Apa yang dimaksud dengan Lesi servikal?

Lesi servikal

Terdapat berbagai lesi yang memengaruhi gigi selain karies, lesi servikal adalah salah satunya. Apa yang dimaksud dengan Lesi servikal ?

Lesi servikal terjadi karena hilangnya jaringan keras gigi di pertemuan semento-email. Menurut GV Black, lesi ini dapat dikelompokkan dalam lesi Kelas V karena ditemukan di sepertiga gingiva permukaan lingual dan fasial gigi anterior dan posterior, walaupun dapat juga memengaruhi permukaan distal dan mesial. Umumnya, lesi servikal dapat terjadi baik disebabkan oleh karies maupun lesi nonkaries seperti abrasi, erosi, dan abfraksi. Lesi servikal nonkaries secara etiologi dan patogenesis berbeda dengan karies. Diperkirakan, 60-70% lesi servikal masuk dalam kategori ini. Lesi ini sering terlihat sebagai perubahan fisiologis, walaupun dapat dikaitkan dengan faktor lain seperti trauma, kebiasaan buruk, kebiasaan makan, dll.

Klasifikasi lesi servikal didasarkan pada etiologi lesi adalah sebagai berikut :

  • Lesi karies servikal
  • Lesi nonkaries servikal Lesi erosi
    • Lesi abrasi
    • Lesi abfraksi

LESI KARIES SERVIKAL


Lesi karies servikal adalah lesi permukaan halus yang umumnya ditemui pada pasien dengan kesehatan mulut buruk atau pada pasien yang menjalani terapi radiasi untuk perawatan keganasan. Lesi karies permukaan akar sering terlihat di permukaan akar yang terbuka. Lesi ini biasanya terjadi di PSE (pertemuan semento-email, CEJ = cemento-enamel junction) atau di sebelah apikal terhadap PSE. Lesi ini paling sering disebabkan oleh resesi gingiva, walaupun mungkin ada alasan lain. Lesi karies servikal dapat terjadi di mana saja atau di daerah abrasi, erosi, dan abfraksi. Lesi ini biasanya muncul di area akumulasi plak, misalnya dekat gingiva atau di bawah kontak proksimal.

Etiologi Karies Servikal

  • Penyakit periodontium
  • Resesi gingiva
  • Xerostomia
  • Kesehatan mulut buruk
  • Maloklusi
  • Lesi abfraksi
  • Tipped teeth yang membuat area gigi tidak dapat dibersihkan.
  • Usia lanjut
  • Obat-obat yang menurunkan aliran saliva
  • Terapi radiasi.

Fitur Klinis

  • Umumnya terjadi ketika perlekatan periodontium hilang sehingga permukaan akar menjadi terbuka.
  • Lokasinya biasanya di PSE atau di sebelah apikal terhadap PSE
  • Lesi karies servikal dapat berbentuk piring dangkal atau takik tajam
  • Potongan melintang lesi berbentuk „V‟ yang melebar ke arah email dan apeks „V‟ ke arah pulpa. Setelah menembus PDE (pertemuan dentino-email (DEJ = dentino-enamel junction), karies akan meluas dengan cepat ke lateral dan ke arah pulpa.
  • Lebih sering ditemukan pada pria ketimbang pada wanita.

Diagnosis

Diagnosis sebaiknya dilakukan dengan sonde (eksplorer) setelah permukaan gigi dibesihkan. Radiograf dapat digunakan sebagai tambahan namun harus tidak menunjukkan gambaran yang bersitumpang atau adanya burnout .

LESI NONKARIES SERVIKAL


Lesi nonkaries servikal didefinisikan sebagai setiap kehilangan struktur gigi secara bertahap, yang cirinya adalah terbentuknya permukaan halus dan mengkilap, terlepas dari apa pun etiologinya.

Lesi nonkaries servikal dapat juga didefinisikan sebagai „suatu penyakit pemborosa gigi‟. Lesi ini meliputi abrasi, erosi, dan abfraksi. Lesi ini dapat terjadi secara patologis walaupun terkait dengan proses penuaan. Lesi ini terlihat pada lebih dari 50% populasi. Lesi nonkaries servikal tidak dapat disamakan dengan lesi inflamasi atau keabnormalan pertumbuhan, namun dianggap sebagai perubahan regresif gigi. Gambaran klinis dari lesi ini bervariasi, mulai dari groove dangkal sampai lesi cekungan yang lebar, sampai ke takik yang luas atau defek berbentuk baji (wedge shaped). Diagnosis dan kemudian perawatannya yang tidak tepat dapat menyebabkan kehilangan struktur gigi yang terus menerus., hipersensitif dentin, keterlibatan pulpa, atau bahkan hilangnya gigi.

