Apa yang dimaksud dengan Lensa Kontak?


Apa yang dimaksud dengan Lensa Kontak ?

lensa kontak Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 572/MENKES/SK/VI/2008 Tentang Standar Profesi Refraksionis Optisien adalah lensa yang dipasang menempel pada jaringan anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki tajam penglihatan dan kosmetik.

Lensa kontak adalah lensa plastik tipis yang dipakai menempel pada kornea mata dimana memiliki fungsi yang sama dengan kacamata, yaitu mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, terapi dan kosmetik. Lensa kontak dapat terbuat dari gelas atau bahan plastik, untuk menutupi kornea dan sebagian sklera.

Jenis-jenis

  1. Lensa Kontak Keras (Hard Contact Lens)

    Lensa kontak keras yang tidak dapat ditembus oksigen bahan dasarnya terbuat dari PMMA (polymethylmethacrylate). Lensa keras memiliki permeabilitas oksigen yang rendah sehingga untuk memenuhi kebutuhan oksigen, kornea mengandalkan resapan air mata antara lensa kontak dan kornea sewaktu berkedip. Kelebihan lensa kontak keras antara lain tahan lama, harga lebih murah. Kekurangan lensa kontak keras diantaranya kurang nyaman digunakan, memiliki waktu adaptasi yang cukup lama, memiliki bahan yang sukar ditembus oksigen sehingga mata mudah kekurangan oksigen.

  2. Lensa Kontak Lunak (Soft Contact Lens)

    Lensa kontak lunak berbahan dasar hidrogel atau silikon, teridiri dari polimer-polimer terutama Hydroxy Ethyl Meta Acrylate (HEMA) yang memiliki kadar lalu oksigen (kemampuan dilalui oksigen) yang berbeda sesuai dengan bahan kadar air, desain dan ketebalannya. Kelebihan dari lensa kontak lunak adalah masa adaptasi yang singkat biasannya hanya beberapa hari, mempunyai kemungkinan lebih kecil terlepas pada saat melakukan aktivitas yang berlebihan, tersedia berbagai jenis warna dan jangka waktu masa pemakaian serta mudah untuk memperolehnya dan harga yang lebih murah. Kekurangan lensa kontak jenis ini antara lain karena kadar air yang tinggi sehingga lebih mudah kotor dan mudah robek.

    Lensa kontak lunak terdiri dari tiga jenis yaitu:

    • Extended wear contact lens: diperbuat dari bahan yang bertahan selama 2-4 minggu.

    • Daily disposable lenses: walaupun sedikit mahal, namun risikonya untuk terkena infeksi adalah rendah.

    • Toric contact lenses: mengoreksi astigmatism yang sedang. Jenis ini tersedia dalam kedua bahan yang keras dan lunak.

    Kesepakatan umum para ahli bahwa jika dibandingkan dengan daily wear (DW), pemakaian lensa kontak secara extended wear (EW) meningkatkan risiko komplikasi lensa kontak sebesar antara dua sampai enam kali.

    image

  3. Rigid Gas Permeable (RGP) Lens

    Diperkenalkan pada tahun 1999, jenis lensa ini menggabungkan sifat kelebihan hidrogel seperti lunak dan lentur dengan silikon yang mempunyai perform oksigen cocok untuk pemakaian harian dan mingguan. Lensa kontak ini merupakan polimer dari polymethylmethacrylate dan silikon. Silikon terkenal dengan sifat tembus gas. RGP terbuat dari plastik tipis yang fleksibel yang bersifat mudah dilalui oksigen sehingga kornea dapat berfungsi dengan baik. Pada lensa kontak ini, oksigen bukan hanya didapat pada saat mata berkedip, tetapi juga dari udara bebas yang dapat melalui lensa untuk mencapai kornea. Hal ini yang menyebabkan lensa kontak RGP lebih nyaman dipakai dalam waktu lama.

