditemukan bahwa mereka yang sering mengikuti pelatihan kewirausahaan dan sejenisnya dapat mempengaruhi Locus of control pengusaha yang lebih internal dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mengikuti pelatihan.

Lokus kontrol atau lokus kendali adalah frasa yang diciptakan oleh Julian Rotter yang merujuk pada persepsi seseorang tentang seberapa banyak atau sedikit kendali yang dia miliki atas kehidupan.

Rotter membahas dua variasi lokus kontrol: internal dan eksternal (yang dapat diukur menggunakan Skala I / E Rotter).

  • Individu yang memiliki lokus kendali internal percaya bahwa mereka secara pribadi mengendalikan nasib mereka sendiri. Melalui upaya mereka sendiri mereka berhasil atau gagal dalam tugas yang diberikan.

  • Individu dengan lokus kendali eksternal percaya bahwa mereka bergantung pada faktor eksternal seperti keberuntungan atau nasib. Mereka tidak percaya upaya mereka akan membawa perubahan pada lingkungan mereka.

Lokus kendali diyakini disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang dimiliki individu dengan kesuksesan dan kegagalan, tanggapan orang lain terhadap peristiwa tersebut, dan faktor budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini memengaruhi harapan individu untuk mengontrol dan hasil dari kejadian di masa depan.

Sumber : David Matsumoto, The Cambridge Dictionary of Psychology