Klasifikasi

Erosi

Definisi: Erosi didefiniskan sebagai hilangnya substansi gigi yang disebabkan proses kimiawi tanpa bakteri. Erosi tampak seperti bentuk baji berbatas tegas atau cekungan yang tidak beraturan yang disebabkan oleh bahan kimia di area servikal biasanya di permukaan fasial gigi. Erosi dapat diklasifikasikan menurut sumber asamnya yaitu intrinsik atau ekstrinsik.

Etiologi Erosi
  • Erosi intrinsik: terjadi karena keterlibatan asam endogen, umumnya karena regurgitasi asam lambung ke rongga mulut. Hal ini dapat terjadi pada kondisi tertentu sbb:

  • Gangguan makan

    • Anorexia nervosa
    • Bulimia nervosa
  • Muntah

    • Muntah berulang
    • Sindrom muntah psikogenik
  • Muntah karena obat

  • Morning sickness pada kehamilan

  • Kelainan gastrointestinal

    • Ulkus peptikum
    • Gastroenteritis
    • Hiatus hernia
  • Alkoholisme kronis

  • Erosi ekstrinsik: berhubungan dengan asam yang berasal dari :

  • Lingkungan

  • Makanan

  • Obat-obatan

  • Erosi lingkungan

    • Para penyicip anggur, pekerja di pabrik baterai, dan pekerja di pabrik penyepuh kimia dengan listrik ( ectroplating chemical manufacture ).
    • Perenang
  • Penyebab makanan : Asupan yang tinggi dari:

    • Buah dan jus sitrus
    • Minuman bersoda
    • Permen rasa buah asam
    • Asinan.
  • Penyebab obat-obatan

    • Aspirin
    • Vitamin C
    • Tonikum besi
    • Obat kumur-kumur yang mengandung asam

Abrasi

Abrasi berasal dari bahasa Latin dari kata abrader yang artinya mengikis. Abrasi adalah hilangnya substansi gigi karena proses mekanis yang abnormal, kebiasaan buruk, dan bahan abrasif

Etiologi abrasi:

Berbagai faktor penyebab abrasi adalah:

  • Kesalahan dalam praktik higiene oral
  • Menyikat gigi secara horisontal atau teknik menyikat gigi yang tidak tepat.
  • Menyikat gigi terlalu kuat
  • Penggunaan sikat gigi dengan bulu keras
  • Penggunaan pasta gigi/bubuk gigi abrasif
  • Menyikat gigi terlalu lama, terlalu kuat, dan terlalu sering
  • Penggunaan sikat interproksimal berlebihan.
  • Kebiasaan buruk
  • Penggunaan tusuk gigi
  • Menggigit kuku

Lesi Abfraksi

Lesi ini adalah defek berbentuk baji yang terjadi di area servikal gigi karena tekanan oklusal berlebihan atau kebiasaan parafungsi seperti bruksisme.

Pada kasus ini, hilangnya substansi gigi terjadi karena beban (kekuatan) biomekanis yang menyebabkan flexure dan akhirnya menyebabkan kelelahan email dan dentin di lokasi jauh dari lokasi yang menerima beban.

Kerusakan lesi abfraksi tampak berbentuk baji dengan garis sudut tajam. Pada tahap awalnya lesi ini hanya tampak seperti retakan tidak beraturan atau garis fraktur atau defek berbentuk baji di bagian servikal gigi. Tetapi pada tahap selanjutnya terlihat seperti groove ( groove ) meluas ke dalam dentin.

Etiologi

Pada tahun 1984, Lee dan Eakle menggambarkan kekuatan lateral sebagai akibat kerusakan struktur gigi. Grippo menunjukkan bahwa tekanan bisa saja statis seperti yang ditimbulkan saat menelan dan mengencangkan otot wajah, atau bergantian, seperti tekanan yang diciptakan karena mengunyah. Lesi abfraksi disebabkan oleh flexure dan kelelahan strutur gigi yang rentan pada lokasi yang terletak jauh dari titik yang menerima beban. Kerusakan sangat bergantung kepada besarnya, durasi, frekuensi, dan lokasi tekanan.