    Kelebihan RGP jika dibandingkan dengan lensa kontak jenis lain adalah tidak mudah robek, mempunyai diameter lebih kecil antara 8,5-10 mm, transmisi oksigen lebih tinggi, mudah dirawat dan dibersihkan karena RGP mengandung air, mampu mengoreksi astigmatisme, memberikan penglihatan yang lebih tajam dan waktu pakai lebih lama hingga dua tahun. Kekurangannya antara lain masa adaptasi yang lebih lama, lebih mudah terlepas pada pusat mata daripada tipe yang lain, debris lebih mudah menempel pada lensa, dan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan lensa kontak lunak.

Bentuk Lensa Kontak

Bentuk lensa kontak juga bermacam-macam, tergantung pada gangguan penglihatan yang ingin diperbaiki. Beberapa bentuk lensa kontak antara lain adalah :

  1. Lensa kontak sferis, berbentuk bundar, digunakan untuk penderita miopia (rabun dekat) atau hipertropia (rabun jauh).

  2. Lensa kontak bifokal, lensa kontak yang digunakan untuk melihat dekat sekaligus untuk melihat biasa, hal ini mirip dengan cara kerja kacamata bifokal. Lensa ini biasanya digunakan untuk memperbaiki presbiopia, yaitu gangguan penglihatan akibat usia tua.

  3. Lensa ortokeratologi, yaitu lensa yang didesain untuk memperbaiki bentuk kornea. Digunakan hanya di malam hari.

Indikasi

Indikasi penggunaan lensa kontak dapat dibedakan menjadi :

  1. Indikasi optik, termasuk untuk anisometropia, afakia unilateral, miopia yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatisma irreguler. Lensa kontak dapat digunakan oleh setiap orang yang memiliki kelainan refraksi mata dengan tujuan kosmetik.

  2. Indikasi terapeutik, yang meliputi:

    • Penyakit pada kornea, contohnya ulkus kornea non-healing, keratopathi bullousa, keratitis filamentari, dan sindrom erosi kornea yang rekuren.

    • Penyakit pada iris mata, contohnya aniridia, koloboma, albino untuk menghindari kesilauan cahaya.

    • Pada pasien glukoma, lensa kontak digunakan sebagai alat pengantar obat.

    • Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk oklusi.

    • Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan perforasi mikrokornea.

  3. Indikasi preventif, digunakan untuk prevensi simblefaron dan restorasi forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis, dan trikiasis.

  4. Indikasi diagnostik, termasuk selama menggunakan gonioskopi, elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irreguler, fundus fotografi, dan pemeriksaan Goldmann’s 3 bayangan.

  5. Indikasi operasi, lensa kontak digunakan selama operasi goniotomi untuk glukoma kongenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular.

  6. Indikasi kosmetik, termasuk skar pada kornea mata yang menyilaukan mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera kosmetik pada phthisis bulbi.

  7. Indikasi occupational, termasuk olahragawan, pilot, dan aktor (Kharuna, 2007).

Kontraindikasi

  1. Kontraindikasi absolut :

    Tidak dapat digunakan pada keadaan peradangan, blefaritis konjungtivitis akut, keratitis.

  2. Kontraindikasi relatif :

    • Sindrom mata kering.

    • Penderita dengan gangguan kekebalan tubuh.

    • Kelainan palpebra : kalazion, trikiasis, entropion, koloboma.

    • Kelainan konjungtiva : pterigium, pinguekula

Komplikasi

Komplikasi yang timbul pada bagian-bagian mata akibat penggunaan lensa kontak adalah:

  1. Kelopak mata

    • Giant papillary conjunctivitis (GPC) adalah komplikasi yang tersering timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3 faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaian lensa, penurunan lama pemakaian lensa kontak, perubahan larutan pembersih yang kuat.

    • Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel pada kornea mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada jaringan kelopak mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopak mata.

  2. Konjungtiva

    • Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis kontak akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak. Manifestasi klinisnya adalah rasa gatal yang diikuti dengan adanya injeksi, rasa terbakar, merah, berair, secret mukoid, dan chemosis.

    • GPC, rata-rata 1-3% pengguna lensa kontak akan mendapatkan komplikasi GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva, sekret mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa, pandangan kabur, dan pergerakan lensa yang berlebihan.

    • Contact lens-induced superior limbic keratoconjunctivits (CL-ISLK) merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer. Manifestasi klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema, dan timbul berbagai warna pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epitelium keratinisasi akan berisi banyak sel-sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil. Akibatnya akan terasa seperti ada benda asing, fotofobia, berair, rasa terbakar, gatal, dan penurunan akuitas visual.

  3. Epitelium kornea

    • Kerusakan epitel yang mekanik. Lensa kontak merupakan banda asing yang akan menggosok kornea dan menekan epitel kornea setiap mengedipkan mata sepanjang hari dan menimbulkan abrasi kornea. Jika tidak dikenali dan diobati akan mengakibatkan stres pada epitel dan akan memudahkan bakteri menempel pada kornea dan mengakibatkan infeksi stroma, serta menstimulus sub-epitel fibrosa tanpa adanya infeksi.

    • Chemical epithelial defect. Berbagai larutan kimia lensa kontak akan menimbulkan kerusakan epitel ditandai dengan adanya erosi. Larutan pembersih surfaktan biasanya akan menyebabkan nyeri, merah, fotopobia, dan berair, segera setelah dibersihkannya lensa.

    • Hipoksia. Hipoksia yang ringan mengakibatkan edema epitel dan penglihatan kabur yang temporer, sedangkan hipoksia berat akan terjadi kematian sel- sel epitel dan deskuamasi. Pengguna tidak merasa nyaman, penurunan penglihatan temporer, dan fotopobia. Salah satu tanda hipoksia kornea kronis adalah adanya neovaskularisasi superfisial terutama sepanjang limbus superior.

  4. Stroma kornea

    • Infiltrat steril. Penggunaan lensa kontak akan menginduksi terjadinya keratitis steril, dengan onset adanya infiltrat pada stroma anterior atau leukosit polimorfonuklear di sub-epitel dan sel mononuklear di perifer kornea secara tiba-tiba. Manifestasi klinisnya adalah nyeri ringan, inflamasi pada anterior chamber yang minim, kerusakan epitel, kemudian terbentuk ulkus.

    • Infeksi kornea (keratitis). Disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa (acanthamoeba keratitis). Infeksi bakteri biasanya timbul di kelopak mata dan kelenjar air mata. Penggunaan lensa kontak mengganggu pertukaran air mata, sehingga air mata terkumpul di kornea mata. Selain itu, ketebalan epitel menurun, pergantian sel menurun dan terjadi deskuamasi, sehingga meningkatkan risiko infeksi bakteri pada sel epitel.

    • Mata merah akut (tight lens syndrome). Lensa kontak dapat menebalkan mata dan sebagai tanda adanya inflamasi stroma difus dan reaksi pada anterior chamber. Manifestasi klinisnya adalah rasa nyeri, fotopobia, injeksi, dan berair baik akut maupun kronik.

    • Kikisan kornea mata (corneal warpage). Selama menggunakan lensa kontak akan terjadi perubahan kontur kornea.

    • Contact lens-induced keratoconus. Hubungan antara keratokonus dengan lensa kontak masih kontroversi.

  5. Endotel Kornea Mata

    Penggunaan lensa kontak juga berhubungan dengan endotel kornea mata. Pengguna memiliki variasi ukuran sel endotel (polymegethism) dan peningkatan frekuensi sel non-heksagonal (polymorphism) lebih tinggi daripada yang menggunakan lensa kontak (Ventocilla, 2010).

  6. Air Mata

    Penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan terjadinya sindrom mata kering baik melalui jalur evaporasi maupun produksi. Penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik biofisika dari film air mata, antara lain: menurunkan frekuensi kedip, menurunkan lapisan lipid, terjadinya ketidakstabilan film air mata, peningkatan evaporasi, menurunkan produksi air mata, menurunkan volume air mata, meningkatkan osmolaritas, dan menurunkan pH (Craig, et al., 2013).