Jika gigi mengalami abfraksi, beban oklusal pada gigi dapat dites pada oklusi sentrik dan gerakan ekskursif dengan kertas penanda oklusal. Gigi dengan abfraksi akan menunjukkan kesan jelas pada salah satu dari inklinasi kuspa. Kekuatan lateral yang merusak ini menyebabkan garis tekanan pada gigi dan akhirnya menyebabkan pecahnya gigi.

Jika selama ekskursi lateral terlihat peningkatan kuspa, kekuatan beban dari gerakan ekskursif akan diarahkan menuju gigi kaninus. Abfraksi umumnya ditemukan pada kasus yang inklinasi gigi kaninusnya tidak benar ( malaligned caninus ) sehingga ekanan lateral diberikan pada inklinasi lingual kuspa bukal dari premolar maksila.

Fitur Klinis pada Lesi Nonkaries Servikal

Erosi

  • Depresi ireguler atau berbentuk piring lebar pada area servikal biasanya di permukaan fasial gigi.
  • Permukaan terlihat halus, keras, dan mengkilap
  • Biasanya tampak di sepertiga gingiva permukaan labial dari gigi anterior
  • Lesi erosi biasanya glazed dan tidak memiliki batas dari permukaan yang bersebelahan.
  • Gigi sensitif terhadap rangsangan kimia, fisik, dan mekanis.

Abrasi

  • Abrasi terlihat sebagai lekukan berbentuk piring atau berbentuk baji dengan permukaan halus dan berkilau.
  • Umumnya gigi yang terkena adalah kaninus dan premolar
  • Biasanya terjadi di permukaan akar yang terbuka tetapi dapat juga terjadi di tempat lain, seperti permukaan insisal pada perokok pipa dan pada penjahit yang mengigit jarum dengan gigi anterior.
  • Abrasi karena sikat gigi umumnya bersifat unilateral.
  • Lesi memiliki marjin yang jelas dan tajam dan sudut interna.

Abfraksi

  • Biasanya hanya satu gigi yang terlibat pada lesi abfraksi.
  • Terlihat sebagai suatu depresi berbentuk baji yang jelas dan tajam.
  • Umumnya ditemukan di permukaan bukal gigi mandibula.
  • Pada tahap awal, lesi terlihat seperti garis fraktur atau retak kecil yang tidak beraturan di permukaan email. Pada tahap lanjut terlihat seperti takik yang masuk ke dalam dentin

Diagnosis Lesi Nonkaries Servikal

Diagnosis lesi nonkaries servikal diawali dengan menelusuri riwayat penyakitnya. Penelusuran riwayat penyakit yang hati-hati dan pemeriksaan klinis yang tepat merupakan hal wajib dilakukan untuk mencapai diagnosis yang tepat.

Riwayat Pasien

Saat menelusuri riwayat pasien, hal berikut yang harus selalu diperhatikan adalah:

  • Pola makan pasien: konsumsi berlebihan buah sitrus, minuman soda, asinan dan sumber vitamin C dapat menyebabkan kerusakan erosif gigi.
  • Pekerjaan pasien: Erosi paling sering ditemukan pada pasien yang bekerja di pabrik penyepuhan logam atau pabrik baterai
  • Kesehatan umum pasien: Erosi umumnya ditemukan pada pasien dengan ulkus gastrointestinal dan hiatus hernia.
  • Kebiasaan menyikat gigi: Dokter gigi harus menanyakan teknik menyikatnya, tipe sikatnya dan jenis pasta giginya karena faktor-faktor ini bisa menyebabkan abrasi gigi.
  • Kebiasaan yang abnormal: Bruksisme, clenching , menggerus atau kebiasaan lain yang memiliki efek merusak oklusi harus ditanyakan.

Pemeriksaan

  • Peklinik harus mencari penampilan klinis dari gigi yang mengalami erosi, abrasi, dan/atau abfraksi yang bisa luas, defek berbentuk piring yang dangkal, atau takik berbentuk „V‟ dengan marjin yang tajam, atau defek berbentuk baji.
  • Mencari tanda-tanda abnormal oklusi traumatik seperti gigi goyang, gigi miring, gigi aus tak wajar, gigitan silang, gigitan dalam, oklusi gigi yang tidak baik, gigi dengan susunan yang tidak baik( malalignment ), dan kontak terbuka, dll. Masalah oklusal ini dapat berakibat pada kehilangan nonkaries di servikal gigi.

Radiograf

Pada pasien dengan masalah oklusal yang abnormal dan kemudian kerusakan di servikal gigi, hal berikut akan tampak pada radiograf:

  • Resorpsi akar, hipersementosis
  • Pelebaran ligamen periodontium
  • Kehilangan tulang vertikal
  • Penebalan lamina dura
  • Kalsifikasi kamar pulpa

Tabel. Perbandingan erosi, abrasi, dan abfraksi

Erosi Abrasi Abfraksi
Lokasi Lingual/fasial Fasial Fasial
Tampilan Piring dangkal Baji berbentuk V Bentuk baji
Pinggiran Halus Tajam Tajam
Permukaan email Halus, seperti kaca, mengkilap Halus, retak kecil Kasar, sudut tajam

Tabel. Diagnosa Banding pada Lesi Servikal

Karies insipen Karies terhenti Noda intrinsik atau cacat email
Warna Putih kapur Coklat atau hitam Putih berkilau
Tekstur permukaan (ketika kering) Porus Kaku dan halus Kaku dan halus
Lokasi (umumnya) Di area akumulasi plak Di area akumulasi plak Di mana saja

MANAJEMEN


Salah satu langkah penting pada perawatan lesi nonkaries di servikal adalah perhatiaan pada etiologi dan perkembangan lesi. Untuk mencapai diagnosis yang akurat, harus ditelusuri riwayat rinci dari pasien. Tanpa determinasi faktor etiologi, kesuksesan hasil perawatan sulit dicapai.

Manajemen Lesi Nonkaries Servikal Dilakukan dalam Dua Tahapan

  1. Manajemen preventif
  2. Manajemen restoratif

Manajemen Preventif

Tujuan utama manajemen preventif adalah menghilangkan faktor etiologi. Setelah mendapatkan riwayat yang berkenaan dengan kebiasaan makan, kebiasaan menyikat gigi, kebiasaan abnormal seperti bruksisme, tindakan preventif berikut harus diambil untuk mencegah kerusakan gigi yang tidak biasa:

  • Teknik menyikat gigi yang benar menggunakan bulu sikat gigi yang lembut.
  • Menggunakan pasta gigi yang tidak abrasif
  • Mengoreksi ketidakseimbangan oklusal untuk mengurangi tekanan oklusal.
  • Membatasi asupan makanan asam dan makanan yang menimbulkan asam
  • Menggunakan obat kumur natrium bikarbonat pada pasien dengan regurgitasi gaster
  • Menggunakan alat ortodonsia untuk mencegah bruksisme dan clenching .
  • Mengoreksi klamer logam atau protesa yang tidak pas
  • Mengoreksi kebiasaan abnormal seperti menggigit paku atau pipa, menggigit kuku, dll.
  • Aplikasi fluor topikal
  • Konsultasi psikiatris untuk pasien dengan kondisi anoreksia nervosa.

Manajemen Restorasi

Pentingnya restorasi lesi nonkaries di servikal adalah karena alasan berikut:

  • Mempertahankan integritas struktur gigi
  • Merawat sensitivitas gigi
  • Mempertahankan estetika
  • Melindungi pulpa
  • Mempertahankan kesehatan periodontium
  • Mencegah karies.

Langkah pertama perawatan lesi servikal adalah restorasi bagian gigi yang rusak, tetapi jika ada keterlibatan pulpa atau jika lesi sevikal berkaitan dengan resesi gingiva atau kerusakan periodontium, gigi membutuhkan terapi endodonsia atau terapi periodontium lebih dahulu atau kombinasi keduanya untuk mencapai prognosis yang lebih baik.

Walaupun lesi nonkaries servikal dapat direstorasi menggunakan material restorasi untuk lesi karies servikal yaitu komposit, amalgam perak, ionomer kaca, atau tompatan emas direk, material yang terbaik adalah komposit atau semen ionomer kaca modifikasi resin karena:

  • Hanya membutuhkan preparasi gigi yang minimum
  • Retensi diperoleh karena terbangunnya adhesi dengan jaringan gigi
  • Memberi hasil estetika lebih baik

Walaupun demikian, ketika estetika tidak terlalu penting seperti pada gigi posterior, bahan restorasi pilihan adalah amalgam perak atau tumpatan emas direk karena sifat fisik dan daya tahannya yang lebih baik.

Meskipun tipe preparasi gigi untuk restorasi lesi servikal adalah Kelas V untuk semua material restorasi, terdapat modifikasi tertentu pada desain preparasi untuk material restorasi berbeda

Restorasi Lesi Servikal Menggunakan Resin Komposit

Resin komposit merupakan material restorasi yang paling umum digunakan untuk restorasi lesi servikal. Sebagaimana diketahui, komposit pada dasarnya terbagi atas tiga tipe berdasarkan ukuran, jumlah, dan komposisi filer anorganik:

  1. Komposit konvensional
  2. Komposit mikrofil
  3. Komposit hibrid.

Dari ketiga tipe komposit di atas, komposit mikrofil adalah material pilihan untuk restorasi lesi servikal. Bahan ini secara estetika lebih baik, penyelesaian akhir bisa dilakukan dengan lebih baik, dan memiliki modulus elastisitas rendah yang memungkinkannya lebih fleksibel pada saat terjadi tooth flexure . Kualitas ini yang membuat komposit ini lebih disukai untuk restorasi lesi servikal yang cervical flexure nya merupakan hal yang signifikan.

Kelebihan

  • Menghemat struktur gigi
  • Lebih diterima secara estetik
  • Beradhesi pada dentin dan email, sehingga retensinya baik.
  • Dapat dipoles segera setelah mengeras.

Kekurangan

  • Masalah kebocoran mikro, biasanya di permukaan akar
  • Lebih mahal dari amlgam
  • Lebih technque sensitive.
  • LCTE tinggi dapat berakibat perkolasi di marjin sekitar retorasi komposit.

Pada dasarnya, tiga tipe desain preparasi gigi menggunakan komposit resin dibuat sebagai:

  1. Preparasi gigi Kelas V konvensional: diindikasikan untuk lesi servikal yang berada seluruhnya atau hanya sebagian di permukaan akar gigi.
  2. Preparasi gigi Kelas V konvensional dan dibevel: D indikasikan baik untuk lesi besar atau untuk mengganti restorasi Kelas V yang rusak yang sebelumnya dipreparasi konvensional.
  3. Modifikasi preparasi gigi Kelas V: Diindikasikan untuk lesi servikal kecil sampai sedang. Selama preparasi gigi untuk restorasi komposit lakukanlah langkah-langkah berikut:
  • SIngkirkan struktur gigi yang rusak dan rapuh.
  • Buat sudut cavosurface 90⁰ (untuk permukaan akar) atau lebih (untuk preparasi mahkota)
  • Kasarkan permukaan gigi yang dipreparasi. Kadang-kadang, groove retensi ditempatkan di daerah bukan email. Hal ini membantu meningkatkan resistensi terhadap kebocoran tepi karena penempatan groove membantu menahan efek pengerutan polimerisasi dan pelenturan gigi.
  • Bersihkan permukaan gigi dengan pumis profilaksis
  • Pilih warna yang tepat sesuai warna gigi.
  • Isolasi gigi, lebih disukai menggunakan isolator karet
  • Lakukan etsa permukaan gigi menggunakan material yang tepat
  • Aplikasikan agen adhesif sesuai instruksi pabrik.
  • Gunakan resin komposit (lebih disukai komposit mikrofil dan flowable ) dan lakukan penyinaran.
  • Lakukan penghalusan dan pemolesan restorasi.

Restorasi Lesi Servikal Menggunakan Semen Ionomer Kaca

Dalam beberapa tahun terakhir ini, semen ionomer kaca (SIK) digunakan untuk merestorasi lesi servikal. Sifat yang menguntungkan dari material ini adalah kemampuannya untuk melepas fluor ketika berada di dalam rongga mulut. Kualitas antikariogenik ini membuat restorasi ionomer kaca lebih tahan terhadap karies sekunder.

Baik ionomer kaca tipe self-cured maupun light-cured kini sudah tersedia di pasaran, namun ionomer kaca modifikasi resin (SIKMR) yang dipolimerisasi dengan sinar ( light-cured ) lebih disukai karena:

  • Waktu kerja lebih lama
  • Sifat fisik lebih baik
  • Estetika lebih baik

Langkah-langkah preparasi gigi untuk semen ionomer kaca adalah sebagai berikut:

  • Buang struktur gigi yang rusak dan rapuh.
  • Kasarkan permukaan gigi yang dipreparasi.
  • Bersihkan permukaan gigi menggunakan asam poliakrilat 10% selama 10 – 15 detik untuk menghilangkan

smear layer.

  • Isolasi gigi, lebih disukai dengan menggunakan isolator karet
  • Ambil semen ionomer kaca, campurkan dan letakkan pada gigi yang sudah dipreparasi.
  • Lakukan penghalusan akhir dan pemolesan pada restorasi

Kelebihan

  • Bersifat adhesif pada struktur gigi
  • Biokompatibel
  • Melepaskam fluor yang bertindak sebagai antikariogenik
  • Hanya membutuhkan preparasi gigi minimal, sehingga mudah diterapkan pada anak-anak.

Kekurangan

  • Sensitif terhadap air pada fase pengerasan
  • Permukaan putih dan tidak rata
  • Opak
  • Tidak radiopak
  • Estetika lebih rendah dibandingkan dengan komposit Restorasi Lesi Servikal Menggunakan Amalgam Perak Amalgam normalnya digunakan untuk lesi servikal pada kondisi:
  • Di daerah yang tidak mementingkan estetika
  • Di daerah yang aksesnya dan visibilitasnya terbatas
  • Ketika sulit mengontrol kelembaban
  • Di daerah yang secara dalam sekali ke arah gingiva ( Gbr. 28.19 )
  • Untuk gigi perjangkaran protesa sebagian, karena amalgam lebih resisten terhadap aus Preparasi giginya sama seperti preparasi untuk restorasi komposit konvensional Kelas V.

Kelebihan

  • Manipulasi mudah
  • Adaptasi marjin memuaskan
  • Tidak technique sensitive
  • Self-sealing
  • Resisten terhadap aus
  • Biaya rendah

Kekurangan

  • Kurang estetis
  • Preparasi harus luas untuk dapat menahan amalgam
  • Tumpatan amalgam lama kelamaan dapat mengalami korosi atau berbercak dan menyebabkan diskolorasi
  • Tidak beradhesi dengan gigi
  • Kekuatan tensil rendah sehingga rapuh.

Perawatan Endodonsia

Ketika lesi servikal melibatkan pulpa, harus dilakukan terapi endodonsia . Setelah perawatan saluran akar, gigi harus direstorasi sampai fungsinya dan estetikanya normal dengan membuat mahkota penuh.

Perawatan Periodontium

Ketika lesi nonkaries di servikal terkait dengan kerusakan periodontium dan resesi gingiva, maka diperlukan perawatan periodontium. Perawatan ini meliputi bedah periodontium untuk menutupi akar yang terbuka menggunakan free gingival graft , flap yang meluas ke korona, atau regenerasi jaringan yang terkendali.

Karena banyak orang yang mempertahankan gigi dalam waktu yang lama, insidens lesi servikal (karies dan nonkaries) meningkat. Kebanyakan lesi nonkaries di servikal terlihat pada populasi orang tua. Jika hilangnya gigi menjadi signifikan, fungsi dan estetikanya menjadi hilang, sehingga dokter gigi seyogyanya mengetahui semua pilihan perawatan yang diperlukan untuk restorasi gigi yang aus. Banyak bahan restorasi yang tersedia untuk restorasi lesi servikal, di antara material ini komposit flowable dan mikrofil merupakan pilihan untuk daerah estetik dan ionomer kaca serta amalgam untuk daerah nonestetik

Referensi :

  1. Gallien GS, Kaplan I, Ownes B. A review of non-carious dental cervical lesions. Compend. Cont eEduc Dent. 1994;16:552.
  2. Grimaldi JR, Hood J. Lateral deformation of the tooth crown under axial cuspal loading. JDR. 1973;52:584. (Abst. No.10)
  3. Grippo JO, et al. Attrition, abrasion, corrosion and abfraction revisited: a new perspective on tooth surface lesions. J Am Dent Assc. 2004;135:1109-18.
  4. Grippo JO. Abfraction: a new classification of hard tissue lesions of teeth. J Esthet Dent. 1991;3:14-9.
  5. Harrison JL, Roeder LB. Dental erosion caused by color beverages. Gen Dent. 1991;39:23.
  6. High AS. An unusual pattern of dental erosion - case report. BDJ. 1977;143:403.
  7. Jarvinen V. Location of dental erosion in a referred population. Caries res. 1992;26:391.
  8. Konig KG, Root lesions. Int Dent J. 1990;40-283.
  9. Vandewalle KS, Vigil G. Guidelines for the restoration of class V lesion. Gen Dent. 1997;45:254.
  10. Xhonga FA, Wolcott RB, Sogniaes RF. Dental erosion II. Clinical easurement of dental erosion progress, JADA. 1972;84:577.